Jeon Jungkook menghela napas lelah serta menghapus peluh disekitar dahi yang membasahi bagian dari kemeja yang kini dipakainya. Baru seminggu dirinya menyandang status sebagai suami—harus menghadapi repot nya seorang wanita yang mengalami yang namanya nyidam. Jungkook yang dulu tegas dan tak sabaran sekarang menjadi pria yang super sabar menghadapi rewelnya Yerim saat hamil.
Mulai dari minta dibelikan album baru boyband korea dan yang lainnya—dan itu bukan masalah bagi Jungkook. Namun, yang menjadi masalahnya, Yerim merengek minta ini itu pada jam tengah malam. Coba pikir! Jam yang seharusnya dibuat istirahat, tapi Jungkook harus rela berkeliaran demi istri tercintanya yang meminta hal aneh-aneh.
Seperti sekarang, Jungkook meletakkan barang belanjaanya dimeja ruang tamu. Jam menunjukkan pukul 1, setelah bolak-balik mencarikan Yerim sesuatu untuk memenuhi keinginan nyidam-nya.
Jungkook memejamkan matanya sejenak, sebelum sebuah tangan mungil melingkar diperut dan sebuah kepala bersandar didada bidangnya.
"Aku merepotkan mu ya?" sebuah suara yang sangat khas di indera pendengaran pria itu. Perlahan dibukanya kedua mata itu, menatap sang istri yang menyembunyikan raut-nya pada dada Jungkook.
Senyum tulus terpatri pada bibir pria Jeon tersebut. Tangannya mengelus lembut surai pendek istrinya.
"Kau belum tidur, sayang?" Jungkook mendengar isakan kecil yang tak salah lagi berasal dari Yerim.
Perlahan Jungkook mendudukan tubuhnya, menatap Yerim dengan kedua tangan yang menangkup sisi wajah istrinya. Jungkook sangat mengerti bagaimana kondisi emosi Yerim yang sangat labil saat hamil. Mulai dari mudah nangis tiba-tiba, marah tiba-tiba dan juga sangat manja pada waktu tertentu. Dan itu membuat Jungkook harus ekstra sabar dan tidak terpancing emosi.
Yerim menatap Jungkook dengan sisa air mata yang membasahi pipi tembam nya, rak kuasa dengan tatapan Jungkook yang begitu teduh. Yerim memeluk Jungkook dengan erat, membuat tubuh pria Jeon terhuyung kebelakang.
"Kenapa kau menangis, hm?" tanya Jungkook, tanganya menghapus air mata Yerim.
Yerim menunduk, sebelum menjawab kalimat suaminya. "Aku membuatmu capek, aku mer—"
Cup
Satu kecupan mendarat dibibir Yerim, membuat istri Jeon Jungkook itu menghentikan kalimatnya.
"Itu sudah menjadi kewajibanku sayang, kamu jangan bilang seperti itu"
Yerim merasakan sentuhan lembut tangan Jungkook pada kedua pipinya. Wanita itu sampai memejamkan matanya. Kemudian membuka kembali matanya dan menatap Jungkook.
"Baby Jeon rindu ayah nya, aku tidak bisa tidur karena nungguin kamu" tutur Yerim dengan bibir yang mengerucut, Jungkook menapas lega melihat istrinya yang kembali menja dan tidak sedih seperti beberapa menit lalu. Beginilah Yerim, sebentar sedih, sebentar manja dan yang lainnya. Jungkook harus siap siaga dengan perubahan sikap Yerim."Kau yang menyuruhku pergi malam-malam" ujar Jungkook seraya mengelus perut Yerim yang mulai berubah sedikit lebih buncit. Meskipun usia kandungannya batu terbilang 3 minggu berjalan.
Yerim menatap Jungkook tajam."jadi kau tidak ikhlas membelikan aku ini" Yerim menunjuk kantung belanjaan yang Jungkook letakkan di meja.
Jungkook menghembuskan napas pelan, agar Yerim tak mengetahuinya.
"Marah lagi, tadi udah nangis-nangis" kata Jungkook."Aku tidak marah" Yerim mengangkat kantung belanjaan dan membawanya menuju kamar, meninggalakan Jungkook yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya.
°°°
Peluh membanjiri Jieun, tepat pukul 5 pagi. Istri dari Kim Jongin tersebut melahirnya seorang putra mungil yang kini berada dalam dekapan sang ayah.