BG vs CB-24

6.2K 298 9
                                    

Bel tanda istirahat kedua berbunyi dengan nyaring, semua siswa-siswi berlomba-lomba untuk keluar dan segera menuju. Tidak banyak siswa-siswi yang pergi ke kantin pada saat istirahat kedua seperti ini, banyak yang lebih memiliki pergi ke perpustakaan atau bertahan di kelas. Seperti yang Erin tengah lakukan sekarang ini, ia tidak ke kantin atau bolos seperti biasanya. Ia lebih memilih mendekam di ruang kelas dengan pandangan yang menatap kosong ke depan

Sejujurnya, ia masih memikirkan tentang kejadian tadi pagi saat istirahat pertama. Dimana ia begitu terkejut ketika mendegar seorang Rayon Leondra mengucapkan cinta kepadanya dan memintanya untuk menjadi pacarnya. Entalah, ia masih merasa binggung, ia tidak atau harus menjawab apa. Apakah ia harus menerima atau sebaliknya? Jujur saja, ia juga merasakan hal sama yang di rasakan Rayon kepadanya. Jantung yang selalu berdetak kencang bila berada di dekat Rayon, serta debaran aneh yang kerap kali ia rasakan ketika pandangan mereka bertemu. Ia tidak tau perasaan apa ini, ia mencoba mencari tau tapi gagal. Apakah mungkin jika ia mencintai Rayon? Ah memikirkan itu hanya akan membuatnya bertambah pusing

Erin menghela napas, sebelum kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas hendak menuju kantin. Langkahnya terhenti di depan kelas kala ia mendapati sepasang sepatu, Erin mendongak untuk melihat siapa orang tersebut. Dan ia mengernyit kala mendapati pemuda yang tadi pagi baru saja menyatakan cinta kepadanya

"Rayon? Ngapain di sini?" Erin bertanya binggung, dahinya berkerut

"Gue tau lo belum makan. Makannya gue bawaain batagor sama pop ice" Ucap Rayon penuh perhatian. Tangannya menyodorkan batogor serta pop ice kepada Erin

Erin terkekun dengan apa yang di lakukan Rayon, ia kembali merasakan debaran aneh itu, Erin merasa kalau sekarang ini pipinya sudah merah, ia menunduk. Astaga hanya karna perhatian kecil ini ia sudah merah padam

Terndengar seruan-seruan dari teman-teman kelas Erin yang sedari tadi menyaksikan interaksi mereka berdua

"Astaga kak Rayon sweet banget sihh"

"Anjir, gue juga mau kali di gituan"

"Huh, seandainya my doi' gue ke gitu. Bahagia dunia akherat dah gue"

"Njer, kak Rayon"

"Ahh kak, aku juga mau di gituaan"

"Monyet, gue baper woy"

Dan masih banyak lagi seruan-seruan lainnya. Erin yang mendengar itu semakin menunduk sementara Rayon hanya memasang muka datar, tidak memperdulihkan semua itu

"Rin.." Panggil Rayon menyadarkan Erin dari lamunannya

Erin mendongak "Ah? I-iya Yon?" Erin menggerutu dalan hati ketika ia bertanya dengan nada gugup

"Nih makan" Rayon menyodorkan batagor berserta pop ice yang tadi ia beli di kantin dengan penuh perjuangan

"Ah ya, m-makasih" Ujar Erin masih saja terdengar gugup. Tangannya terulur menerima batagor dan pop ice yang di belikan Rayon untuknya

Rayon mengagguk singkat sebagai jawaban "Hmm yaudah kalau gitu gue masuk dulu, dan sekali lagi makasih" Tanpa menunggu jawaban Rayon, Erin segera membalik badannya dan berjalan cepat menuju mejanya

Rayon tersenyum melihat tingkah Erin, ia membawah langkahnya memasuki kelas Erin. Semua pasang mata teralih kepadanya, tapi ia tak memperdulikan itu semua

Erin yang merasa ada yang duduk di depannya pun mendongak, mendapati Rayon yang sedang menatapnya dengan tangan yang ia gunakan untuk menopang dagu. Erin menahan napas sebentar ketika mendapati jarak di antara mereka berdua. Ia kembali menunduk dan melanjutkan makannya, ia yakin bahwa saat ini pipinya sudah merona merah. Erin menghela napas berusaha menetralkan detak jantungnya yang sedari tadi terus saja berdetak dengan cepat

Rayon tersenyum melihat tingkah Erin yang malu-malu tersebut "Cantik" Ucapnya pelan

Erin sontak mendongak "Lo bilang apa tadi?" Tanyanya memberanikan diri

"Lo cantik" Jawab Rayon tanpa malu-malu

Erin yang mendengar pun sontak saja langsung salah tingkah, ia kembali menunduk dengan pipi yang sedari tadi tidak henti-hentinya menyemburkan rona merah, serta detak jantung yang terus berdetak tidak normal. Erin menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya, berusaha untuk menetralkan detak jantungnya

Rayon terkekeh pelan, ia bangkit dari duduknya "Gue pergi dulu" Rayon memajukan wajahnya di depan telinga Erin sebelum kemudian berbisik "Soalnya lo kalo di dekat gue kayaknya salting mulu"

Rayon segera melarikan diri ketika selesai mengatakan itu. Erin yang mendegar pun sontak saja langsung mendongak dengan mata yang melotot. Ia yang tadinya malu setengah mati sekarang menjadi kesal karena ucapan Rayon tadi yang memang langsung tepat sasaran

"RAYON GILA!!" Teriakan Erin menggelegar di penjuru kelas, membuat semua siswa-siswi yang tersisa di kelas sontak menatapnya dengan tatapan binggung

Erin mencembikkan bibirnya pertanda kalau ia sedang kesal, bibir pink-nya tidak henti-hentinya mengeluarkan umpatan yang tentu saja untuk seorang yang sudah membuat ia kesal setengah mati

***

Sementara itu, Rayon yang sempat mendengar teriakan Erin terkikih geli. Entalah, ia merasa senang saja ketika melihat ekspresi kesal Erin, baginya itu sangat mengemasakan

Ia melangkah dengan santai di koridor sekolah, dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya. Siswa-siswi yang melihat itu merasa heran sekaligus kagum. Heran karena tidak biasa Rayon tersenyum karena biasanya pemuda tersebut selalu memperlihatkan wajah datarnya yang khas. Kagum karena Rayon dengan senyuman lebih tampan dari biasanya

Rayon berjalan menaiki tangga menuju kelasnya, niatnya memang akan kembali ke kelas setelah dari kelas Erin tadi, karena sebentar lagi bel tanda istirahat akan berakhir akan berbunyi. Saat sampai di depan pintu kelas, Rayon yang tadi asik senyum-senyum sendiri langsung di kejutkan dengan dua sosok pemuda yang berdiri di depan kelas

"Oy Dan, tumben nih sih kulkas senyum-senyum ndiri" Ucap Gandy sambil menepuk bahu Zhidan yang berdiri di sebelahnya

"Yo'i bro. Kesambet apaan lo Yon sampe bisa senyum?"

Rayon memutar bola matanya, malas sendiri dengan pertayaan sabahatnya. Sampe bisa senyum? Maksudnya Rayon selama ini gak bisa senyum gitu?

"Sampe bisa senyum? Maksud lo gue selama ini gak bisa senyum?" Tanya Rayon sinis

Zhidan tersenyum lebar sebelum kemudian menjawab "Itu lo sadar"

Rayon mendegus keras, baru saja ia merasa senang tapi sudah di hancurkan oleh dua manusia tak kasat mata ini "Bodoamat dah" Rayon berlalu setelah mengatakan hal tersebut

Zhidan dan Gandy saling pandang, lalu tersenyum penuh arti. Mereka berdua memasuki kelas dan duduk di tempat masing-masing. Tak lama setelah itu Pak Yanto, guru sejarah memasuki kelas dan pelajaran pun di mulai

Selama pelajaran di mulai, Pak Yanto terus saja di buat pusing karena kelakuan dua anak didiknya yang terus saja berbuat keributan. Siapa lagi kalau bukan Zhidan dan Gandy, Rayon dan Gian yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala saja karena sudah biasa dengan kelakuan dua sahabat mereka tersebut, sementara siswa-siswi yang lainnya malah tertawa karena merasa lucu dengan tingkah dua orang aneh tersebut.

~~~

To be continue..

Hola...
Lama gak up ya? Penasaran gak? Hehe sori sori
Di part ini Erin belum jawab tentang Rayon yang bilang kalo dia sayang Erin. Mudahan-mudahan di part berikutnya Erin bakal jawab:))

Jangan lupa vote ama komen juga kalo bisa. Jan sider oyeee, kagak baek tao:*

Nah kan gue dah kebanyakan bacot:'
Hwhw

Yodahlah

Bye

Bad Girl Vs Cool Boy [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang