Rival

3.4K 159 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 09.00 , Selia kembali ke ruangannya dengan tangan hampa. Entah minat meminjam buku yang tadinya menggebu, langsung menguap begitu saja.

"Bu Lia ?" sapaan dari guru muda itu menghentikan langkah Selia yang hampir mencapai ruang BK.

"Siang Pak David.." Selia tersenyum sekilas lalu berjalan lagi.

"Tunggu bu.. Saya mau kasih ini dari-"

Teeett... Suara bel istirahat menghentikan kalimat David

"Lamongan, ada soda-"

Teeett...

"...makannya saya bawaain buat bu Lia.

Gadis yang memakai kemeja soft pink itu tertawa melihat bagaimana David berusaha menyampaikan maksudnya.

"Kenapa kamu ketawa ?" David yang tadinya bingung ikut tersenyum juga..

Dan tanpa mereka sadari, di seberang lapangan ada sepasang mata mengintai bagai mata elang..

"Ketawa aja terus.. Sampe sakit perut ! Gue yang berjuang sampe gunung batu nggak pernah dikasih ketawa sebagus itu..."

"Lo ngapain ke gunung batu ?" Aris menanggapi sambil berkutat dengan ponsel-seperti biasa.

"Risman lo main hp, main hp aja ! Jangan kepo !"

"Apa panggil-panggil bapak gue.."

Dengan tergesa, dari dalam kelas munculah Ayna yang siap ngebut untuk mengejar Zafran. Tapi ternyata pemuda jangkung itu masih di dekat pintu.

"Zafran ayo ke bu Endang.." Ayna mencubit seragam bagian belakang Zafran sekilas

"...."

"Zaf ?" Ayna mengikuti arah pandangan Zafran yang terlihat kesal. Siapa lagi ? Selia sedang menerima bungkusan rapi dari David dengan senyum bidadarinya.

"Bitch.." Ayna berbisik tanpa sadar.

"Sorry lo ngomong apa ?"

"Bit ! Makan banyak buah bit, biar mata kamu tetap jernih melihat benda jauh.." Ayna menyentuh kening Zafran dengan telunjuknya sedetik, lalu ditepis laki-laki sipit itu." biar ini nggak berkerut sebanyak itu.."

Zafran menoleh sekali lagi pada sepasang guru di seberang lapangan upacara, lalu berbalik menuju kantin bu Endang. Sementara Ayna berjalan disampingnya sambil memegangi baju seragam bagian belakang laki-laki jangkung itu. Hanya cubitan kecil, hingga tak disadari oleh Zafran, namun dapat dilihat semua orang yang mereka lewati.

Mereka bertiga telah sampai di kantin dan mendapat tempat duduk paling pojok. Aris telah meletakkan ponselnya di kantong dan bersiap memesan.

"Kayak biasa kan, Na ? Baso telur, rasa mbayar" Aris bergurau dalam bahasa jawa artinya baso telur, tidak bayar.

Perempuan berwajah chubby yang duduk di samping Zafran pun hanya mengangguk samar, "Zafran mau pesan apa ? Biar aku pesanin..?"

"Gado-gado cabenya tiga. Minumnya lemon tea.."Zafran asal pesan sambil mempermainkan botol kecap

Ayna hanya tersenyum dan beranjak dari kursi.

"Lo sering ditraktir Ayna ?"

Mendengar itu Aris hanya berdehem dan kembali berkutat dengan ponselnya. Sebenarnya hanya sejak Ayna merengek padanya untuk bisa duduk sebangku dengan Zafran. Perempuan yang memiliki kulit kuning langsat, wajah bulat dan mata yang belo itu bersedia membelikan makan siang untuk Aris selama dia bertukar bangku.

Padahal menurut Aris, Ayna lumayan manis. Kulitnya yang bersih dan senyuman yang manis itu sering mengingatkannya pada adik perempuannya yang berusia lima tahun. Kalau bertemu salalu ingin mencubit pipinya. Tapi pribadi gadis itu yang lumayan pendiam membuatnya tidak punya teman perempuan. Sekalinya ada yang dekat, pasti punya maksud tertentu. Seperti Ririn misalnya. Dan sejauh yang Aris tahu, Ayna akan banyak bicara di dua situasi. Saat bersama Zafran, dan saat tes bercerita bahasa inggris.

Dibawah Senja Yang Sama [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang