09. Congrats!

5.2K 798 55
                                    

Happy reading!

Gue gak tau dari mana mas Rian tau kalau gue sama Tien Chen udah ada di Bali. Gue gak tau siapa orang yang berani ngelapor ke mas Rian tentang gue yang jadi tourguide-nya atlet ini.

Rasanya gue mau nangis, tapi malu. Apalagi CTC ngeliatin gue mulu. Apa mas Rian punya firasat gak enak ke gue?

"Hey, kenapa? Terjadi sesuatu?" tanyanya

Gue menggelengkan kepala, lalu menghela napas panjang.

Sekarang gue harus fokus sama kerjaan dulu, baru jelasin baik-baik ke mas Rian. Kalau dia mau mendengar penjelasan sih. Kalau enggak— ya gimana gue gak bisa apa-apa.

Saat ini, gue pun belum berani untuk membalas pesan dari mas Rian. Gue gak mau berantem di chat, seringnya jadi salah paham karena gak tau ekspresi dan posisi masing-masing.

"Nihao, kamu baik-baik saja kan?"

Gue sampai gak sadar gue ngelamun. Dan jadi ngerasa gak enak sama Tien Chen.

"Ah, aku baik-baik saja. Sekarang kamu mau kemana? Makan?" tanya gue ke dia.

Terus dia senyum sebelum jawab, dan langsung mengingatkan gue sama mas Jom.

"Aku ikut kemana kamu ingin pergi." kata Tien Chen

Kan ini yang liburan dia, gue udah kasih buku yang berisi gambar-gambar Bali, tapi dia masih nyuruh terserah gue.

"Ya udah ke Taipei aja, mau?" canda gue

Dia malah ketawa.

Manis sekali ciptaan-Mu Ya Tuhan.

"Nanti kalau kamu ke Taipei, aku gak akan biarin kamu pulang lho." canda Tien Chen.

"Kenapa?" tanya gue penasaran

"Mau aku jadikan calon pendamping."

Gue diem seketika, tiba-tiba gue gak ngerti CTC ngomong apa barusan. Berasa aneh aja.

"Kamu belum punya pasangan kan?"

Gue yang belum konek sejak tadi, makin gak konek nih. Di pikiran gue cuma ada mas Rian, mas Rian makin marah, dan mas Rian makin salah paham.

"Hah?" jawab gue

"Tidak. Bukan apa-apa." jawab dia.

Terus gue ngajak dia keliling-keliling, ke pesisir pantai, terus nyari jajanan, sampai liat kesenian di Bali.

Dan saat ini, gue sama dia lagi mau liat sunset di Jimbaran sambil dinner. Dekorasinya berasa gue pacaran sama CTC.

"Indah sekali pemandangannya."

"Indonesia selain alamnya yang cantik, ternyata orangnya ada yang secantik kamu."

Ngomong apa ya tadi?

"Xie xie," balas gue sambil senyum.

Gak boleh baper, gak boleh. Ini cuma sementara, kalau terlanjur dua hari lagi juga gue ditinggal. Dia balik ke dunianya dam gue balik ke dunia gue.

"Nah di Bali ini menjelang malam pun selalu ramai, banyak wisatawan datang untuk melihat keindahannya. Baik alamnya, makanannya, sampai keseniannya." jelas gue.

Biar bermanfaat sedikit jadi tour guide-nya. Biar gak dibaperin mulu. Pusing banget gue mikirinnya.

"Saya suka Indonesia, mungkin lain waktu saya juga akan ke Indonesia lagi untuk liburan. Tahun depan, di Indonesia Open, kamu nonton ya?" suruh Tien Chen ke gue.

Ya gue sih usahakan nonton, tapi bukan buat Chou Tien Chen, tetapi untuk Rian Ardianto aka mas Jom kesayanganku.

"Iya, mungkin kalau saat itu aku tidak sibuk hehe." jawab gue.

Setelah mengabadikan momen sunset, dan makan malam bersama. Gue merasa makin panik, dan gak tenang aja. Inget mas Rian terus.

From: Ak tau tapi ak diam 💓

Aku gak tau apa yang salah dengan kita. Aku hanya merasa kamu berubah, dan menyembunyikan banyak hal dari aku.

Gue membaca pesan ini waktu gue dan CTC lagi jalan menuju hotel.

"Selamat beristirahat, selamat malam." pamit gue setelah kita akan masuk kamar hotel masing-masing.

Gue menghela napas panjang dan baca ulang pesan tadi. Masih sama, masih menohok hati.

Apa gue seberubah itu ya?

Tok. Tok. Tok.

Tiba-tiba pintu kamar hotel gue ada yang mengetuk. Apa mungkin CTC? Tapi mau ngapain coba? Baru juga beberapa menit yang lalu kita pisahnya.

Akhirnya dengan malas gue jalan menuju pintu, dan bersiap membuat pintu hotel.

"Mas Rian?!"

Gue kaget banget, liat mas Rian masih bawa koper kecil dan keliatannya baru aja mendarat. Keliatan masih jetlag.

Katanya besok, tapi kok udah nyampe aja?

"Mas kok bisa disini? Katanya besok?" tanya gue selembut mungkin.

Mas Rian natap gue dalam, gue degdegan banget.

"Aku ganggu kamu sama dia? Kamu gak suka ada aku disini?" jawab mas Rian dengan wajah datarnya.

Gue langsung menggelengkan kepala, gue gak setuju sama pernyataan dia. Gue cuma— terkejut ngeliat dia yang udah sampai di Bali aja.

"Han—" panggil mas Rian.

Gue menengok ke dia, kemudian masuk ke kamar gue. Menyimpan barang yang dia bawa.

Tiba-tiba mas Rian meluk gue, dan erat banget. Gue balas pelukan dia, yang super tumben banget.

Gue udah banyak bohong sama mas Rian, dan dia enggak marah. Ini yang selalu gue takutin.

Dia gak marah, tapi gue tau dia kecewa. Pelukan yang penuh emosi, tapi di satu sisi— gue sedih. Kenapa jadi rumit kayak gini.

"Maaf," cuma itu yang terlontar lagi bibir gue.

"Maaf," kata gue lagi.

Mas Rian lagi-lagi belum menanggapi permintaan maaf gue. Iya gue tau, gue sadar diri.

"Are you happy with him?" tiba-tiba pertanyaan super tidak biasa dari mas Jom.

Gue melepas pelukannya. Gue menatap mas Rian tajam. Kenapa dia nanya gue dengan pertanyaan semacam ini?

"Maksudnya?" tanya gue heran

"Aku gak akan maksa kamu, kalau kamu memang bahagia dengan dia yang baru, aku paham."

"Maaf selama ini belum bisa menjadi apa yang kamu harapkan. Empat tahun bareng-bareng ternyata bisa kalah dengan beberapa hari aja ya? Atau sebenarnya dari dulu memang cuma aku yang punya rasa? Dan kamu cuma kasihan sama aku?"

Demi Tuhan, gue disitu marah juga nangis dengar kalimat barusan. Kesannya gue sejahat itu, seolah gue gak tulus sayang sama dia.

Pekerjaan yang cuma tiga hari, gak sebanding dengan empat tahun yang gue lewati bareng mas Rian.

"Mas, kamu tau? Dari dulu kalau aku emang gak tulus, buat apa bertahan selama itu? Aku bahkan menerima semua hal tentang kamu. Kalau emang aku gak sayang sama kamu, ngapain aku nunggu kamu? Kenapa aku gak milih yang lain, yang mungkin bisa membahagiakan aku lebih dari kamu?"

"Jawabannya kamu sendiri tau, hanya dengan masalah aku jadi tour guide, kamu bisa berspekulasi kayk gitu? Kamu salah besar."

"Karena aku terlalu sayang sama kamu, jadi aku gak mau kamu tersakiti atau salah paham. Meskipun aku tau, semua pasti ada waktunya."





















"Harusnya kamu sadar, ini ujian untuk hubungan kita. Disaat kamu ingin hubungan kita lebih serius, diterpa masalah kayak gini aja kita belum bisa hadapi. Bagaimana dengan masalah-masalah yang lebih complicated?" dari gue untuk mas Jom

Athlete [Rian Ardianto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang