Chapter 2

83 22 6
                                    

"Masalah apa,, serumit apa?? Hingga aku sulit menaruh kepercayaan untuk jatuh cinta.."
~Han Mi Rae

Han Mi Rae.
Itu namaku. Nama yang nenek berikan untukku. Bukan orangtuaku.

Aku mengalami kejadian yang.. bisa dikatakan mengharukan. Pengalaman masa kecilku tak seindah anak-anak kebanyakan.
Aku sudah tinggal bersama nenekku sejak dari kecil. Kami sudah menganggapnya sebagai ibu
kandung. Hubungan kami sangat dekat dengannya. Sehingga kami lupa kepada ibu kandung kami yang sesungguhnya. Kami rasa kami memang harus melupakannya.

Ibuku hanya melahirkan kami dengan kesia-siaan. Untuk apa kami dilahirkan kedunia ini.. yang ujungnya hanya untuk membuat kami hidup sengsara. Aku masih ingat betul,, aku sudah terbiasa dengan pukulan.. dan jeweran. Setiap ia pulang ke rumah tepat malam hari, terkadang ia dengan keadaan mabuk. Apakah itu artinya ia dalam keadaan tak sadar saat memukulku? Entahlahh,, tapi ia begitu sering melakukannya kepadaku. Entah apa yang menjadi alasannya. Aku tak melakukan kesalahan apapun. Nenek pun selalu membelaku saat ia hendak memukulku. Aku melihat matanya yang merah, mata lelah. Aku tak paham betul akan masalahnya.. sehingga ia bisa seperti ini. Ingin rasanya aku berteriak keras,, mengeluarkan semua kemarahanku akan situasi yang terjadi.. atas pertanyaan yang sulit rasanya untuk dijawab. Hanya menjadi tanda tanya besar diotakku.
Aku sangat lega jika dia tidak pulang malam ini. Dengan kata lain aku terbebas dari pukulan.

Ouuh ya.. aku lupa menceritakan suatu situasi dimasa sekolah dasarku.

Saat itu kakak perempuanku Yoo mi dan kakak laki-lakiku Kim sedang tinggal dirumah Sook oppa. Sook oppa merupakan kakak laki-lakiku yang pertama. Dia sudah tinggal bersama kekasihnya dan 1 anak laki-laki. Sedangkan aku tinggal bersama nenek dan.. ibuku. Aku masih SD,, biayaku tidak begitu memberatkan untuk nenek. Jadi tak usah tinggal bersama kakak-kakakku. Terlebih aku ingin tinggal bersama nenek. Setiap malam selalu ada dongeng untukku. Tak terbayang jika aku terpisah dengannya.
Sook oppa membantu pembiayaan sekolah kakak-kakakku. Dan memberikan fasilitas untuk mereka. Ia membantu ibu dalam masalah ini.

Aku sempat berpikir sekilas .. jika kakak-kakakku tinggal bersama nenek.. dan menemui ibu pada malam hari.. apakah mereka sama akan menderita sepertiku? Dengan pukulan dan jeweran? Dan kata-kata kasar yang ibu lontarkan?? Apakah semua itu hanya bisa dialami olehku? Karena eomma sempat mengatakan kepadaku bahwa aku pembawa sial!! Aku tak tau apa-apa.. mengapa dia mengatakan itu kepadaku?

Aku sempat benci sekali kepada ibuku. Tapi sekarang aku mencoba memahami apa yang terjadi, mencoba memahami masalah yang sedang ditimpanya. Aku tak boleh menyalahkan siapa-siapa disini. Aku mencoba bersikap netral.

Hari demi hari aku semakin mengetahui kondisinya. Aku terseret kealur cerita mereka. Semakin aku merasakan masalahnya.. semakin sesak jika aku dianggap sebagai seorang dewasa dimasalah ini. Aku tak tau harus apa.. tak ada kata-kata yang bisa aku ucapkan. Hanya sakit.. dan sakit itupun.. aku hanya bisa menelannya.

Nenek menjadi pahlawan disini. Ia menyarankan eomma agar bekerja.. bukan diIbu kota. Ditempat yang damai.. tersembunyi,, dipedesaan. Akhirnya eomma menuruti apa kata ibunya, alias nenekku. Ia bekerja disebuah daerah terpencil dikorea selatan. Akupun tak tau keberadaannya saat ini. Hanya tau kondisinya,, karena ia sempat mengatakan bahwa ia baik-baik saja disana.

Yoo mi dan Kim kembali tinggal dirumah nenek. Tinggal dirumah kami. Saat aku mulai kelas satu SMP, Yoo Mi sedang SMA pada saat itu.. dan Kim baru menerima beasiswa di universitasnya yang sekarang. Biaya  sekolah Yoo Mi masih ditanggung Sook oppa. Ditambah biaya sekolahku. Nenek hanya membantu biaya makan sehari-hari saja,, dengan pekerjaannya sebagai bibi laundry.. dan jika ada pekerjaan sambilan.. ia pasti akan menerimanya.

Apakah Aku Normal?!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang