"Begitu saja?" Gadis cilik berambut emas dengan gigi susunya yang masih dalam tahap pertumbuhan memprotes saat sang ibu menyudahi cerita pengantar tidurnya.
Ibunya itu mengangguk. "Dan mereka hidup bahagia selamanya. Selesai."
Gadis itu menarik selimutnya hingga batas dada. "Memangnya dongeng seperti itu nyata?" tanyanya.
Ibunya tertawa dan mengelus rambut putrinya, "Mungkin, kau takkan pernah tahu. Yang mom tahu hanya bahagia karena cinta itu nyata. Kau akan merasakannya nanti."
"Apakah Cinderella dan Prince Charming adalah aku dan Connor?" tanya putrinya lagi.
"Hmm, bisa jadi. Kau hanya perlu menunggu waktu untuk melihat jawabannya," jawab ibunya. "Sekarang tidurlah. Besok kau harus bangun pagi untuk sekolah, oke?"
Autumn, gadis cilik itu, mengangguk. Ia mengecup pipi ibunya sebelum memejamkan matanya dan bergumam, "Selamat malam, Mom."
Regina melangkahkan kakinya ke kamar tidurnya setelah mematikan lampu kamar putrinya. Di ranjang terdapat Europe yang tampak sedang membaca buku dengan kacamata bacanya.
"Autumn minta dibacakan Cinderella lagi?" tebak pria itu. Regina mengangguk sambil membaringkan tubuhnya di samping suaminya.
Ia lalu merapatkan tubuh mereka dan menyandarkan kepalanya di dada berbidang sang suami.
"Ia selalu membayangkan dirinya dan putra keluarga Elliott, tetangga kita," kata Regina.
Europe melepas kacamatanya dan menutup bukunya, "Maksudmu Connor? Bocah yang selalu datang setiap Sabtu itu?"
Regina mengangguk.
"Astaga. Gadisku masih berusia 5 tahun. Tak mungkin kan jika ia sudah mengenal cinta?" Europe menghela napas kasar.
"Cinta tak memandang usia, Europe. Biarkan saja Autumn mencintai siapapun, selagi masih dalam pengawasan kita."
Europe menoleh pada istrinya. "Kau benar, cinta tak pandang usia," ia menyeringai dan mendekat pada istrinya, "buktinya aku masih mencintaimu hingga sekarang. Bahkan cinta itu semakin bertambah tiap detiknya!"
Regina tertawa mendengar godaan dari sang suami.
Sedetik kemudian bibir mereka telah saling berpagut.
---
Regina membuka matanya saat merasakan kecupan-kecupan basah di sekitar lehernya.
"Selamat pagi," sapa Europe.
Regina tersenyum. "Pagi. Jam berapa sekarang?"
"Jam 6. Masih ada 1 jam sebelum membangunkan Autumn," jawab Europe.
"Aku akan membuat sarapan."
Regina berjalan ke ruang makan sementara Europe mulai bersiap-siap pergi bekerja.
Selang sekitar 15 menit kemudian, keduanya telah saling selesai. Regina menata meja makan saat Europe datang bersama tas kerjanya.
"Kau semakin cantik saja," puji Europe. Regina merona. "Hentikan."
Europe tertawa dan memeluk istrinya. "Aku tidak bercanda, aku serius. Aku adalah pria paling bahagia dan beruntung di dunia ini untuk memilikimu dan putri kita."
Regina tersenyum dan membalas pelukan Europe.
"Aku sangat berterima kasih pada Tuhan dan orang tuamu karena sudah mengusirmu dan James dari rumah kalian hanya karena kalian terlalu manja. Hingga kalian mencuri uangku dan menculikku. Jika tidak seperti itu, bayangkan apa jadinya aku sekarang.
"Aku rela kau culik selamanya. Hm, tampaknya aku mengidap sindrom Stockholm," Europe terkekeh dan mengecup istrinya, "hanya padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Stockholm Syndrome
Short Story#1 in penculikan, #3 in Exhusband, #4 in Stockholmsyndrome 21+ Sindrom Stockholm-pernah dengar? Sindrom yang satu ini adalah suatu keadaan di mana seorang sandera merasa nyaman atau setia pada penculiknya. Atau setidaknya, begitulah yang dijelaskan...