10

189 27 5
                                    

"Mau loe tuh apa sih Mon...? Ucapan loe barusan itu bikin orang mikir yang engga-engga"
"Tapi emang aku ngantuk beneran Ray, barangkali kamu mau tidur juga gak pa-pa" Mondy memejamkan matanya.
Usai perkataan Mondy saat Gino menelponnya tadi Raya langsung mematikan sambungan telepon itu, bisa jadi tambah runyam jika Mondy mengatakan hal lain lagi yang lebih absurd.

Raya juga capek berjam-jam duduk dengan mesin mobil yang mati, ac juga sengaja dimatikan karena Mondy yang tadi berujar dingin.

Jam 6.
Hujan sudah berhenti.
Mondy membuka ponselnya dan ada pesan whatsapp dari temannya yang akan membawakan ban serep untuk mobilnya. Tentunya dengan sharelock dari Mondy.
Mondy mendapati Raya yang terlelap.
Raya tampak sangat tenang dengan nafas yang teratur. Mondy seperti melihat Raya nya yang dulu, Raya gadis tomboy yang manis.
Melihat Raya tertidur dengan posisi duduk pasti tubuhnya nanti terasa sakit dan pegal, Mondy berinisiatif mengubah sandaran joknya agar kebelakang jadi Raya benar-benar bisa meluruskan tubuhnya.
Saat tangannya akan memutar setting jok, pandangan Mondy terpaku pada wajah Raya.
Ya Tuhan, gadis ini dulu adalah miliknya, seharusnya untuk sekarang Mondy tak memiliki rasa rindu untuk Raya, tapi entah kenapa justru berhadapan dengan Raya membuat Mondy semakin merindukan Raya.

Mondy menepiskan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Raya.
Mondy memandanginya tanpa berkedip seolah takut bila ia berkedip satu kedipan saja ia akan terbangun dari mimpi dan ia tak inginkan hal itu terjadi, Mondy ingin terus berlama-lama seperti ini. Padahal Raya tertidur tapi kenapa Mondy seakan terhipnotis olehnya. Apalagi saat matanya beralih pada bibir mungil dengan polesan lipbalm warna alami, seperti magnet bagi Mondy, bibir yang pernah ia curi ciuman pertamanya. Mondy bukan lah seorang playboy, tapi berhadapan dengan Raya seperti ini membuat Mondy seolah dia playboy.
Mondy bangkit dari posisinya, menahan gejolak perasaan yang membuncah didalam dadanya. Mondy memukul dashboard mobilnya dengan sangat kesal.

Raya terbangun, perlahan ia membuka kedua matanya menyadari dirinya masih berada didalam mobil Mondy.

"Aaaarghh!!!" Mondy frustasi.
"Loe kenapa Mon?" tanya Raya hati-hati. Belum pernah sebelumnya ia melihat Mondy semarah ini, entah apa yang membuat Mondy bisa marah, apa ia melakukan kesalahan?
"Jawab pertanyaan aku Ray, kenapa kamu tega selingkuhin aku?!" Mondy terlihat menahan amarah. Mondy menggebrak dashboard mobilnya lagi, biar saja kalau rusak.
Raya bingung kemana arah ucapan Mondy.
"Jawab Ray!"
"Maksud kamu apa Mon?" Raya bergidik takut melihat Mondy semarah ini.
"Kamu sama Haikal, kamu selingkuh sama Haikal dibelakang aku!"
Oh Raya baru tau arah perkataan Mondy, ia tak habis pikir kenapa Mondy tiba-tiba saja marah akan hal ini, tuduhan yang tidak pernah dia lakukan.
"Aku gak nyangka kamu sejahat itu sama aku Ray, hanya karena kita jauh kamu bisa semudah itu mengkhianati hubungan kita"
"Aku mau pulang" Raya hendak membuka pintu mobil tapi ditahan oleh Mondy.
"Jawab pertanyaan aku!" seru Mondy tanpa melepas cekalan ditangan Raya.
"Kamu buat aku hampir gila Ray!"
Tanpa ada komando Mondy mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Raya yang tampak ketakutan.
"Kamu selingkuhin aku Raya!" tegas Mondy dengan suara yang lebih lirih tapi masih ada amarah disana.
"Aku gak selingkuh" lirih Raya dengan suara bergetar.
"Kamu selingkuh dengan Haikal, aku tau itu!"
Mondy mencengkram kedua bahu Raya dan memojokkan disudut joknya.
"Aku gak pernah selingkuh dengan Haikal atau siapapun"
"Pembohong!!"
Air mata menitik perlahan dari sudut matanya, Raya sangat ketakutan, hatinya kembali tercabik akan perlakuan Mondy hari ini kepadanya.
"Biarin aku pergi dari sini... Aku mau pulang...."
Bukannya Mondy melepaskan cengkeramannya dibahu Raya namun justru merengkuhnya membawanya kedalam pelukannya. Mondy memeluk Raya dengan sangat erat.
Raya tak punya tenaga untuk melawan Mondy lagi, pertahanannya luruh begitu saja.

Ponsel Mondy berdering nada panggilan.
Tari's calling.
Mondy mengabaikannya.

Raya masih terisak dalam pelukan Mondy.
"Tok! Tok! Tok!"
Ada yang mengetuk kaca mobil disebelah kemudi.
Mondy melepaskan pelukannya dari tubuh Raya. Raya baru bisa bernafas lega, entah apa yang akan terjadi bila Mondy tetap memeluknya seperti tadi, ia rasa Mondy kerasukan jin atau syetan penghuni jalan sepi ini, membayangkannya saja Raya bergidik ngeri ketakutan.

Mondy membuka pintu mobil, dan ternyata yang mengetuk kaca mobil tadi adalah teman yang diminta Mondy untuk membawakannya ban serep.
Raya menyusul keluar dari mobil karena akan didongkrak ban yang kempes tadi.
"Gila loe Mon, kalo mau mesra-mesraan jangan dijalan sepi begini apalagi didalem mobil, banyak syetannya bisa-bisa kebablasan".
Raya baru menyadari Mondy belum memakai bajunya karena masih basah akibat terkena hujan tadi.
"Baju gue basah, jangan ngeres loe!"
"Lha buktinya aja gue mergokin kalian lagi berpelukan, hahaaa... Udahlah gak usah ngelak lagi bro"
"Sialan loe! Cepetan kelarin nih mobil"
"Sabar bro"
Raya tak mampu berkata apapun untuk menjawab tuduhan teman dari Mondy, pasti teman Mondy itu menyangka dirinya dan Mondy bermesraan padahal kenyataannya Raya seperti sedang disandera oleh Mondy. Raya capek.

TBC
.

.

.

Sehari up 2 part nihh...
Lanjut gak yaaa.... 😊
.

.

Like
dan
Komen
Yaa...



Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang