Mata nya enggan teralihkan dari buah hati—Jeon Hyunkie yang masih terlelap meski sinar matahari sudah setinggi tombak. Jungkook—pemuda itu sangat bersyukur atas karunia yang telah diberikan sebagai pelengkap keluarga kecilnya dengan Yerim. Bahkan sejak dari rumah sakit, Jungkook menjadi pria yang mudah cengeng apalagi saat menyaksikan istrinya mengerang sakit melahirkan si kecil ke dunia. Sungguh! Jungkook menjadi rindu dengan mama nya yang kini tengah berada di London untuk menyusul tuan Jeon. Meski Jungkook sangat mengharapkan kehadiran mama dan papa nya dihari dimana Putri kecilnya lahir namun tak bisa dipaksakan juga kalau sekarang keadaan perusahan tuan Jeon tengah diambang kehancuran. Sebagai seorang anak satu-satu nya bukan berarti Jungkook di limpahkan harta setiap waktu, papa nya mendidik agar Jungkook bisa mandiri mengejar cita-cita nya dari kecil yaitu menjadi seorang polisi.
Suara ringkihan kecil membuyarkan lamunan Jungkook. Putrinya membuka mata secerah mentari pagi ini, melihat sang ayah yang tengah sibuk menciumi pipi Hyunkie. Tangisan mulai terdengar dari bibir si kecil, Jungkook menghentikan aksi menciumnya dan digantikan pukpukan halus di tubuh si kecil.
Berharap Yerim tak mendengar tangisan putrinya, kalau tidak pasti Jungkook yang akan kena omelan si ibu baru itu. Namun, realita tak sesuai ekspetasi. Yerim menghampiri keduanya saat mendengar tangisan Hyunkie yang sampai di dapur, membuat ibu satu anak itu menghentikan aksi masaknya.
"Dia menangis sendiri" Jungkook segera berucap sebelum sang istri mengeluarkan kata-kata yang akan menyalahkannya, terlihat jelas dari tatapan mengintimidasi dari Yerim.
Yerim mengambil buah hatinya untuk diletakkan di pangkuannya, mengabaikan Jungkook yang selalu menjadi dalang dimana Putri menangis saat bersama nya. Pasti dicium berkali-kali. Pikir Yerim.
"Pasti kau memainkan pipi Hyunkie, kan?" Yerim menimang-nimang putrinya, memberinya asi dipagi pagi.
Jungkook tak merasa bersalah sedikitpun. Toh, dia memang sangat gemas dengan Hyunkie. Pipi nya gembul mirip Yerim saat mereka pertama bertemu. Tak sadar membuat Jungkook senyum-senyum sendiri mengingat momen itu.
"Kau tersenyum sangat menakutkan, tuan Jeon!"
Jungkook mendudukan diri disamping Yerim yang tengah memberi asi pada Hyunkie. Tanganya kembali mencubit pipi Hyunkie lembut.
"Aku baru sadar kalau pipi Hyunkie mirip denganmu, waktu pertama kali kita bertemu" seru Jungkook menatap Yerim sekilas lalu kembali memainkan pipi Hyunkie.
Yerim menghela napas pendek. Kemudian menyerahkan Hyunkie pada pangkuan Jungkook.
"Dan dia cantik seperti ibunya. Real? Aku mau melanjutkan memasak Jungkookie, kau jaga Hyunkie sebentar, jangan buat dia nangis lagi" Yerim mencium pipi Putrinya kemudian beralih mengecup bibir Jungkook yang sengaja dimanyunkan.
Jungkook sangat beruntung memiliki keluarga kecil bahagia seperti ini. Dia berjanji akan menjaga keduanya dengan sepenuh hatinya.
°°°
Gadis berambut sebahu tengah mondar-mandir diantara satu sofa ke sofa yang lain. Pria yang melihatnya mulai jengah hanya disuguhkan pemandangan yang membuatnya seratus persen bosan.
"Bisa kau berhenti dari kegiatanmu itu, kepala ku pusing melihat kau mondar-mandir hampir 30 menit lamanya" gerutu pria bermarga Jung tersebut. Membuat si gadis menyerah dan berhenti dari kegiatannya.
"Sekarang ulangi lagi!! Apa benar Yerim telah melahirkan?" Eunbi menatap Chanwoo serius dan berharap sahabatnya dengan Jungkook kini hanya bercanda. Oh tidak, dirinya masih memendam perasaan terhadap Jungkook.
Chanwoo mengangguk mantap sebagai jawaban. Membuat Eunbi tak tau lagi harus bagaimana.
"Sebaiknya kau lupakan perasaanmu terhadap Jungkook. Jung Eunbi!!!" seru Chanwoo dengan suara yang meninggi. Jangan lupakan kalau dia juga polisi yang bertugas menggertak tawanannya jika membangkang, ketegasannya tertutupi oleh face smooth yang membuat semua kaum wanita tak pernah tau kekejamannya. Namun, dia bukan tipe pria ambisiun ataupun kejam terhadap orang yang disayanginya.