Pemuda berlesung pipi itu sudah duduk manis di ruang BK sebelum bel masuk berbunyi. Ia berkali-kali menyibakkan rambutnya dengan tangan kanan ke belakang kepala. Sesekali dia menggigit bibir bawahnya karena gugup. Entah untuk apa jantungnya berdetak cepat sekali, padahal hanya untuk minta koreksi Selia atas usaha kerasnya meringkas novel.
"Kamu bener udah baca novelnya ?"
Yang ditanya hanya mengangguk antusias. Dengan pandangan lurus ke manik hitam Selia.
"Tau apa maksud saya ngasih hukuman ini ? Bukan sekedar bikin kamu rajin baca. Tapi yang penting poin di buku itu. Semua orang berhak punya mimpi, dan berkewajiban mengejarnya. Jangan taruh di dalam fikiran tapi taruh disini... Lima sentimeter didepan kening. Biar kamu bisa melihat mimpimu setiap saat, dan semangat mengejarnya.." Selia menjabarkan isi novel 5 cm favoritnya sambil menatap Zafran dengan pandangan sungguh-sungguh,seketika membuat jantungnya makin menggila.
"Siap, bu Selia.." Zafran tersenyum dengan begitu.... tampan ?
"Sekarang tulis surat pernyataan."
Zafran tidak membantah lagi. Laki-laki itu hanya menulis surat yang diperintahkan Selia di selembar folio. Tidak perlu tanya apa isinya, karena Zafran hafal betul : tidak mengulang atau panggilan orangtua jika ada lagi pelanggaran.
Sementara itu Selia memanfaatkannya dengan mengamati wajah serius murid gantengnya itu. Baik, dia memang tampan dengan kulit putih, mata sipit dan sayu dan jangan lupakan lesung pipi di setiap senyum yang sudah manis. Seandainya dia lebih rapi... serta lebih dewasa... Pasti dia
Pasti ku pepet sampe dapet kamu,Za ! Ya ampun, liat bulu matanya.. Dan juga alis, hidung dan...
"Udah belum mandanginnya ?" Zafran mendongak menatap langsung ke mata bulat Selia. Dan senyumnya seolah berkata kamu naksir aku ya, bu ?
"Udah selesai ? Siniin.." Selia yang gugup buru-buru mengambil kertas folio Zafran dan pura-pura sibuk membaca. Lalu dia mengernyit tidak percaya dengan isinya.
"27 April 1998 ? Kamu nggak naik dua kali, Za ?"
"Iidiih enggak lah ! Aku dulu menunda masuk SMA dua tahun.."
"Kenapa ?"
Pandangan Zafran menunduk sesaat lalu kembali ceria, "ra-ha-sia..."
Selia menangkap ada yang tidak beres dengan reaksi Zafran, tetapi rasa penasarannya ditekan kuat karena saat ini, ia tahu Zafran tidak ingin membahasnya.
"Bu Selia.."
"Hhmmmh ?"
"Umurmu berapa ?"
"Nggak sopan nanya umur sama perempuan !"
"Umurku udah 19. Sebentar lagi dua puluh, dong! Jadi sekarang jangan gengsi-gengsian deh..kita sama-sama jujur aja kalo kita....."
"Uuhhuk.." pak Suprapto yang baru datang terbatuk hingga membuat suasana hening. Canggung.
Tteeeet.. Tteeet..
"Tuh, udah bel.. Sana keluar.."
"Ngusir-ngusir entar kangen loh bu.." Zafran tersenyum jahil lalu beranjak juga dari duduknya.. "Permisi pak Supra.." pemuda jangkung itu memberi salam yang ditanggapi senyum milik pak Suprapto.
***
Hari berganti, buku saku Zafran belum ada tambahan catatan pelanggaran. Laki-laki bermata sipit itu berusaha baik agar Selia simpatik padanya. Tapi justru dengan dia baik, ruang BK makin tak terjamah. Meskipun Zafran masih setia mengganggui Selia setiap ada kesempatan. Entah hanya menyapa atau memggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Senja Yang Sama [Repost]
ChickLitSuka sama Bu Guru itu berat. Terlebih guru BK.. Kamu nggak akan kuat. Biar Zafran aja.. Part hingga tamat pindah ke Fizo "Mengejar Bu Guru BK" author N.Zafran...