42

1K 93 3
                                    

Sore itu,Jaemin sedang mengerjakan tugas bersama teman-temannya. Ya bisa dibilang kerja kelompok juga.

"Min,pinjem hp lo dong!" ungkap Haechan sambil menamprakan tangannya.

"Buat apa?" tanya Jaemin.

"Buat telpon mama gue,takutnya dia nyariin!" jelas nya.

"Lah sejak kapan mama lo suka nyariin?" tanya Jaemin becanda.

"Mau minjemin gak nih?" tanya Haechan yang sudah kesal.

"Nih!" Jaemin pun memberikan ponselnya.

Dan Jaemin lanjut mengerjakan tugasnya.

Satu jam kemudian...

"Chan hp gue mana?" tanya Jaemin yang sudah siap-siap untuk pulang.

"Abis baterai nya,tuh barusan gue charger!" jawabnya santai.

"Ck,lo pake apa sih sampe abis kek gitu,tadi kan baterai nya full. Sisa berapa persen?" Jaemin kesal pada Haechan yang selalu saja begitu. Menghabiskan baterai hp nya.

"Main dota dulu tadi. Lima persen," jawabnya lalu tersenyum dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Argh,lain kali gak bakal gue pinjemin lagi," ia berdecak sebal lalu mengambil hp nya yang di charger. "Gue pulang duluan guys!" ucapnya sebelum meninggalkan semua sahabatnya di rumah Mark.

Fyi, dulu pas jaman SMA mereka pada nge-kost,setelah masuk kuliah mereka tinggal di rumah masing-masing lagi.
Dan jarak dari rumah ke rumah sahabatnya tidak terlalu jauh.

"Yooii,hati-hati bro!" ucap Mark.

Jaemin pun pulang memakai mobilnya sendiri,namun sayang,ditengah jalan ban mobil nya kempes,dan lupa membawa ban serep.

Terpaksa ia harus membawa dulu ke bengkel.

Hari mulai gelap,namun mobilnya masih belum selesai diganti ban,karena antrian yang lumayan banyak.

"Pak masih lama?" tanya Jaemin pada seorang pegawai.

"Sepertinya begitu,"

"Ya sudah,besok saya bawa pagi-pagi,"

"Iya,besok pasti sudah selesai"

"Terima kasih,"

Setelah itu Jaemin pulang menggunakan taksi. Dari kejauhan Jaemin melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya.

Lalu,ia pun turun jauh sebelum sampai di rumahnya,ya dia jalan kaki.

Jaemin berjalan mengendap-endap layaknya seorang pencuri yang takut terciduk.

Saat jaraknya mulai dekat,ia bersembunyi dibalik tembok. Samar-samar ia mendengar Changbin berkata sesuatu.

"Ra gue mau ngomong sama lo!" jawab Changbin sambil mendekatkan badannya pada Kara.

Kini jarak antara mereka hanya sekitar dua jengkal tangan.

Kara sedikit menjauh,"Ngomong apa?"

Jaemin semakin menajamkan telinga nya,jujur ia sangat penasaran apa yang akan dikatakan Changbin pada Kara.

"G-gue suka sama lo Ra," jawab Changbin,dari matanya terlihat ia sangat mengharapkan balasan.

Setelah mendengar kalimat itu,Jaemin mulai geram. Dengan terpaksa ia harus keluar dari persembunyiannya.

"Wah bagus juga nyali lo,berani nembak Kara di depan rumah gue!" Jaemin datang dengan wajah mulai memerah.

Changbin dan Kara terkejut melihat kedatangan Jaemin.

"Jae-jaemin," ucap Kara terkejut hingga ucapannya terbata-bata.

"Kurang ajar!!" Jaemin mendaratkan pukulannya tepat di pipi sebelah kiri tepatnya dekat sudut bibir,hal itu sukses membuat Changbin terhuyung ke belakang.

"Jaemin!!! Berhenti!!" lerai Kara, namun tak didengar oleh Jaemin.

Kini Jaemin mulai menarik kerah baju seragam Changbin,hingga Changbin berdiri.

"Jaemin berhenti gak?!!" tetep saja teriakan itu tak didengar.

Saat Jaemin akan melayangkan satu pukulannya lagi,dengan segera Kara memeluk Jaemin dari belakang.

"Berhenti,hks," Kara terisak,Jaemin melepaskan tangannya dari kerah baju Changbin.

Changbin pun menahan diri nya agar tidak terjatuh.

"Gimana gue bisa nerima lo,kalo lo emosian kayak gini. Gue takut," ungkapnya sambil memeluk Jaemin.

Jaemin berbalik badan, Kara pun melepas pelukan itu dan juga menghapus air mata nya yang mengalir.

"Maafin aku ya?" pinta Jaemin.

Kara menggeleng cepat," Kenapa?" tanya Jaemin.

"Tanggung jawab dulu tuh Changbin kasian!" Jaemin segera melihat keadaan Changbin,ia mulai merasa bersalah.

"Sorry bro!" ungkapnya, "Gue obatin dirumah,ayo masuk!" ajak Jaemin,lalu memegang pundak Changbin supaya tidak terjatuh.

Kini mereka sudah berada di dalam ruang tamu, Kara mengambil kan kotak P3K.

Jaemin langsung meraih antiseptik dan menteteskan nya pada kapas,namun saat akan membersihkan sudut bibir Changbin yang lebam,Changbin menahan tangan Jaemin.

"Kenapa?" tanya Jaemin.

"Pengen sama Kara!" ungkapnya sambil menahan sakit dan perih.

Jaemin berdecak," Pipi kanan lo masih mulus nih,mau gue tambah?"

Kara terkekeh melihatnya.

"Gapapa,kalo demi Kara,apapun gue beri!" ungkapnya.

Kara melotot saat mendengarnya.

"Keluar dari rumah gue!" ungkap Jaemin sambil berdiri, tak lupa ia pun menunjuk pintu rumah.

"Gak kok kak, gue bercanda. Lagian lo sebagai kakak kenapa gak restuin gue aja sama Kara padahal gue orangnya baik nan pintar. Yang ada ini malah dibonyokin kayak gini,nanti Kara gak suka sama gue,karena gue gak ganteng lagi!" cerocos Changbin tanpa jeda.

Kara dan Jaemin terdiam mendengar ungkapan itu.
Ya,jika saja Jaemin tak menyukai Kara,ia akan memberikan Kara pada Changbin dengan sepenuh hati. Namun,semua berbanding terbalik.

Tanpa mengubris ucapan Changbin, Jaemin langsung saja membersihkan luka itu. Ia tidak mau lama-lama menahan emosi karena ungkapan Changbin.

"Udah selesai,sekarang lo pulang. Ibu lo nanti nyariin," ungkap datar Jaemin,lalu beranjak pergi ke kamar nya meninggalkan Kara dan Changbin di ruang tamu.

Kara paham situasi nya sekarang.

"Bin,maafin abang gue!" ungkap Kara merasa sangat bersalah.

"Iya,gue paham kok. Mungkin dia belum teramat percaya sama gue,lain kali gue bakal coba lagi,siapa tau direstuin!" ungkapnya lalu tersenyum manis pada Kara.

Kara merasa sangat bersalah,Kara seperti memberi harapan palsu pada Changbin.

'Bagaimana ini?'- Batin Kara.

"Gue pulang dulu!" pamit Changbin, Kara pun mengangguk.

Lalu mengantarkan Changbin sampai halaman rumah,tak lupa mereka pun saling melambaikan tangan sebelum berpisah.

"Maafin gue Changbin!"

Tbc>>



Incest?❎Na-Jaemin (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang