Namanya Diora Mandela Putri, seorang siswi Kelas Bahasa yang baru menyelesaikan program pertukaran belajarnya hari ini. Nama yang tak asing, menghafal nama itu secara spontan bukan sesuatu yang mengejutkan untukku. Nama yang kerap disebut baik oleh guru dan kepala sekolah atau oleh jajaran siswa elit lainnya. Namun percayakah jika sosoknya begitu mengejutkan di mataku. Seseorang yang tampak introvert dengan buku tebal di pelukannya, sosok dengan tawa dan senyum tersembunyi dibalik ketenangannya, reaksi tak terduga serta kepanikan akan menyinggung perasaan seseorang. Ia begitu lembut, tampak tertutup tapi penuh ekspresi di saat yang sama. Jadi, yang mana 'Diora' itu?
Hari yang tak kuduga akan datang padaku, siapa sangka jika beberapa jam telah kuhabiskan bersama? Permintaan yang kuabaikan membawaku bertemu dengannya secara nyata. Berlebihan jika aku menyebut ini sebagai takdir. Kuakui, ada 'kelicikan' tersembunyi dari ide yang kutawarkan pada Kevin di depan kelasnya. Meski itu tak sepenuhnya adalah bentuk dari egoisnya diriku. Lagipula, hanya Kevin yang realitanya bisa membangunkan 'orang itu', sebab aku sendiripun malas bertemu dengan orang yang mendapat gelar sinting darinya. Anggap saja sebuah simbiosis, aku mendapat keuntungan sedangkan Kevin akan kepayahan menahan hasrat menendang orang itu dari atap sekolah
Haruskah aku meminta maaf padamu, Kev?
Bagian paling mengejutkannya adalah kami sekarang berteman. Yang kumaksud antara aku dengan gadis itu, Diora. Tawaran bodoh dengan ungkapan spontan sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiranku. Semuanya akan selesai dalam sekejap jika aku tak mengatakan kalimat semacam itu dikantin beberapa saat yang lalu. Jadi, apa ini akan mengundang masalah atau membuatku tak nyaman?
Hm, kupikir tidak. Aku yang mengajukannya maka aku yang perlu bertanggung jawab bukan. Lagipula apakah berteman termasuk sesuatu yang dilarang? Tak ada yang bisa melarangnya baik dari pihakku maupun Diora. Dan kami sama-sama sepakat untuk memulainya. Garis bawahi kalimat ini, pemicunya adalah aku karena aku tak bisa menahan penasaran akan sosok yang kini disampingku. Menghela nafas, pandanganku kembali pada koridor yang tengah kami lewati. Pikiranku telah buyar, tergantikan dengan realitas yang ada di depanku. Menoleh kesamping, gadis itu masih mengerucutkan bibir sembari bergumam tak jelas. Mengarahkan sumpah serapah kepada orang yang takkan mendengarnya.
Buku itu masih setia dipeluknya, tanpa memiliki kesempatan untuk membaca dalam waktu yang lama. Malang sekali, padahal ketertarikan tergambar jelas dibalik iris cokelat beningnya. Tersenyum geli melihat tingkahnya itu, Diora mungkin melupakan eksistensiku saat ini. Dengan sengaja aku menghentikan langkah tiba-tiba, membuatnya tersentak hingga tubuhnya berakhir dengan menghadapku. Bagaimana bisa? Tentu, sebab Diora masih setia menggenggam tanganku sekaligus menjadikannya pelampiasan emosi dengan meremas jariku erat kala ia menekankan ucapannya. Huh tangan yang serbaguna bukan?
Kelereng itu tertutup dan terlihat dengan cepat, menampakkan raut terkejut di hadapanku. Terkekeh pelan, aku melangkah maju kearahnya. Mengayunkan sebelah lenganku yang bebas keatas kepalanya, lantas menepuk pucuk surainya pelan. Manik itu masih menatapiku tak mengerti. Mengacuhkannya, tanganku masih bergerak. Gumamannya sedari tadi terdengar jelas di telingaku, membuatku mengerti jika gadis bernama Arin itulah pelaku dari kekesalannya. Interaksi mereka di kantin tadi cukup menjelaskannya.
"Sudah lebih tenang sekarang?"
Diora masih memandangku dengan manik mengerjap, dan tepat pada tepukanku yang ke-5 ia mengangguk ragu, nampak baru mengerti akan maksud tindakanku.
"A-ah ya, ma-maaf aku terbawa suasana."
Sebelah alisku terangkat, menangkap nada terbata dengan kepala tertunduk itu. Mengapa ia mengucapkannya? Tak ada yang perlu dipermasalahkan atas interupsiku barusan. Setelahnya sunggingan kecil muncul tanpa kusadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone
Teen FictionRasa suka dan nyaman hanyalah berbeda tipis, jadi kau pilih yang mana? Hanya kisah kecil dari orang orang yang merasakan masa remaja, pertemanan, dan perasaan yang selalu berkaitan.