Salah Paham

3.1K 138 1
                                    

Jam tangan Selia menunjukkan pukul 14.30, limabelas menit setelah bel pulang sekolah berbunyi. Selia sudah membereskan segala berkas mengenai absensi dan data beasiswa untuk kelas sebelas. Sedang pak Suprapto sudah pulang sepuluh menit yang lalu, sehingga Selia lah yang harus mengunci ruang BK.

Suasana siang menjelang sore. Hal yang selalu dia suka. Tidak banyak anak yang terlihat di sekitar saat guru muda itu melintasi lapangan upacara. Hanya beberapa murid kelas sepuluh yang mengikuti ekstrakulikuler pecinta alam.

Guru muda itu berjalan pelan menyusuri jalan menuju halte bus. Sungguh, Selia sangat menyukai ketenangan ini. Semilir angin yang sepoi, pemandangan sawah yang setengahnya tertutup bangunan, juga suara motor itu.. Yang makin lama makin pelan, begitu familiar.

Eh ? Motor ?

Dia tahu siapa pemiliknya. Orang yang dia damba sekaligus dihindari kedatangannya. Orang yang sebenarnya dia rindu sekaligus dia benci. Zafran. Mau apa lagi, dia ?

Selia menggigit bibir bawah saat suara motor itu memelan dan berada sejajar dengannya. Gadis itu melihat lewat ekor mata kalau si penunggang motor hanya berekspresi datar. Melihat lurus kedepan. Dan hal itu membuat Selia mendengus tanpa sadar

Dia ngapain, coba ? Dekat-dekat, senyum enggak, ngelirik enggak.. Nyapa apa lagi.!

Sedang Zafran sedang bergulat dengan pemikirannya. Susah sekali menghindari guru cantik ini. Dia terlalu, rindu. Dan saat semilir angin yang menerpa wajahnya membawa serta parfum Selia, membuat pertahanannya hampir runtuh.

Hampir.

Hingga suara klakson mengagetkan mereka berdua. Selia melihat kebelakang sementara Zafran melirik spion.

David. Siapa lagi yang bisa mengganggu momen indah langka ini?

Tak ada pilihan untuk Zafran selain melajukan motornya. Laju, laju, dan tidak menoleh lagi.

"Bareng aku yuk !" katanya sambil menghentikan motor.  Selia hanya tersenyum singkat untuk mengusir rasa kecewa yang entah datang sejak kapan.

"Aku naik bis aja."

"Masih marah ?"

"Aku nggak pernah marah." Selia tersenyum. Ini bukan salah David,kan ? Lagipula dia tahu Laki-laki itu hanya berniat baik kepadanya.

"Kalo gitu naik. Aku traktir ya ?"

Selia berfikir sebentar. Entah kenapa dia melihat ke arah jalan raya dimana tadi Zafran menghilang. Sudahlah, dia sudah pergi.

"Oke.."

Selia naik motor David yang bodynya tidak sebesar motor Zafran. Dan suaranya juga tidak kencang.

Baik, ini mulai tidak sehat, karena Selia selalu membandingkan apapun dengan Zafran. Guru muda itu memejam saat motor David melaju menuju kota. Sebenarnya dia suka senja. Tapi entah memgapa ketika sekarang ini dia menikmati bersama David, rasanya jadi hambar.

Selia terlalu banyak melamun sepanjang perjalanan hingga tidak sadar bahwa tujuannya sudah dekat. David membawanya ke sebuah rumah makan jawa yang cukup terkenal. Dan sedetik sebelum laki-laki itu mengajak Selia masuk, ponselnya berbunyi nyaring.

"Inggih, bu. Ini David lagi mau makan.." katanya sambil melihat Selia

"Sama... Temen.."

"Belum.."

"Inggih.... " Selia memalingkan wajah demi tidak terlihat nguping. Walau sebenarnya dia dengar dengan jelas. David sopan sekali dengan ibunya.

"Maaf Selia, ibuku ngajak makan dirumah. Katanya masak banyak. Kamu keberatan kalau ke rumah ku ?"

Dibawah Senja Yang Sama [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang