***
"Jha.. Sudah sampai, ayo turun."
Yoongi menggandeng lengan kecil Jimin, menuntunnya keluar dari mobil. Mata Jimin menatap kagum pada rumah hyung barunya itu.
Ya, seperti yang sudah dikatakan Yoongi. Mereka akan tinggal bersama setelah Jimin keluar dari rumah sakit.
"Woah~ besar sekali hyung."
Yoongi terkekeh geli melihat binar kekaguman di mimik wajah Jimin. Menggemaskan.
"Rumahnya akan rubuh jika terus kau pandangi begitu," candanya. "Kajja."
Pintu depan sudah terbuka lebar ketika mereka masuk. Dan mata Jimin kembali berbinar ketika melihat interior dan barang-barang yang terkesan elegan dan bernilai mengisi di dalamnya.
Dinding-dindingnya di ukir dengan pahatan tangan, lukisan yang menggantung 'pun bermacam, terkesan rumit namun sangat indah.
"Hyung hanya tinggal berdua disini?" tanya Jimin setelah mereka duduk di sofa.
"Begitulah, tapi terkadang akan ada yang membantu membersihkan rumah 3x seminggu." jelas Yoongi. "Apa kau suka?"
Jimin mengangguk antusias.
"Oh iya, kita belum melihat kamarmu, kajja naik."
Jimin hanya menurut, mengekori Yoongi dari belakang sambil terus menatap sekeliling.
Ceklek!
Sebuah kamar berukuran cukup luas untuk di tempati oleh satu orang tersaji di depan Jimin saat Yoongi membuka pintu. Kasurnya lumayan besar. ada tv dan sofa di depan ranjang. perabotannya juga tertata rapih.
Dindingnya tak beda jauh dengan di bawah juga balkon yang menghadap langsung pada matahari terbit.
"Hyung, ini benar kamarku?"
Yoongi mengangguk mengiyakan. "Apa kau tidak suka? Kita bisa mencari kamar lain–"
"Tidak perlu hyung," potong Jimin cepat. "Aku suka. sangat suka."
Jimin memeluk Yoongi hingga tubuhnya hampir limbung ke belakang.
"Gumawo hyungie."
Yoongi mengulas senyumnya seraya mengusap punggung sempit Jimin naik-turun. "Sekarang istirahatlah. kau pasti lelah, begitupun anakmu."
Jimin hanya menuruti titah Yoongi ketika pria mungil itu menuntunnya untuk berbaring di kasur.
"Kau ingin makan sesuatu?" tanya Yoongi setelah menyelimuti tubuh Jimin.
"Tidak, aku akan makan apapun yang hyung buat." jawab Jimin dengan senyum tulusnya.
"Baiklah kalau begitu, jika butuh apapun panggil saja. Hyung akan membangunkanmu nanti."
Lalu tubuh Yoongi keluar setelah berkata demikian.
Pandangan Jimin beredar ke setiap sudut kamar barunya. "Apa kau menyukainya sayang?" gumam Jimin seraya mengelus perutnya yang masih rata. "Mereka sangat baik pada kita, bukan?"
Mata itu perlahan terpejam setelah beberapa kali mengajak bicara anaknya yang masih di dalam perut.
***
Jungkook tengah duduk bersandar diatas kursi goyang yang menjadi favorite Jimin. Pikirannya menerawang jauh tentang semua kebodohan yang ia lakukan hingga menyakiti orang yang paling ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [END]
Fiksi Penggemar[Jikook-Kookmin] Seseorang mungkin bisa merubah nasibnya, tapi tidak dengan Takdirnya. Warn; ↪ Boyslove, Yaoi. ↪ Mpreg! ↪ Adult(+) ↪ Drama! P.s; tidak suka silahkan pergi!