Saat ini adalah jam istirahat pertama. Kantin bu Endang sedang ramai-ramainya karena hanya disini yang mempunyai menu paling komplit . Dari baso telur sampai nasi kucing, semua ada. Kantin yang mirip aula itu hampir penuh ketika Zafran,Ayna dan Aris memasukinya. Aris yang lebih dulu lari menuju meja paling pojok agar tidak diserobot orang.
"Gue pesen siomay aja." serunya pada Ayna, "kali ini gue traktir lo. Masa lo mulu."
"Nggak papa, kan aku udah janji."
"Janji lo melukai harga diri seorang laki-laki, Ay.. ! Santai aja. Gue juga udah nyaman sama bangku gue yang baru.." Aris tersenyum bangga. Sementara Ayna berekspresi lain. Khawatir jika Zafran menangkap maksud perkataan Aris.
"Aris udah ngomong ke gue." Zafran ikut duduk dan membaca raut wajah Ayna, "gue nggak marah kok." Zafran menatap gadis berpipi tembem itu dan tersenyum. Kalau dulu, mungkin ia akan mencak-mencak karena sifat Ayna yang menyebalkan. Tapi semakin mengenal gadis berambut sebahu itu, ia jadi makin nyaman. Nyaman dalam artian berteman. Ayna banyak membantunya saat pelajaran yang membutuhkan kinerja otak kiri (baca : matematika). Dan sekarang, Ayna mulai banyak bicara dan membuka diri untuk bersosialisasi. Meskipun hanya sebatas dengan Zafran dan Aris. Tapi itu lebih baik daripada tidak punya sama sekali.
"Woi ! Malah tatap-tatapan. Kalian kira film kuch kuch hotahai ?! Gue laper, jendral .." Aris yang paling risi mengibaskan tangannya di depan muka Zafran saat melihat adegan alay tadi. Seakan keberadaannya jadi tidak kasat mata.
"Oke, oke.. Aku ambilin. Kamu mau makan apa ?" tanya Ayna yang masih tersipu. Zafran yang hanya bergumam akhirnya memesan nasi goreng dan lemon tea.
"Ris.."panggilnya saat Ayna pergi memesan makanan.
"Ho.." Aris mengeluarkan ponselnya dan berkutat dengan serius. Membalas pesan siapapun yang hadir di whatsapnya.
"Risman, lo suka Ayna ya ?"
"Iya." katanya acuh
"Whooahh sudah gue duga.." katanya sambil menggebrak meja.
"Ya kali,.. Kalo gue nggak suka udah gue bully dia. Kayak Ririn. Dia kan nggak suka Ayna."
"Bego ! Bukan suka yang begitu.."
Aris hanya tersenyum, entah kepada Zafran atau ponselnya. "Yang begitu-begitu gue belum ngarti. Lo sendiri ?."
"Gue curhat ya Ris.. Keknya lama-lama gue nggak tahan pisah sama dia."
"Ibu lo ?"
"Gebetan." Zafran memandang Aris dengan tatapan lelah.
"Emang kenapa lo pisah ? Lo ditolak ?"
"Enggak, tapi.... Gue nggak mau dia kenapa-napa karena gue. Gue harus jaga jarak, cuma bisa ngeliat dari jauh. Sekalinya liat bawaannya pingin nyamperin.. Pusing gue !"
Aris meletakkan ponselnya dan mendengarkan curhatan sahabatnya yang keadaannya terlihat kritis. "Supri, Lo berkorban gitu critanya ?"
Zafran hanya mengangguk samar sambil memainkan botol kecap di depannya. Ingatannya memutar memori bersama Selia di bukit cinta. Saat gadis berambut panjang itu menyemburkan es jeruk karena terkejut mendengar kebenaran mitos dari si Embok. Dan di malam itu. Saat dia dengan nafas tertahan dan jantung berlompatan berani mencium pipi Selia. Saat itu, dia seperti orang paling bahagia dan punya kemungkinan bisa terbang ke bulan detik itu juga. Tapi pagi harinya, kenyataan itu membuatnya terjun bebas ke bumi dengan posisi kepala duluan, seperti tidak bisa berfikir lagi karena otaknya malfungsi. Tidak ada pilihan selain memberi jarak agar gosip itu tidak semakin parah dan merugikan Selia.
"Nahan itu nggak enak ya.." gumam laki-laki bermata sipit itu,.. "Nahan kangen, tapi nggak bisa ketemu. Nahan kata sayang tapi nggak bisa bilang.... Karena keadaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Senja Yang Sama [Repost]
ChickLitSuka sama Bu Guru itu berat. Terlebih guru BK.. Kamu nggak akan kuat. Biar Zafran aja.. Part hingga tamat pindah ke Fizo "Mengejar Bu Guru BK" author N.Zafran...