Seharusnya Jungkook tak pernah merasakan ini. Rasa kehilangan dan kehampaan sejak Kim Yerim tak bisa dihubungi sampai detik ini, bukan tak bisa. Namun lebih tepatnya tak pernah diangkat maupun dibales seluruh pesan yang Jungkook kirim. Si pria tak tau apa yang membuat Yerim seperti menjauh darinya. Setelah malam itu, dirinya berusaha bersikap wajar terhadap Yerim. Tapi siapa sangka kalau Yerim tak merasa baik-baik saja akan kewajaran Jungkook.
"Aku rasa hobi mu sekarang melamun" seorang pria tinggi memiliki kulit putih, duduk dihadapannya Jungkook.
Jungkook menatap lawan bicaranya dengan pandangan datar"bukan urusanmu bang... " nada sarkastik yang Jungkook utarakan membuat pria tersebut terkekeh, merasa asing dengan sikap kawannya yang dari dulu dekat dengannya.
"Masih mikirin Jieun? Dia udah bersuami Kook, sadar!" Kim Seokjin berkata sembari menyodorkan amplop coklat kehadapan Jungkook.
Jungkook memilih menatap amplop tersebut dengan mata memicing dari pada menjawab kalimat Seokjin. "Ini apa?..." tanya nya namun enggan menyentuh permukaan amplop tersebut.
"Dari atasan, kita di minta terjun ke markas anak-anak SMA yang suka balapan liar. Mata-mata bilang, mereka semua ada disana daru seluruh sekolah. Kita harus bergerak cepat.. " Seokjin menjelaskan perihal mandat yang diberikan padanya dan Jungkook.
Jungkook masih diam sembari mengingat waktu pertama kali dirinya bertemu Yerim.
"Kita berangkat sekarang... ". Jungkook berjalan mendahului Seokjin.
°°°
Tim polisi sudah berada di TKP, tak terkecuali Jungkook yang tengah membawa pistol dan berjalan diantara deretan drum bekas minyak. Matanya menyisiri setiap anak muda yang tengah bersenang-senang dengan sebotol minuman dan beberapa lembara kartu di meja.
Seokjin memiliki tempat dibelakang markas dengan beberapa tim lainnya, takutnya para anak muda brandalan ini akan melarikan diri.
Tak lama deru motor terdengar sangat ramai, rupanya ada geng motor lain yang menuju ke markas yang Jungkook intai. Selang 10 menit keadaan menjadi kacau, mata Jungkook hampir terlempar keluar saat melihat mereka membawa senjata tajam.
"Mereka bener-bener gila...." guman Jungkook, kaki yang melangkah menuju persembunyian yang lebih dekat.
"Gimana Kook, kita bertindak sekarang atau tunggu nanti dulu?" Seokjin dan Chanwoo berdiri dibelakang Jungkook, berbicara dengan intonasi lirih agar target nya tidak bisa menjangkau keberadaan mereka.
"Kita tunggu dulu bang, kita lihat apa yang akan mereka lakukan" ujar Jungkook, matanya tak lepas dari segerombolan orang-orang yang mulai adu mulut.
"Ngapain kita nunggu-nunggu?" Chanwoo berujar didekat telinga Jungkook.
Jungkook tak menjawab kalimat sepupunya yang ternyata juga seorang polisi. Dia lebih fokus pada satu objek yang membuat hati dan pikirannya bergemurung.
Adu mulut tak lagi bisa dicegah, akhirnya tawuran yang mereka prediksi pun terjadi. Tim polisi segera bertindak guna meminimalisir korban yang kemungkinan terjadi, Jungkook dan anggota lain memilih berpencar. Seokjin berlari kearah kanan sedangkan Chanwoo kearah kiri.
Entah langkah apa yang membawa Jungkook, sehingga dia memilih berlari ke depan. Jelas! Hal itu sangat berbahaya, namun hati nya mengarahkan kaki nya untuk segera kesana.
Dirinya berhasil menyusup kearah kerumunan anak muda yang tengah adu senjata. Kawanan Jungkook yang lain berhasil menangkap beberapa dari mereka.
"Yerimmm... " pekik Jungkook sembari menyentuh pundak seorang wanita yang diyakini adalah Yerim.