***
Di sebuah tempat –pusat perbelanjaan tepatnya–kedua lelaki mungil dengan tinggi yang tidak jauh berbeda tengah berjalan beriringan, memasuki satu toko lalu berpindah ke toko yang lain. Entah sudah berapa banyak paperbag yang menumpuk di tangan masing-masing.
"Apa ada lagi yang kau butuhkan?" tanya Yoongi pada Jimin setelah keduanya memasuki sebuah restoran untuk mengisi perut.
"Tidak Yoongi hyung, semua sudah lebih dari cukup."
Yoongi mengangguk, senyum tipis terulas di bibirnya. "Baiklah, sekarang cepat pesan makananmu."
"Ah- hyung saja yang pesankan, aku mau ke toilet sebentar." ujar Jimin seraya berdiri dari kursi.
"Tak mau di temani?"
Jimin menggeleng, "Aku bisa sendiri hyung, jangan khawatir."
Sepeninggalan Jimin, Yoongi nampak sibuk membolak balik buku menu untuk memilih makanan. bukan hanya untuknya, tapi untuk Jimin dan bayinya juga.
"Tidak-tidak, ini terlalu pedas."
"Yang ini porsinya terlalu sedikit, Jimin tidak akan kenyang nanti."
Di tengah perdebatannya dengan diri sendiri, tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya pelan.
"Yoongi?"
Yang di panggil terlonjak kecil lantas mendongak untuk melihat siapa gerangan, dan maniknya melebar seiring sang pelaku tersenyum padanya dengan wajah sumringah.
"Uh, Seoyoon-ah."
"Woah– ternyata benar kau, ku pikir aku salah orang." wanita itu, Jung Seoyoon, mengambil duduk di samping Yoongi. "Bagaimana bisa kau disini? bersama siapa? Bagaimana bisa kau tak mengabariku kalau ada di Seoul."
"Kalau bertanya satu-persatu bodoh," desis Yoongi jengah mendengar pertanyaan beruntun dari wanita yang menjabat sebagai sahabat lamanya.
"Cih, tetap saja seperti biasa." decak Seoyoon. "Ngomong-ngomong kau belum menjawab pertanyaanku, bersama siapa kau ke sini?"
Yoongi merotasi bola matanya malas. "Aku bersama adikku, membeli perlengkapan–" kalimat Yoongi terputus kala Seoyoon menyela cepat.
"Tunggu. adik? Setauku kau tak punya adik?" tanyanya bingung dengan kernyitan di dahi yang mulai timbul.
"Adik angkat–"
"Adik angkat?"
"Aish! Jangan suka memotong ucapan orang," peringat Yoongi. "Iya, aku punya adik angkat sekarang, kami baru pindah ke sini kemarin."
"Kau pindah?!"
"Hm, Taehyung membuka cabang perusahaan barunya Di Seoul, dan sebagai Istri yang baik tentu saja aku harus ikut dengannya." jelas Yoongi dengan senyum yang kentara di buat-buat.
"Lalu butikmu?"
"Tentu juga pindah bodoh!"
"Sungguh? dimana alamatnya? Aku akan mampir nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [END]
Fiksi Penggemar[Jikook-Kookmin] Seseorang mungkin bisa merubah nasibnya, tapi tidak dengan Takdirnya. Warn; ↪ Boyslove, Yaoi. ↪ Mpreg! ↪ Adult(+) ↪ Drama! P.s; tidak suka silahkan pergi!