"Sebenarnya..," Regina meletakkan alat makannya, "kenapa restoran semewah ini begitu sepi? Apa karena makanannya terlalu mahal?"
Europe tertawa. "Aku sengaja menyewanya malam ini untuk kita."
Regina terkejut. Ia buru-buru menyesap air mineralnya untuk menutupi keterkejutannya itu. "K– kenapa?"
"Tentu saja karena aku ingin membuat kencan ini berkesan untukmu," jawab Europe santai. "Dan juga untukku. Karena ini kencan pertamaku," lanjut pria itu.
"Hmm.. benarkah?"
Europe mengangguk. "Katanya kau mengetahui segalanya tentangku?" Ia menaikkan sebelah alisnya, meledek Regina, "bahkan kau tahu aku masih perjaka, hm?"
Regina membuang wajahnya malu. "Aku hanya menebak saja saat itu. Kami hanya ingin membuatmu takut. Aku tidak benar-benar menguntitmu."
Europe mengangguk-angguk. "Jadi.. pria itu tunanganmu?" Europe bertanya, ingin mencobai Regina.
"Bukan. James adikku. Aku berbohong untuk menutupi—"
Europe menaikkan sebelah alisnya, menunggu lanjutan Regina.
"Tidak, aku h– hanya berbohong saja w– waktu itu."
Europe tersenyum, sedikit mencurigai Regina. Kenapa wanita itu tidak jadi melanjutkan perkataannya?
"Lalu mengapa kau mengakui dia adikmu sekarang?"
Regina kembali menyesap air mineralnya. "Kau tahu apa, Europe? Ayo antar aku pulang. Aku sudah kenyang."
Europe menatap wanita itu bingung. Tapi ia tak punya pilihan lain selain mengantar wanita itu pulang. Masih untung Regina memintanya mengantar ia pulang.
---
"Aku akan mengantarmu sampai pintu flat," ujar Europe lalu membukakan pintu mobilnya bagi Regina. "Itu tidak perlu tapi terima kasih," Regina memasang wajah datarnya, menahan rasa canggung selama perjalanan tadi. Selama 20 menit itu tidak ada yang berbicara hingga sekarang saat mereka sudah tiba di kediaman Regina.
"Apa kau tidak menawariku masuk?" saat Europe melihat Regina sudah akan membuka pintu flat-nya.
"Em.. sudah malam, sebaiknya kau pulang," kata Regina.
Keduanya terkejut saat melihat sepasang orang tua berdiri di balik pintu tersebut. "Regina, putriku, bisa kau jelaskan siapa pemuda tampan ini?"
Sial, James pasti menelepon mom dan dad! batin Regina memaki adiknya.
---
Sudah delapan menit lamanya Europe dan kedua orang tua itu duduk diam di sofa ruang tamu flat Regina. Sementara Regina dan adiknya menunggu di balik konter dapur, menyalahkan satu sama lain.
Regina tidak tahu saja betapa kencang degup jantung Europe sekarang. Ia sangat gugup berhadapan dengan salah satu pasangan paling berpengaruh di New York. Tunggu, kalau Regina berasal dari keluarga kaya raya mengapa ia mencuri uangnya?
"Jadi..," ayah Regina, Maxime, memulai pembicaraan setelah menyesap kopi hitamnya, "apa hubunganmu dengan putri kami?"
"Aku mencintainya, Sir," jawab Europe mantap.
Carina, istri Maxime dan ibu dari kedua kakak-adik itu membelalakkan matanya. "Maksudmu kau mencintai putri kami yang mencuri uangmu?!"
Europe mengangguk.
"Dengar, Tuan Dalessandro, kami minta maaf atas perlakuan putra putri kami. Kami akan segera mengembalikan uang Anda yang telah mereka curi, asal Anda menjauh dari putri kami," kata Maxime.
Europe menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Sir. Aku tidak masalah dengan uang itu. Tapi.." Bilyuner muda itu menggantungkan kalimatnya, membuat kedua orang tua di hadapannya menatapnya penasaran.
"Tapi apa, Tuan Dalessandro?"
Europe menyeringai, "Aku minta restu kalian untuk mendapatkan putri kalian."
Carina memasang wajah terkejut sementara Maxime memasang wajah datar.
"Apakah Anda serius, Tuan Dalessandro? Putri kami sudah sangat tidak sopan pada Anda. Lagipula kalian belum terlalu saling mengenal, bukan?"
"Aku benar-benar serius, Mom, Dad," Europe terkekeh pada kedua orang tua itu. Sementara keduanya menatapnya heran karena ia tiba-tiba bertingkah seperti sudah mengenal sejak lama. "Dan jangan berlaku terlalu formal. Aku adalah calon menantu kalian."
Hanya dengan percakapan singkat itu Europe sudah dapat meluluhkan hati orang tua Regina. Sementara James membelalakkan matanya di balik jendela dapur dan Regina merutukki adiknya yang menurutnya membawa sial itu.
---
Sepulangnya Europe, Regina langsung menghampiri kedua orang tuanya. "Kenapa kalian memberikannya restu? Pria itu jelas-jelas sudah gila!" protesnya.
"Mom keluar dari percakapan ini," Carina berlari menuju mobilnya dan Maxime di luar flat Regina.
Maxime memutar bola matanya. "Akui saja kamu juga pasti mencintainya. Sudah jelas dari matamu dan sikapmu. Regina yang dad kenal tidak pernah berbicara lembut pada seorang pria, apalagi menerima ajakan kencannya. Memang kamu bersikap beda pada pemuda itu." Maxime tersenyum lalu menepuk pundak putrinya pelan. "Dad dan mom berharap kamu dan James segera pulang. Kami minta maaf atas segalanya."
Maxime meninggalkan putrinya dengan bayangan segala ucapannya tadi.
Benarkah aku mencintainya? batin Regina.
Menyadari udara malam mulai menghampiri, Regina menutup pintu dan masuk kembali ke flat-nya. Di sofa terdapat adiknya yang sedang membaca komik.
"James," panggilnya yang hanya dibalas dengan gumaman.
"Menurutmu bagaimana sikapku selama ini pada lelaki?" Pertanyaan Regina sanggup mengalihkan perhatian James dari komiknya.
Adiknya itu meletakkan komiknya dan melepas kacamata bacanya. Ia tertawa, "Serius kau menanyakan itu?"
Regina mengangguk.
"Hmm.. Menurutku kau cukup garang. Ingat Raymond yang pernah menjadi kekasihmu selama 1 hari di SMA? Hanya karena tidak mengucapkan selamat pagi padamu saja kau langsung memutuskannya tanpa belas kasihan. Lalu Samuel? Mendekatimu saja sudah mendapat 20 cakaran di wajahnya. Sangat malang. Padahal ia eksekutif muda yang tampan, lho."
Regina terdiam mendengarkan adiknya.
"Pokoknya, kau itu jenis wanita yang tidak pantas untuk lelaki baik. Bagaimana ya menjelaskannya? Ya.. pokoknya gitu deh! Kau ini galak sekali pada lelaki. Apa mungkin kau les--?"
Regina meninju dada berbidang adiknya pelan. "Aku bukan lesbian!"
James terkekeh. "Tapi aku heran," ia menatap Regina, "kenapa kau memperlakukan Europe beda akhir-akhir ini?"
---
Comes out one day earlier :D Hope y'all enjoy your holiday
KAMU SEDANG MEMBACA
His Stockholm Syndrome
Short Story#1 in penculikan, #3 in Exhusband, #4 in Stockholmsyndrome 21+ Sindrom Stockholm-pernah dengar? Sindrom yang satu ini adalah suatu keadaan di mana seorang sandera merasa nyaman atau setia pada penculiknya. Atau setidaknya, begitulah yang dijelaskan...