06. Back to Jogja

6.8K 830 188
                                    

Happy reading!

What a surprise!

Gue dan mas Rian pergi ke Jogja hari ini. Karena setelah Asian Games, Japan Open, China Open, belum bisa pulang. Dan hari ini bisa liburan sebentar, sebelum nanti sibuk latihan untuk turnamen Denmark dan France Open.

Bakalan ditinggal mas Rian lagi nanti gue.

Jogja menyimpan berbagai kenangan, juga menjadi saksi awal pertemuan gue dan mas Jom ini. Dan boleh dikatakan gue gak nyangka, gue bisa menjalin kasih sama mas Rian yang notabenenya orangnya cuek, tapi dulu.

Dulu dia Bantul, gue Sleman. Tapi ketemunya di Magelang. Nonton bareng pertama di Solo, dan sekarang sama-sama tinggal di Jakarta. Padahal gue orang Bandung.

Memang ya skenario hidup dari Tuhan luar biasa. Bahkan gue gak pernah kepikiran soal ini.

"Masih inget gak waktu pertama kali aku ajak kamu ke Malioboro? Dan kamu pengen naik andong?" tanya mas Rian.

Gue ketawa, inget banget.

Di Malioboro gue pengen naik andong, pas nanya harganya lumayan mahal. Karena saat itu mas Rian belum dapet bonus banyak kayak sekarang. Jadi dulu mikir dua kali hal-hal kayak gitu.

"Terus pada akhirnya kamu traktir aku makan gudeg. Tapi menurut aku, apapun makanannya, asal bersama kamu, itu special sih." kata gue.

Kok gue malah ngalus ya?

"Haduh, pacar siapa sih ini? Kok bikin gemes?" canda mas Rian

Gue senyum ngeliat dia juga senyum.
Suatu kebahagiaan bagi gue, dimana gue bisa menemani mas Rian dari awal. Dari yang dia masih biasa aja, belum terkenal sama sekali, hadiah dari turnamennya pun gak seberapa. Sampai akhirnya, sekarang mas Rian udah dikenal banyak orang, masuk pemain terbaik dunia, bahkan dapat tawaran iklan sana-sini.

Dulu, banyak banget yang gak setuju sama hubungan gue dan mas Rian, apalagi keluarga gue. Iya, karena mas Rian seorang atlet. Tapi gue meyakinkan, apapun pekerjaannya, kalau ditekuni pasti membuahkan hasil.

Dan jawaban yang dari dulu pengen gue tunjukan, saat ini tercapai.

"Makasih ya, kamu udah mau menerima aku apa adanya. Bahkan dari zaman aku gak punya apapun, tapi kamu selalu dukung aku." ujar mas Rian.

Kalau bahas masa lalu, rasanya suka sedih. Apalagi gue yang harus LDR sama mas Rian. Dia di Jakarta merintis karir sebagai atlet, dan gue di Jogja menyelesaikan pendidikan gue sebagai mahasiswa jurusan bahasa Korea.

"Semua berkat kerja keras kamu mas, aku cuma mendoakan kamu dan mengingatkan kamu. Tuhan pasti liat, mana hamba-Nya yang bersungguh-sungguh." balas gue.

Sejak kapan gue bijak gini? Dulu sebelum ketemu mas Rian, gue bobrok banget.

Tapi semenjak ada mas Rian, hidup gue lebih terang. Karena dia selalu mengingatkan, dan kita saling nyaman. Hingga akhirnya, kita berkomitmen untuk saling menyayangi dan terus bersama.

"Kamu nanti Korea Open gak ikut ya?" tanya gue

Mas Rian ngangguk terus ngeliat ke arah gue dengan heran.

"Kenapa?"

"Aku mau menawarkan diri jadi translator-nya PBSI hehe." jawab gue

Mas Rian cuma geleng-geleng kepala. Dia tau maksud terselubung gue, yaitu- bisa liat para atlet, terutama atlet cowok.

"Mulai ya kamu?!" kata mas Rian sambil ngelirik ke arah gue.

Gue cekikikan, kayaknya dia cemburu, padahal gue udah bahagia punya dia juga.

"Enggak ih, suudzon aja kamu. Aku mau ikut ke Korea, siapa tau ketemu mantan jodoh." jawab gue

Dia makin bete wajahnya, tapi gemes ya ampun mas Jomku.

"Siapa mantan jodoh?" tanya dia agak ketus.

Tapi gak marah, langsung adem lagi beberapa menit juga.

"Sehun exo hehe."

"Oh itu mantan jodoh ya, terus jodohnya siapa?" tanya mas Rian sambil senyum.

"Jodohku, maunya ku dirimu mas."

Anjir gue yang ngomongnya dalam hati teriak histeris, ini menggelikan.

Mas Rian malah ketawa, rasanya ingin ku foto lalu ku sebarkan kebahagiaan ini kepada para netizen.

"Semoga Tuhan mengabulkan doamu, dan kita bisa berjodoh." tutur mas Rian.

Aamiin mas aamiin.

"Udah kamu jangan senyum mulu," tegur gue

Soalnya mas Rian senyum terus, takut diabetes.

"Ya gimana gak senyum sih, kamunya bikin aku pengen cepet menghalalkan kamu." jawab dia dengan santainya.

Gue biasa aja. Gue gak baper. Gue gak histeris. Hanya ingin membawa mas Rian ke pelaminan sekarang.

"Ngalus terus, sampai halus. Kalau cewek lain yang denger, langsung pingsan mas mereka." kata gue sewot.

"Aku serius," tiba-tiba mas Rian megang tangan gue.

Gue natap dia, dianya senyum.

Gue balas senyum, dia lebih manis lagi senyumnya.

"Apa sih?!" gue agak gugup diliatin dia.

"Gak mau nyusul Koh Sinyo sama Ci Agnes?"

"Susal-susul, dikira balapan apa?!" balas gue sewot.

Maafkan aku merusak suasanamu mas.

"Kalau balapannya bareng kamu, ya aku mau." kata mas Rian dengan santainya.

Hello world, am I still alive?

"Berisik mas Jom berisik, kamu kok jadi mirip Kevin sih kerdusnya?" protes gue.

'Gue terus yang disalahin, padahal gue lagi sedih.' -Kevin

Ya semenjak pulang dari China, dia agak berubah. Makin ekspresif ya Tuhan.

Apakah dia benar-benar mas Jomku?

"Aku mau nanya serius."

"Apa?" tanya gue

Mas Rian menghela napasnya dalam, terus melepaskan genggamannya dan menatap ke arah gue.

"Kamu enggak gemes apa liat Koh Sinyo yang romantis sama Ci Agnes, bahkan bentar lagi punya baby?"

"Em- ya gemes. " jawab gue pelan

Lihat mereka berdua itu lucu, cocok banget. Terus greget dan menggemaskan liatnya. Ci Agnesnya baik, manis, pintar, dan selalu mendukung koh Sinyo.

"Ya terus, kamu maunya gimana?" tanya gue dengan penuh penekanan.





"Aku mau menjadi imam kamu dan menafkahi kamu lahir batin."

Qwertyuiopasdfghjklzxcvbmm

404 error

Athlete [Rian Ardianto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang