26. Akhir

430 49 35
                                    

Dua kelopak mata itu perlahan mulai terbuka, tubuh kedua orang yang terbaring koma di lainan tempat itu tidak lagi berguncang. Perlahan sedikit demi sedikit mata yang sejak 7 hari terpejam mulai terbuka. Sedikit demi sedikit hazel dan obsidian itu terlihat dengan sempurna.

"J-jiyeon!!"

"Mingyu!!"

Dua teriakan itu terdengar, kedua ibu yang terlihat lelah segera memeluk anak mereka dengan erat. Isak tangis terdengar begitu kencang dan menyayat hati,

"Arghhh Jiyeon!"

"Putriku! Putriku sayang.." Jisung yang tidak bisa menahan tangisnya langsung ikut memeluk Jiyeon dan Taehee, dia mendekap tubuh dua wanita yang tengah menangis semakin erat. Putrinya, Tuhan masih menyelamatkan putrinya.

"Jangan tinggalkan ibu Jiyeon, jangan tinggalkan ibu." Jiyeon semakin mengeratkan pelukannya, setiap kata yang kedua orangtuanya ucapkan hanya di balas dengan isakan yang semakin pilu. Dia tidak mengatakan apa pun, Jiyeon tidak sedikitpun berucap. Dia hanya menangis di dalam pelukan kedua orangtuanya.





"Mingyu Tuhan terimakasih," isakan Hyekyo terdengar begitu pilu dia mendekap tubuh putranya dengan erat. Mingyu nya, Hyekyo sungguh berterimakasih karena Tuhan masih memberinya kesempatan. Dia tidak mengambil Mingyu seperti apa yang terjadi pada Kyung. Hyekyo bersyukur, dia sungguh berterimakasih karena Tuhan tidak mengambil putranya juga.


***

Senja kemerahan seperti menyorot masuk kedalam ruangan, cahaya yang terasa menyilaukan itu seperti tidak menganggu seorang gadis yang tengah duduk diatas kursi roda dengan tatapan lurus menatap keluar jendela.

"Lo pikir cuma lo yang terluka hah? Lo pikir cuma lo yang sedih dek?"

Jiyeon membalikan tubuhnya dia menatap pada sosok yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Wajah tampannya memperlihatkan raut yang tidak bisa dia artikan. Sedihkah? Kesal atau marah?

"Bodoh banget lo!"

Gadis berwajah cantik itu tertunduk, dia meremas pakaiannya. Jiyeon menggigit bibir bawahnya, dia tidak mengerti kenapa terasa menyesakkan sekali perkataan yang Suga lemparkan. Kenapa kini perkataan menohok itu terasa menyakitkan?

Suga benar, Jiyeon memang bodoh. Dia bodoh karena telah mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya, dia bodoh karena berpikir sesempit itu namun di balik itu semua Jiyeon bisa tahu rahasia pahit yang tidak dia ketahui. Dia dapat mengetahui jika memang Jungkook tidak akan pernah bisa dia miliki.

"Lo punya gue dek, gue ada buat lo."

Hiks!

Isakan Jiyeon tidak lagi bisa dia tahan, Jiyeon menangis saat pria berkulit putih itu berjalan menghampirinya, Suga menurunkan tubuhnuaya, dia mengenggam tangan mungil itu lalu meremasnya dengan lembut.

"A-aku.."

"Gue sayang sama lo dek, semua orang butuh lo. Gue mohon jangan lagi bertindak bodoh dek, jangan pernah berpikir kalo semua orang gak sayang sama lo. Jangan pernah berpikir kalo hanya Jungkook yang sayang sama lo."

Hiks!

Hiks!

Tetes demi tetes airmata berjatuhan semakin deras, Jiyeon tidak lagi bisa menahannya. Tangisannya semakin pecah saat kalimat demi kalimat itu terus Suga ucapkan. Yah Suga benar, dia memang bodoh. Jiyeon sangat bodoh karena tidak bisa melihat kasih sayang orang-orang di sekitarnya.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang