Jadi dia..

3K 143 0
                                    

Selia berjalan cepat ke arah toilet hingga rambutnya yang panjang ikut melambai ke kiri kanan. Entah kenapa daritadi David seperti menahannya di ruang BK. Jangan keluar kalo nggak penting. Diluar lagi panas.. Katanya.Hingga makan siangpun diantar langsung oleh Bu Endang, seakan David akan menghadirkan apapun kebutuhan Selia, yang penting jangan keluar. Tapi kali ini lain. Ini urusan yang lebih penting dari pengangkatan PNS sekalipun.

Ceklek !!

Gadis berwajah tirus itu menutup pintu dan menuntaskan hasratnya untuk buang air kecil. Semua terasa damai hingga beberapa bunyi sepatu menggema sepanjang ruang toilet.

"Serius tuh ?"
Terdengar kasak-kusuk dari beberapa siswi yang sepertinya ke toilet hanya untuk memoles bedak dan lipgloss

"Iya lah.. Gue sering liat doi ngapel ke BK. Kalo buat ketemu pak Suprapto, kayaknya nggak mungkin banget !" suara centil lain menyahut.

"Fotonya burem tapi say.."

"Tapi gue tetep percaya itu Zafran !"

Hah..! Zafran yang mana ? Foto apa ?

"Beritanya nanggung banget ya.."

Selia mengurungkan niatnya untuk keluar. Dia perlu info apapun mengenai Zafran-siapapun yang mereka bicarakan. Apa ini sebabnya anak itu seperti menghilang beberapa hari ini ? Laki-laki berlesung pipi itu selalu masuk, tapi Selia tidak menemukannya dimana-mana. Tunggu ! Bahkan Selia tidak pernah kemana-mana karena David menjejalinya dengan buku novel Perry Mason.

"Kalo lebih hot, pasti jadi viral."

"Bikin aja, Nov.."

"Gue nggak berani.."

"Cupu.!"

Lalu hening...

"Oke, gue yang bikin. Tulis di grup, seorang murid dipacari guru BK yang beda sebelas tahun..  Diancam jadi g***** untuk sang tante gir...."

Ceklek..

Hening. Dan seorang siswi yang tadinya mengetik sesuatu menjatuhkan ponselnya saking terkejut. Dengan tenang dan elegan Selia memungut ponsel itu dan menggenggamnya di belakang pinggang.

"Pengujar kebencian, huh ?!"

Dua siswi terlihat pucat pasi sambil menggigit bibir bawahnya. Sementara satu siswi lain terlihat santai sambil memoles bedak di depan kaca wastafel. Bahkan tanpa melirik Selia sedikitpun.

Dia bisa santai, maka Selia akan menghadapinya santai. Dengan cuek Selia mencuci tangan dengan ponsel diletakkan di bibir wastafel. Gerakan sedikit saja, hanya ada dua kemungkinan. Jatuh lagi atau basah.

"Ih, hapeku bu !"

Gotcha ! Sorak Selia berhasil menarik perhatian siswi sok berani itu.

"Kamu penyebar hoax. Kalau ponselmu rusak," Selia menjeda sejenak," itu satu kebaikan."

"Hampir, ya ! Itu belum terkirim, oke ?!"

Guru muda itu tersenyum sambil melirik name tag si centil sok berani ini. Ririn Cintya. Oh ini !

"Balikin hape saya." Ririn menyodorkan tangannya dengan percaya diri.

Jadi ini yang sering dibicarakan Zafran ? Yang suka membully Ayna itu ?

"Bu Lia tolong hape saya !" suaranya terdengar mirip teriakan.

Pantes orangnya juga sok iya.

"Ikut saya."

Selia berjalan menyeberangi lapangan upacara menuju ruang BK. Sekarang istirahat kedua, jadi wajar kalau iring-iringan mereka diperhatikan oleh banyak murid. Banyak yang mencibir dan mengolok. Entah ditujukan untuk siapa.

Dibawah Senja Yang Sama [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang