🌼 5🌼

107 58 37
                                    

"Gue kakak nya Angel, kok gue baru tau lo sama adik gue kenal."

Lah Devan kakak nya Angel? Yaampun, kenapa musang-musang itu gabilang sama gue sih?

Malu Gue malu~~~

"Eh? Maaf Van gue gatau." Ucap Haqirta dibarengi dengan cengirannya. "Gue juga baru kenal nih Van sama adik lo. Boleh kan gue deket-deket adik lo gini." Cengiranya masi belum hilang dari wajah Haqirta.

Jarang sekali Qirta bersikap seramah sekarang.

"Iya, Sans kali Qi, masa berteman dilarang, gadapet pajak juga kok lo temenan sama ini tikus, Yakan Ngel?" Balas Devan seraya merangkul Angel.

Angel hanya membalas dengan cibiran dan putaran bolah mata malas. "Van, Angel udah bilang jangan panggil Angel tikus teruuusss!"

"Yaudah sih orang mirip"

"Devaaann" rengek Angel

"Udah-udah malah berantem, kebiasaan banget" Willy menggeleng heran.

"Tau lo Van, cewe cantik kyk Angel gini mah cocokan dipanggil Bidadari"

"Yeeh  lo" Ucap Devan seraya meneloyor kepala Qirta.

"Gombal anjir bukan gembel, gasopan ya lo noyor2 gue. Gue hempas lo dari sini. Inget gue senior" Qirta mengadahkan bahunya sombong.

"Bodo"

***

"Eh Calon kaka ipar ya walopun masi kecil. Gue izin ya nanti bawa adik lo main-main" Ucap Qirta seraya menatap Angel.

"Mau main apaan? Ngga ah tar lo apa-apa in lagi adik gue"

"Engga, tenang aja nanti gue bawain sesuatu juga deh buat lo"

"Lo nyogok?" Alis Devan terangkat

"Ya, gitu deh"

"Hmm boleh lah boleh lah. 1 box corneto ya ditunggu oke"

"Ih apa sih Van?" malu punya kaka kaya devan.

Qirta bingung harus gimana bersikap sama orang-orang baru kaya sekarang. Rasanya itu susah banget buat bersikap selayaknya orang normal. Aduh, bukan gitu. Qirta juga normal kok, tapi gimana yaaa. Bukan dia banget kalo bawel terus kaya gini.

Cengar cengir, reyu rayu? Jijik banget rasanya, tapi mau gimana. Kalo kata orang tua, beras udah jadi nasi. Oke, salah, maksudnya nasi udah jadi bubur, yakali dia harus berenti disini, come on mau di bilang apa sama musang-musang otak dangkal nanti?

Lagi pula dia jadi berpikir lagi, kenapa dia terima coba taruhan yang sama sekali gaada faedahnya ini.

"Terserah lo deh, bawa adik gue ke rumah dengan selamat. Lecet dikit lo abis sama gue" Devan serius. Dia akan melindungi adiknya dari bahaya-bahaya apapun juga.

"Gatakut. Kan, kuatan gue dari pada elo" ucap Qirta dengan pedenya.

"Oh gitu Ngel, terus gimana lagi abis itu?" Keduanya menoleh ke asal suara, mereka baru menyadari sedari tadi mereka bedebat malah membuat kesempatan Willy dan Angel berbincang-bincang tanpa merasa terganggu dengan keadaan dua manusia yang berisik itu.

Full Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang