23. Enam Hari Terlewati

141 33 31
                                    

Jiyeon menatap pada benang merah yang masih melingkar, dia menatap bingung pada helai terakhir benang itu. Apa yang Suho maksud mengenai tugas yang belum selesai? Apa yang kali ini mereka lewatkan dan kejelasan seperti apa yang harus mereka terima.

"Jiyeon."

Jiyeon segera membalikan tubuhnya, dia menaikan selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya saat mendengar suara ibunya masuk kedalam kamar.

"Nak.."

"Aku mau tidur," ketus Jiyeon masih membelakangi ibunya. Dia tidak ingin berbalik dan menatap wajah ibunya.

"Ibu.."

"Berisik bu, aku mau tidur." Taehee tidak melanjutkan kalimatnya. Dia memeluk Jiyeon yang masih enggan untuk melihat wajahnya. Airmatanya tidak henti berjatuhan dari maniknya yang terlihat sembab. Taehee tidak henti menangis, sejak kemarin dia tidak berhenti meminta maaf di depan pintu kamar Jiyeon yang tertutup.

Semua ini salahnya, ini semua dosa yang dia lakukan tapi kenapa Tuhan menghukum anak-anaknya? Taehee tidak menyangka jika Jiyeon dan Jungkook adalah..

Tubuh gemetar itu semakin erat memeluk tubuh Jiyeon yang berbaring membelakanginya. Punggung mungil putrinya terlihat basah oleh tetes airmata yang seakan tidak bisa mengering.

"Maafin ibu Jiyeon, ibu sungguh minta maaf jiji. Ini salah ibu, semua ini kebodohan ibu. Maafin jiji."

Jiyeon mengigit bibirnya menahan isak tangis yang ingin keluarkan, dia berulang kali menghapus lelehan airmata yang jatuh. Hatinya meringis nyeri saat mendengar isakan dan permintaan maaf ibunya, tapi rasa sakit itu membuatnya seperti tidak bisa memaafkan ibunya.

Semuanya salah ibunya, dia yang paling bersalah atas takdir yang jahat ini. Ibunya yang membuat dia dan Jungkook terjebak dalam goresan takdir yang menyedihkan.

***

Mingyu berjalan menuju ruang kelas Kyulkyung, dia menyapukan pandangannya pada sekitar kelas mencari keberadaan Kyung. Tidak ada Kyung tidak disini, langkah kaki Mingyu terus bergerak. Dia berjalan menuju ruang latihan tari. Namun baru beberapa meter dia menuju tempat itu, obsidiannya menangkap sosok yang dia cari berjalan kearahnya.

"Kyung!"

Manik Kyulkyung membulat, dia membalikan tubuhnya dengan segera. Dia harus seperti ini, Kyung harus menjauhinya dia tidak lagi bisa bersama dengan ke- ah tidak mungkin Kyung menyebut Mingyu sebagai kekasihnya. Pria itu adalah kakak kembarnya yang Kyung cintai sebagai seorang pria.

"Kyung!"

Mingyu menarik tangan putih itu. Dia menghentikan langkah kaki Kyung yang sejak tadi terus menghindarinya.

"Lepas!" Kyung menggerakan tangannya dia berusaha melepaskan tangan kanannya dari cengkraman tangan Mingyu.

"Kenapa ngehindarin aku?"

Jangan bertanya Mingyu! Jangan mengingatkan hal yang membuat Kyung berpikir ingin kembali menenggak cairan pembunuh serangga. Jangan bertanya hal yang membuat Kyung ingin membunuh dirinya.

"Jangan bertanya apapun, aku mohon jangan menemuiku lagi. Anggap kita tidak pernah kenal, lupakan segala hal yang terjadi termasuk cinta.." Kyung tidak mampu meneruskan kalimatnya, dia memohon pada Mingyu agar menjauhinya. Dia meminta Mingyu untuk tidak datang lagi padanya, ini salah kisah ini tidak seharusnya berlanjut. Cerita ini harus segera berakhir.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang