Gerimis.
Take diambil dengan diwarnai gerimis yang sengaja dibuat oleh crew untuk menambah kesan romantis.
"Action!""Aku tau dia sahabat kamu, tapi itu gak menutup kemungkinan dia suka sama kamu, sayang..."
"Itu hak dia, tapi aku gak menganggapnya lebih"
"Apa buktinya?"
Mondy meraih tangan Raya, menggenggamnya erat, kemudian mengecupnya mesra, Mondy menatap kedua mata Raya dalam, sangat dalam.
Raya hanya diam, karena memang begitu dalam naskah, kemudian Mondy meraih pinggang Raya kemudian mendekatkan wajahnya.
"Ijinkan aku menemukan bukti itu sayang..."
Raya memalingkan wajahnya ketika hampir bibir Mondy menyentuh bibirnya.
"CUT!! Raya, kamu harus tatap mata Mondy, seolah mata kalian berbicara, ayo kita ulang satu kali lagi setelah itu adegan fighting sampai terjadi pertumpahan darah""Sialan! Jantung gue deg-degan banget, gue udah gak ada apa-apa lagi sama Mondy tapi kenapa rasanya harus gerogi banget gini" bantin Raya kesal.
"Ayo Ray" ajak Mondy.
"Gue gak bisa"
"Loe tinggal tatap mata gue Ray, loe ikutin aja"
"Tapi-"
"Cuma sebentar aja""Satu... dua... roll... action!"
"Ijinkan aku menemukan bukti itu sayang..."
Mondy mengambil posisi seperti tadi, dan kali ini tangan kanannya meraih dagu Raya.
3 senti... 2 senti... 1 senti...
Raya membuang wajahnya kesamping, ada air mata yang jatuh, tapi tak terlihat karena gerimis buatan yang membasahinya."CUTT!! Kita break dulu, untuk scene ini kita pending"
"Sorry bang"Raya berlalu dan kembali ke basecamp untuk mengganti bajunya yang basah.
"Ray..." Mondy menyusul Raya.
"Loe kenapa?" Tanya Mondy.
"Kenapa apanya?"
"Take yang tadi, loe gak bisa? "
Sekeliling Raya dan Mondy saat ini sepi tak ada orang, karena memang yang syuting malam ini hanya beberapa saja, dan ada juga yang tengah menunggu dibasecamp lain.
Raya tampak berfikir, belum juga mendapatkan jawaban yang tepat, begitu sadar Mondy ternyata mendekatinya dan jarak mereka kini sangat dekat.
Raya tampak gugup, bajunya masih basah karena tadi belum sempat menggantinya. Sementara Mondy semakin mempertipis jarak diantara mereka.
"Mau apa loe?!"
Raya mendorong tubuh Mondy yang sudah berada tepat dihadapannya dengan jarak hanya beberapa senti.Air mata Raya jatuh.
"Keluar loe dari sini!"
"Ray... maaf gue gak bermksud-"
"Gue mau loe keluar dari sini! Se-ka-rang!!"
"Oke gue keluar"
Mondy menutup pintu kamar basecamp cewek."Gimana yang, bagus gak?" Tari berpose didepan Mondy dengan baju yang ingin dibelinya.
Tak ada jawaban.
"Mon?!"
"Oh iya... apa... gimana?"
"Aku nanya, ini bagus gak?"
"Iya... bagus... bagus"
"Ih kamu tuh kenapa sih?!" Kesal Tari.
"Yaudah kamu ganti dulu, biar langsung dikasih sama mbak nya"
Tari mengikuti saran Mondy.Selesai membayar Tari langsung mengajak Mondy pulang. Mereka memasuki mobil Mondy.
"Maafin gue Ray, gue cuma... kangen, yah mungkin gue kangen sama Raya" batin Mondy galau.
"Mon?"
"Iya Ray"
"Ray? Maksud kamu Raya?"
Mondy menyadari kesalahannya, ia terlalu memikirkan kejadian semalam.
"Maaf Tar"
"Seharian kita jalan dan dari tadi kamu nglamun bengong, dan yang kamu pikirin Raya?!"
Mondy tidak menjawab, karena memang yang dikatakan Tari benar, seharian ini mondy hanya memikirkan Raya.
Tari meraih tas nya dan membuka pintu mobil, ia sangat kesal.
"Raya!! Jangan sampe Raya ngrebut Mondy dari gue!" Gumam lirih Tari.
"Loe Tari kan?" Seseorang yang baru saja memarkirkan mobil dan keluar dari mobilnya.
Mondy menghampiri Tari.
"Haikal?"
"Hai bro..." haikal dan Mondy bertos ala cowok jaman now.
"Mending kita gabung aja nih sekalian reonian gitu..." usul Haikal.
"Kita baru aja mau balik" jawab Mondy sambil melirik Tari yang masih kesal dengannya.
"Mau balik tapi gue liat tadi Tari baru keluar dari mobil"
"Oh itu, biasalah"
"Kalian langgeng banget yaah, gue denger-denger kalian udah mau nikah nih"
Mondy menanggapinya dengan senyum yang sedikit meragukan. Tari hanya diam.
"Loe sendiri gimana kal? Jangan sampe gak ngundang gue nih"
"Ngundang buat kemana, acara ulang tahun? Hahaaa..." canda Haikal.
"Bisa aja loe, jadi semenjak loe jadian sama...-"
"Raya maksud loe? Gue sama Raya-"
"Ayo sayang, kita pulang aja sekarang" sergah Tari.
"Jangan sampe Haikal cerita kalo dia sama Raya gak pernah jadian" batin Tari gelisah.
"Gue duluan kal"
"Oke""Tok tok tok!"
"Gino? Ayo masuk dulu"
Gino meletakkan tas ranselnya di karpet yang sengaja Raya sediakan untuk sekedar bersantai tamunya, karena memang sangat sempit jika harus menggunakan sofa atau tempat duduk lainnya.
Raya memang awalnya pulang pergi ke rumah orangtua nya untuk ke lokasi syuting, belum lagi ke kampus ataupun untuk ikut balap, apalagi dengan kemacetan ibu kota yang tak perna absen, karena itulah Raya memutuskan untuk kos dan tempatnya pun tak jauh dari lokasi syutingnya.
"Gimana keadaan loe Ray?"
"Udah mendingan kok, oya loe mau minum apa?"
"Ya elah loe mah anak kos pake nawarin segala mau minum apa, emang adanya apa aja, jus ada?" Gurau Gino.
"Basa-basi lah dikit sama tamu, hahaaa..."
Raya mengambilkan soft drink untuk Gino.
Untuk hari ini Raya memang ijin untuk tidak syuting karena memang kondisi badannya sedang tidak fit.
"Ray, lusa gue ajak loe nonton mau gak?"
"Ada racing dimana?"
"Dasar bocah, pikiran loe balap mulu"
"Lha tadi loe ngajakin gue nonton"
"Nonton bioskop Raya sayaaang" sangkin gemasnya Gino terhadap Raya sampai ia mencubit kedua pipi Raya.
"Sayang pipi gue nih" Raya mengelus pipinya sendiri yang sebenarnya juga tidak sakit.
"Syuting loe gimana? Kapan kelar?"
"Masih lumayan, minggu depan juga ada take di puncak"
"Asyiikk tuh, apalagi kalo disana ada gue yah, hahaaa...."
"PLETAAKK"
Raya menjitak kepala Gino.
"Ketawa loe pelanin dikit, jengukin orang sakit malah bikin berisik"
"Berisik tapi bikin kangen yaaa"
Canda Gino dengan penuh kepercayaan dirinya.Tbc
Maafkan ngaretnya lama bangeett...
Jangan lupa vomen yahh 😊