Duapuluh lima

3.4K 337 13
                                    

Jungkook meletakkan beberapa sayuran kedalam kulkas—menata seperti susunan yang dalam didalam supermarket. Semenjak menikah, dirinya juga harus andil dalam hal memasak. Itu keputusan Yerim, Jungkook hanya pasrah dan menerima. Karena pada dasarnya Jungkook yang bisa dibilang pandai memasak dan Kim Yerim yang kurang pandai.

Sekotak susu besar rasa pisang menjadi hal utama yang harus Jungkook beli. Karena si kecil yang mulai bisa berjalan memiliki hobi membuka kulkas dan mencari susu pisang kesukannya, jika tidak menemukan bisa dipastikan Jungkook yang jadi sasaran putrinya.

"A—yah" Hyunkie berjalan tertatih dari meja makan kearah Jungkook, memanggilnya dengan suara yang belum jelas.

Jungkook menghampiri putrinya lalu menggendong dan membawanya berputar membuat Hyunkie teriak kegirangan tawanya membuat Jungkook enggan berhenti mengerjai putrinya.

"Jungkook, hentikan!"

Yerim berjalan mendekati mereka dengan kedua tangan yang membawa mainan Hyunkie dari kamarnya.

Jungkook menghentikan lalu menurunkan Hyunkie yang merangkak kearah Yerim, Yerim mengambil alih Hyunkie dan membawanya menuju karpet berbulu depan televisi. Jungkook mengikuti istirnya sambil membawakan segelas susu pisang untuk Hyunkie.

"Hyunkie, lihat ayah bawa apa" Jungkook mengangkat tinggi-tinggi gelas yang berisi susu pisang, membuat mata bulat Hyunkie berbinar.

Hyunkie berdiri dan mencoba mengambil susu pisanganya dari tangan Jungkook, Jungkook semakin gemas
mengerjai putrinya. Sedangkan Hyunkie mulai berteriak meminta agar Jungkook memberikan nya segera.

"Astaga, Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga, Jungkook. Kau hobi sekali membuat putrimu menangis. Cepat berikan" omel Yerim.

Jungkook terkekeh lalu memberikan segelas susu kepada Hyunkie.
Putrinya itu sangat menyukai hal-hal yang berbau pisang, padahal dulu Yerim tidak mengidam soal pisang -seingatnya.

"Kau tidak berkerja?" Yerim duduk bersila dibelakang Hyunki, sedangkan Jungkook duduk bersila didepan putrinya.

"Tidak sayang, aku sedang malas hari ini" ujar nya lalu bergeser duduk disamping Yerim. Menyenderkan kepalanya pada bahu sang istri. Yerim mengerjap beberapa kali saat merasakan bahu nya panas, tangannya terangkat untuk mengecek suhu badan Jungkook.

"Kau demam? Astaga, kenapa tidak bilang" Yerim beranjak namun tangannya ditahan Jungkook.

"Jangan pergi, sayang" ujar Jungkook lalu menjadikan paha Yerim sebagai bantal, Yerim mengusap kepala Jungkook dengan pelan.

"Kau pasti belum makan, biar aku siapkan makanan dan obat, Jungkookie"

Hyunkie memutar tubuhnya menghadap kedua orang tuanya, melihat sang ibu yang mengelu ayahnya, membuat Hyunkie melakukan hal yang sama kepada Jungkook.

"Hyunkie, jaga ayah sebentar ya. Ibu kedapur dulu" Hyunkie mengangguk seperti dirinya mengerti apa yang Yerim katakan.

Jungkook memejamkan matanya dan merasakan tangan mungil Hyunkie yang menepuk-nepuk pipinya.

Yerim membawa nampan berisi bubur dan sekotak obat serta segelas air putih.
"Kau makan dulu, lalu minum obat" Jungkook hanya mengangguk kemudian menerima bubur dari Yerim.

°°°

Yoona menatap rumah besar yang menjadi tempat tinggal putra satu-satunya. Air mata jatuh satu-persatu, mengingat betapa dia sangat merindukan putranya itu—Jeon Jungkook. Tiga tahun lebih semenjak Jungkook menikah, dirinya tak pernah bertemu putranya bukan hanya karena kesibukan diluar negeri. Tetapi, Jeon Sooyeon—suaminya sedang mengalami krisis perusahan. Namun, berkat bantuan dari ayah Yerim—besannya, kini berusaha nya kembali berdiri. Sayangnya, Jeon Sooyeon tengah terbaring diumah sakit, membuat Yoona mau tidak mau harus menemui putra.

"Mama" Yerim mengerjapkan matanya saat melihat wanita paruh baya—ibu mertuanya tengah berdiri dengan tas kecil ditangannya. Awalnya Yerim hendak pergi ke apotik depan untuk membeli obat yang Jungkook minta, tapi dia urungkan saat melihat ibu mertuanya berdiri mematung didepan rumahnya.

"Mama Yoona, ini mama kan?" Yerim mengamati mertuanya dari atas hingga bawah.

Yoona mengangguk lalu memeluk Yerim erat, isak tangis nya pecah begitu melihat menantuanya berdiri dihadapan nya.

"Maafkan mama, Yerim"

Yerim mengusap punggung ibu mertuanya, lalu menuntunya masuk kedalam

.

"Sayang, mana ob—"

Jungkook, membulatkan matanya tak percaya. Mamanya ada dihadapannya sekarang.
"Mama?"

"Jungkook" Yoona sedikit berlari lalu memeluk Jungkook, menumpahkan segala rasa rindu kepada putra satu-satunya ini.

"Maafkan mama, Jungkook"

Yerim menggendong Hyunkie yang sedang bermain didekat sofa—gadis kecil itu seperti tak terusik dengan keadaan yang ada didalam rumahnya, memilih sibuk membolak-balik boneka kelinci pemberian ayahnya.

Yerim membawa Hyunkie kedalam kamar. Memberi ruang untuk Jungkook dan Yoona berbincang.

.

"Mama, mengatakan apa saja?" tanya Yerim kepada Jungkook yang baru saja masuk kedalam kamar. Dengan.

"Papa sakit, mam memintaku menemuinya" ujar Jungkook mendudukkan diri disamping Yerim yang tengah menepuk-nepuk pelan paham Hyunkie yang tertidur lelap.

"Jangan bersedih seperti itu, Jungkookie. Aku yakin semua pasti baik-baik saja" Yerim menarik Jungkook kedalam pelukannya, mengusap pelan kepala sang suami.

"Makasih sayang"

"Sebaiknya kau tidur disamping Hyunkie, tapi jangan mengganggunya, ingat"

Jungkook merebahkan tubuhnya disamping Hyunkie, tangannya menarik tubuh Yerim dan membuatnya ikut berbaring.

"Yak! Jeon Jungkook, kau bisa membangunkan Hyunkie"

Jungkook mengeratkan pelukannya, mengendus aroma tubuh Yerim yang selalu menjadi candu untuknya.

"Hyunkie, anak pintar. Dia pasti mengerti kalau orang tuanya akan membuatkan adik untuknya"

Yerim mencubit perut Jungkook, bisa-bisanya sumianya berkata mesum didekat Hyunkie.

"Jangan mengada-ada Jungkook, kau sedang sakit".

Jungkook memilih diam dan perlahan memejamkan matanya, jujur saja karena pengaruh obat—membuatnya sangat mengantuk.


TBC.

Be Trapped with Mr.Jeon(✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang