***
Jimin terbangun dari tidurnya saat sinar matahari menerobos masuk lewat kaca balkon yang berhadapan langsung dengan kasurnya.
Tubuhnya menggeliat pelan. Jimin berdiam sebentar, sekedar mengumpulkan nyawanya yang masih berterbangan. Kemudian ia bangkit dari kasurnya dan langsung menuju balkon.
Udara pagi disini sangat segar. Jimin memejamkan matanya seraya menikmati sapuan lembut angin pagi yang menyapa kulitnya dengan senyum indah yang terpatri di bibir plumnya.
"Selamat pagi baby,"
Tangannya mengelus perutnya yang rata, sekedar menyapa sang jabang bayi yang ada di dalam perut, lalu kembali masuk untuk membersihkan diri setelah merapikan kasur miliknya.
"Selamat pagi hyung," sapa Jimin pada Yoongi yang sibuk dengan roti dan selai kacangnya.
"Eoh, selamat pagi." balas Yoongi dengan kedua sudut bibir terangkat bersamaan.
Jimin mendudukan dirinya di meja makan berseberangan dengan Yoongi. "Tae hyung, mana?" tanyanya.
"Taengie sudah berangkat pagi-pagi sekali, dia harus menyelesaikan beberapa urusan sebelum kita pindah nanti."
Jimin mengangguk kecil seraya mengambil roti untuknya sendiri.
"Yaish, hyung ini apa?" Jimin menatap jijik pada selai coklat di atas meja.
"Jimin, itu hanya selai coklat."
"Jauhkan itu dariku hyung, aku tidak suka."
Yoongi menatap bingung pada si mungil lalu menatap selai coklat ditangannya. "Wae?" lirihnya, namun tetap menjauhkan jar selai coklat dari pandangan Jimin.
"Memangnya kenapa dengan selai coklat? Apa kau tak menyukainya?"
Jimin menggelengkan kepala. "Aku suka kok, tapi entah kenapa sekarang aku seperti ingin muntah melihatnya."
Ah begitu. Yoongi mulai mengerti.
"Mungkin ini bawaan anakmu, Jim." celetuknya seraya mengulas senyum. "Apa kau tak mengalami mual pagi ini?" tanya Yoongi lagi dan Jimin menggeleng.
Cukup aneh, pikir Yoongi. Biasanya seorang Ibu yang tengah hamil pasti mengalami Morning sick, tapi Jimin tidak. Apa karna dia laki-laki.
***
"Yak! ada apa denganmu sebenarnya? Mengapa kau muntah-muntah begini?"
Hoek,
Pria tinggi dengan perawakan tegap itu dengan telaten mengurut tengkuk pria lainnya yang tengah menghadap pada closet untuk memuntahkan isi perutnya.
"Aku tidak tau hyung, tapi perutku rasanya tidak nyaman sekali."
Pria tampan itu, Jeon Jungkook, masih berpegang pada sisian closet. Wajahnya yang pucat dan di penuh lebam terlihat semakin memprihatinkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [END]
Fanfiction[Jikook-Kookmin] Seseorang mungkin bisa merubah nasibnya, tapi tidak dengan Takdirnya. Warn; ↪ Boyslove, Yaoi. ↪ Mpreg! ↪ Adult(+) ↪ Drama! P.s; tidak suka silahkan pergi!