"Terserah padamu, sih," kata pria berambut pirang itu, "aku hanya memberi pilihan."
Regina mendesis kesal. Ia menatap pria itu dengan sinis. Sungguh, andai ia bisa, ia sudah mencakar-cakar wajah mulus bilyuner itu sejak kemarin. Sayangnya sudah 2 hari ini tangannya terkunci.
Europe benar-benar mengurungnya di kamar pria itu. Mengejutkannya, pria itu sendiri yang mengurus makannya, bahkan mengantarnya ke kamar mandi. Untungnya Europe bukanlah pria brengsek, ia tak melakukan apa-apa yang tidak pantas pada Regina.
"Bagaimana?"
"Baiklah," jawab Regina tegas, sambil memandang lurus pada Europe.
Europe yang mendengar jawabannya pun menoleh dan tersenyum manis.
"Bebaskan aku dan aku akan lakukan kemauanmu," lanjut Regina.
"Kau serius?"
Regina mengangguk.
"Kau tak tahu betapa senangnya kau buat aku saat ini."
---
Regina menarik nafas segar setelah selama 2 hari ini ia terkurung di kamar megah Europe.
Ia menoleh ke belakangnya, memastikan mobil mewah Europe telah pergi. Kemudian ia membuka pintu flat-nya.
"Ke mana saja kau?! Aku begitu panik sehingga langsung memesan tiket kembali ke sini untuk mencarimu! Mom dan Dad juga sibuk menanyakanmu, Regina! Damn, aku tak tahu apa yang harus kukatakan pada mereka! Aku sangat—"
"Shh!" Regina membekap mulut pemuda di hadapannya, "bagaimana bisa kau masuk ke flat-ku, James?!"
James menatap Regina kesal. "Aku adikmu, Gina! Aku tentu memiliki kunci cadangan ke rumahmu. Sekarang jawab pertanyaanku! Ke mana saja kau meninggalkanku sendiri di Yunani?! Ponselmu juga tidak aktif! Kau tidak tahu betapa kalutnya aku! Aku hampir menelpon polisi—"
"Jangan berisik!" bentak Regina, "aku sudah sangat stress karena pria itu. Jangan menambah bebanku."
"Kau beruntung kau adalah kakak kesayanganku, satu-satunya yang kupunya setelah Mom dan Dad mengusir kita!"
Regina mengabaikan James dan membuka kulkas di dapurnya. Ia mengambil sebotol cola dan menegaknya langsung.
"Pria sialan itu menculikku," ujarnya membuat James menoleh. "Siapa?" tanya adiknya penasaran.
"Europe Dalessandro, siapa lagi! Ini semua karena ide gilamu itu, James!"
"Aku?!"
"Ya, kau! Mom dan Dad mengusir kita dari rumah karena kau belum juga mendapat pekerjaan, kan? Kau juga yang mengusulkan kita mencuri uang Europe," Regina tiba-tiba merasa merinding, "pria gila itu menculikku dan melarangku berdekatan dengan pria manapun atau ia akan menikahiku. Dia sangat gila, James!"
Adik yang hanya terpaut 2 tahun darinya itu mengangkat sebelah alisnya. "Kau bercanda?" James tertawa.
"Bisa-bisanya kau mengatakanku bercanda?!" Regina begitu kesal.
"Baiklah, baiklah, anggap saja aku percaya. Lalu, sekarang apa? Kau baru saja menyia-nyiakan liburan 40 juta kita di Yunani."
"Aku tidak tahu, James, aku tidak tahu!" Regina mengacak rambutnya dengan kesal. "Yang jelas sekarang aku harus membuatnya percaya bahwa kau adalah saudara kandungku setelah aku membuatnya percaya bahwa kau adalah tunanganku."
"Semoga beruntung. Perlukah aku meminta bantuan mom dan dad?"
Regina mendelik. "Tidak!" tolaknya tegas. "Jangan melibatkan mom dan dad. Sudah cukup kita diusir dari rumah dengan alasan harus hidup mandiri. Aku tidak ingin lagi dianggap anak manja."
James hanya tersenyum miring.
---
"Bagaimana, Adolf?"
Pria berkumis itu tersenyum pada sang bos. "Ini berkas tentang wanita Anda, Tuan Muda."
Europe tersenyum senang dan menerima berkas dari tangan Adolf, tangan kanannya. "Terima kasih, kau boleh pergi."
Adolf mengangguk dan menuruti perintah sang atasan.
Nama: Regina Catherine Turner
Usia: 26 (1 Juni, 1992)
Alamat: Manhattan flat 102
Orang tua: Christopher Turner, Hilary Turner
Saudara: James TurnerEurope tersenyum kecil saat menyadari usia Regina 1 tahun lebih tua darinya. Ia juga mengangkat sebelah alisnya saat menyadari kedua orangtua Regina adalah salah dua orang berpengaruh di negara mereka. Mengapa Regina mencuri uangnya? Ia kemudian tertawa saat mengetahui ternyata James adalah adik kandung Regina. "Dua orang bisa memainkan permainannya, Regina-ku."
---
Regina sedang menonton streaming film di laptopnya sambil menikmati cemilan tengah malam saat ponselnya tak berhenti bergetar. Tujuh puluh panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal. Tak perlu diangkat pun Regina sudah tahu, Europe-lah yang meneleponnya sejak sejam lalu.
Sampai layar ponsel itu kembali menyala, menampilkan sebuah pesan baru dari nomor yang sama.
Sekali lagi kau tidak mengangkat panggilanku, aku akan benar-benar menghampirimu sekarang juga.
Regina menahan geramannya dan menutup laptopnya untuk mengangkat panggilan berikutnya.
"Apa yang kau mau?!"
"Siapa pria yang keluar dari flat-mu tadi sore?!"
"KAU MENGUNTITKU?!"
"Tidak. Aku menjagamu."
"Kau—!"
"Aku jemput kau besok jam 5 sore. Kita kencan. Menolak berarti menikah langsung."
Bip.
"OH TUHAN!"
---
"Mau ke mana lagi kau?" tanya James yang baru saja terbangun dari tidur siangnya di sofa ruang tamu flat Regina, saat melihat kakaknya itu keluar dari kamar dengan sudah berpakaian rapi dan make up tipis yang menghias wajah cantiknya.
"Aku dipaksa kencan dengan si Pria Gila. Dia akan tiba beberapa menit lagi," jawab Regina sambil melirik waktu di jam digital ponselnya.
"Bisakah kau berhenti berkhayal, Gina?"
"Aku tidak berkhayal—!"
Brrrm.
"Itu dia!" Regina berseru membuat James membuka sedikit gorden jendela flat Regina dan melihat sebuah mobil mewah yang baru saja terparkir di bawah sana.
Seorang pria tampan dengan setelan jas mahalnya keluar dari sana.
"Sial, dia Europe Dalessandro!"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Stockholm Syndrome
Short Story#1 in penculikan, #3 in Exhusband, #4 in Stockholmsyndrome 21+ Sindrom Stockholm-pernah dengar? Sindrom yang satu ini adalah suatu keadaan di mana seorang sandera merasa nyaman atau setia pada penculiknya. Atau setidaknya, begitulah yang dijelaskan...