New breath

10.3K 1.2K 328
                                        









***


"Mwo?!"

"Benar yeobo, Jungkook tidak mungkin berbohong padaku. Aku Ibunya, aku yang membesarkannya. Walau pun dia anak yang nakal tapi tidak sekali pun dia pernah membohongiku."

Nyonya Jeon sudah menceritakan semua yang di tutupi Jungkook pada suaminya setelah sebelumnya ia memastikan kondisi sang anak sudah membaik untuk di tinggalkan sebentar.

"Lalu di mana wanita itu?"

"Jungkook bilang padaku kalau wanita itu sudah dia pindahkan ke Jepang."

Benar. Jungkook sudah mengatakan sebelumnya akan memberikan sebuah apartemen pada Seoyoon, tapi bukan di Seoul melainkan di Jepang. Semua itu ia lakukan untuk meminimalisir kemungkinan terburuk. Wanita itu tidak akan menyerah untuk mendekatinya, meski pun Jungkook tetap takkan terjerat. Jadi sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi padanya dan wanita itu, lebih baik Jungkook menghindarinya lebih dulu.

"Cucu kita?"

"Kalau masalah cucu kita kau tidak perlu khawatir, Jungkook sudah menyuruh orang untuk terus mengawasi wanita itu sampai nanti cucu kita lahir." jelas nyonya Jeon.

"Astaga," tuan Jeon meraup wajahnya kasar. Tak habis pikir mengapa Jungkook menutupi hal sepenting ini dari orang tuanya. "Bagaimana keadaan anak itu sekarang, apa sudah baikan?" tanyanya khawatir.

"Sudah lebih baik dari kemarin, hanya saja dia terus mengigau memanggil Jimin." ada kesedihan di tiap kata yang terlontar dari belah bibir wanita paruh baya itu. "Yeobo, apa tidak sebaiknya kita katakan pada Jungkook kalau Jimin ada di Seoul?"

Lelaki paruh baya itu menggeleng. "Tidak untuk sekarang sayang, kita belum memastikan apa itu Jimin atau bukan. Tunggu sampai semua jelas baru kita memberi tahunya."

Menghela nafasnya pasrah, mau tak mau nyonya Jeon harus menutupi semuanya untuk sementara. Lagipula yang di katakan suaminya tidaklah salah, mereka memang belum yakin betul apakah yang dilihatnya kemarin benar menantunya atau bukan.

"Kalau begitu aku akan kembali ke apartemen Jungkook, dia membutuhkanku sekarang." nyonya Jeon bangkit dari duduknya setelah menyambar tas di atas meja.

"Hm, jaga dia baik-baik." pesan tuan Jeon dan di angguki sang Istri.

***

Terhitung sudah tujuh bulan Jimin tinggal bersama keluarga Kim. Perutnya yang semakin membesar menyulitkannya untuk sekedar berjalan. Bergerak pun sulit. Itu semakin membuat Yoongi over protektif terhadapnya. Hyung pucatnya itu bahkan melarangnya untuk keluar rumah.

Tapi setidaknya sekarang Jimin punya kesibukan hingga sedikit mengurangi rasa bosannya–menjadi asisten Yoongi dalam merancang pakaian.

Ya, setelah rancangan baju pengantin yang di buatnya pertama kali waktu itu di terima dengan suka cita oleh pelanggan, akhirnya Yoongi memutuskan mempekerjakan Jimin untuk membantunya. Meski pun harus mengerjakan semuanya dari rumah.

"Hhh.. Akhirnya selesai juga, Astaga tanganku." Jimin mendesah lega seraya melepaskan pensil di tangannya kemudian berdiri untuk meregangkan otot-otot yang terasa kaku. "Apa kau lapar sayang?" tanyanya pada si jabang bayi.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang