Yang ku 'garis miring' itu artinya flashback ya :)
***
Angin dingin mengiringi laju lambat kaki Jimin, berhenti tepat di depan sebuah bangku kayu, ia mengamatinya lekat sebelum menyamankan diri di sana.
Hembusan nafasnya tersamar oleh deru angin. Matanya terpejam, menikmati belaian dingin yang menyapu kulitnya. Mesin penggali seakan bersarang di kepalanya. Memunculkan kenangan yang sudah terkubur kembali ke permukaan.
"Ibu"
"Hm? Ada apa sayang?" Jimin menyahut panggilan lirih Jihyun.
Matanya setengah terpejam, meski nyatanya dia masih terjaga sepenuhnya.
"Apa Hyunie boleh bertanya?"
Kerutan di kening Jimin mulai timbul, maniknya terbuka, menatap Jihyun penuh selidik. Tak biasanya bocah ini meminta ijin terlebih dulu.
"Tentu, jika bisa pasti Ibu jawab."
"Eum.." dia tampak berpikir, kepalanya menengadah dengan tampang polos. "Apa Ibu kenal dengan Jeon ahjussi?"
Deg.
Jimin membatu dengan mata membulat lebar, pun nafasnya yang tercekat di pangkalan tenggorokan. Kenapa tiba-tiba.
"K-kenapa Hyunie bertanya begitu?" Jimin tak ingin gugup, tapi kenyataannya nada suaranya sedikit bergetar.
Jihyun menggeleng kecil. "Hanya.. Penasaran." katanya. "Kalau Ibu tak mengenalnya. Lalu, bagaimana Jeon Jussi bisa punya foto Ibu di rumahnya."
Lagi, untuk kedua kalinya Jimin melebarkan matanya. "A-apa maksudmu sayang?"
Menghela nafas, kepala Jihyun jatuh di dada Jimin selagi tangannya mengitari perut sang Ibu untuk di peluk erat.
"Waktu berkunjung ke rumah Minji, Hyunie melihat banyak foto Ibu di dalam satu kamar, awalnya Hyunie tidak yakin itu Ibu. Tapi setelah Hyunie melihatnya lebih dekat, itu memang Ibu." jelasnya. "Waktu Hyunie tanya sama Minnie, dia bilang itu ruang kerja Ayahnya."
"Ibu terlihat bahagia di foto itu, Jeon Jussi juga. Kalian tersenyum lebar disana." tambahnya.
Jimin tak memberikan reaksi, tak membantah, pun tak mengiyakan. Kenyataan yang Jihyun katakan membuat kinerja otaknya berhenti sesaat. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dengan ritme tak beraturan.
Angin itu kembali berhembus. kali ini lebih kencang, sekedar menyadarkan Jimin. Membawanya kembali pada kenyataan.
Semua berawal disini.
Cintanya.
Kisah mereka.
Jimin mengutuk dirinya yang dulu menginginkan kembali ingatannya. Semua terjadi begitu saja. Gambar abstrak hitam-putih yang sering menjelajah otaknya perlahan berwarna. Hingga akhirnya menjadi sangat jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [END]
Fiksi Penggemar[Jikook-Kookmin] Seseorang mungkin bisa merubah nasibnya, tapi tidak dengan Takdirnya. Warn; ↪ Boyslove, Yaoi. ↪ Mpreg! ↪ Adult(+) ↪ Drama! P.s; tidak suka silahkan pergi!