Park Jihyun & Jeon Minji

9.3K 1.2K 180
                                    











***

Six years later..

"Hyunie, berhenti main-main, sayang." pekik Jimin dari dapur. Sedangkan yang di panggil hanya acuh sambil terus berputar-putar dengan gelak tawa di ikuti Bibi Jung yang terus mengejarnya dari belakang.


Wanita paruh baya itu terengah, kaki tuanya terasa kebas karna terus mengejar Jihyun sejak selesai di mandikan. Namun ia tak bisa menolak, baginya melihat tawa Jihyun sudah seperti obat paling mujarab untuknya.

"Park Jihyun, Ibu bilang berhenti!"

Entah sejak kapan Jimin sudah berdiri di depannya–menghadang langkahnya–seraya berkacak pinggang sambil menatapnya tajam. Bocah enam tahun itu seketika terdiam, kepalanya tertunduk takut. Dia tau jika sang Ibu sudah memanggilnya dengan nama lengkap artinya dia memang harus berhenti. Ibunya itu sangat mengerikan saat marah jika kalian mau tau.

"Apa kau tak lihat Bibi Jung sudah lelah karna terus mengejarmu? Kau tak kasihan padanya, eoh?" kepala kecil itu semakin tenggelam. Bibir bawahnya di gigit kuat dengan jari-jari memilin ujung seragam.

"Sekarang minta maaf." titah Jimin mutlak.

Jihyun tentu saja tak bisa menolak. "Jumma, mianheyo." lirihnya tepat di hadapan wanita paruh baya yang menatapnya sambil tersenyum simpul.

Tangan tua itu terulur menyentuh helain kelam lembut Jihyun untuk di usapnya sayang. "Gwenchana,"

Kepala Jihyun mendongak, lalu detik berikutnya menubrukkan tubuh pada wanita yang sudah di anggapnya sebagai nenek sendiri. "Gumawo Jumma." senyum terulas dari bibir plumnya yang sangat mirip dengan milik sang Ibu.

Ah, Ibu.

"Maaf juga ya, Bu." Jihyun berbalik setelah melepas pelukan. "Hyunie janji tidak akan nakal lagi." lanjutnya.

Diam-diam Jimin menyunggingkan senyum tipis yang tak bisa Jihyun lihat. "Oke, asal Hyunie janji tidak nakal lagi maka akan Ibu maafkan."

Wajah Jihyun berubah antusias. Senyumnya melebar seiring dua gigi kelincinya mencuat. "Ne, Hyunie janji."

"Jja, sekarang Hyunie duduk, kita sarapan." titah Jimin seraya menggiring tubuh anaknya untuk duduk di meja makan. "Ini hari pertamamu sekolah, bukan? jadi jangan sampai terlambat." tambahnya dan di angguki dengan mantap oleh Jihyun.

Yoongi yang memperhatikan interaksi Ibu dan anak itu hanya terkekeh di balik meja selagi mulutnya sibuk menggigit roti. "Hyunie," yang di panggil menoleh dengan mulut penuh makanan.

"Mommy, pasti merindukanmu." kata Yoongi dengan nada yang di buat sesedih mungkin.

"Mommy Ugi, Hyunie hanya pergi ke sekolah, nanti siang pulang. Jangan bilang seolah Hyunie mau pergi perang." jawaban dari si kecil sukses membungkam mulut Yoongi. Bibirnya mencebik sembari menatap nanar Jihyun yang kembali sibuk dengan makanannya.

Di seberang sana sang suami serta Jimin berusaha menahan tawa dengan membekap mulut, namun nyatanya tetap tak bisa. "Pft... Kau dengar itu Yoong, mulutnya sangat mirip denganmu." kata Taehyung, tertawa mengejek.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang