18. Empat Hari Terlewati

153 35 47
                                    

Mingyu berdiri didepan pintu gerbang rumah bibi Kyulkyung, dia melirik jam tangannya melihat apakah dia terlambat atau tidak. Senyuman pria itu terlukis saat melihat wajah berseri kekasihnya, pria itu melambaikan tangannya meminta Kyung untuk membuka pintu gerbangnya.

“Mama sudah nungguin.”

“Mama kamu sudah pulang dari Paris?” Kyung menganggukkkan kepalanya pelan, gadis itu menggandeng tangan kekasihnya. Dia menatap sekilas Mingyu yang masih melukiskan senyuman hangat untuknya.

“Iya, katanya mau nemenin aku sampai aku lulus nanti.”

Mingyu mengangguk pelan, dia juga ikut senang melihat kegembiraan Kyulkyung. Dia memperhatikan raut wajah gadis itu, senyuman Kyung, gelak tawanya entah kenapa Mingyu merasa bahwa gadis didepannya itu begitu sempurna. Dia memiliki segala hal yang tidak dimiliki Mingyu, Kyulkyung melengkapi setiap ruang kosong dihati Mingyu. Dia mengisinya dan memenuhi seluruh perasaannya dengan semua rasa yang tak bisa Mingyu deskripsikan.

“Loh Mama kemana?” tanya Kyung, dia menatap ruang tamu yang terlihat kosong, bukankah 15 menit yang lalu ibunya duduk disini. Dia melirik sekitarnya yang terlihat sepi, rumah besar itu seakan tidak berpenghuni walaupun manusia yang tinggal disana cukup banyak.

“Mbak, mama mana?” tanya Kyung pada pembantu rumah tangga bibinya, wanita muda yang berpenampilan tidak sesuai umurnya itu menghentikan kegiatannya mengelap rak kaca yang berisi segala perabot berbahan kristal milik bibi Kyung.

Wanita itu nampak berpikir, dia seperti berusaha mengingat kemana perginya sosok yang Kyulkyung tanyakan padanya.

“Ah madam tadi pergi non, madam bilang mau ketemu temen lamanya lagi,” jelas pembantu bibi Kyung, gadis itu menghela napas kecewa. Dia melirik Mingyu yang hanya melukiskan senyuman maklum. Dia mengelus puncak kepala gadisnya itu.

“Tidak apa-apa besok kan ketemu di galeri seni aku,” ucap Mingyu membuat Kyulkyung tertegun dia benar-benar merasa beruntung karena memiliki Mingyu, pria itu tidak banyak menuntut padanya.

Mingyu selalu bisa mengalah ataupun menempatkan dirinya di posisi yang sesuai. Mingyu selalu punya cara untuk menyelesaikan setiap masalahnya. Dia tidak pernah melibatkan amarah atau emosi berlebih, pikirannya selalu tenang dan cara Mingyu memandang sesuatu dari dua sisi itu membuat Kyulkyung semakin mencintainya.

***

Jungkook berlari masuk kedalam mobil sedan mewahnya, dia memukul stir kemudi dengan kasar saat ingatan mengenai Jiyeon terlintas di kepalanya. Pikirannya kembali terpecah akan banyak hal, rasa sakit itu semakin menyebar hinga ketitik paling kecil hatinya. Rasa nyeri itu semakin tidak tertahankan, getir dan pahit luka yang menganga itu membuat Jungkook seperti ingin mencabik-cabik dirinya sendiri.

ARGH!!

Dia berteriak frustasi, tangan besarnya terangkat untuk menjambak rambut hitam itu begitu kuat. Dia menyesal telah mengatakan hal sejahat itu, Jungkook meruntuki dirinya yang tidak dapat mengendalikan dirinya, dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih saat itu, amarah terhadap sosok orangtua kandungnya membuat Jungkook seperti gelap mata, dia menjadi bimbang dan tenggelam dalam kegelisahan.

“Bodoh! Bodoh!”

Kembali pria itu membenturkan bagian belakang kepalanya dengan sandaran jok mobilnya dia meruntuki setiap tindakan idiot yang dia lakukan. Jungkook benar-benar tidak dapat memaafkan dirinya kilatan kejadian tadi terus berputar tidak henti memenuhi kepalanya, tetesan airmata Jiyeon benar-benar semakin membuat kepalanya terasa begitu sakit, dia merasa bahwa kepalanya seperti akan pecah.

Jungkook melirik pada layar ponsel yang menampilkan sebuah pesan dari kepala panti, dia membaca rentetan kata yang tersusun menjadi kalimat yang menunjukan keberadaan tempat tinggal seseorang.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang