3. Jadian dengan paksaan

82 15 1
                                    

Warning 📣:
Tolong tinggalkan jejak voment.

Happy Reading ☕

Typo di maklumi

¤¤¤

Bruk...!!!

"Aw.... sakit" perempuan itu langsung mengusap keningnya yang terkena lemparan bola basket.

"Ta, lo gak papa kan?" Panik Karin saat melihat kening Pelita yang membiru, karena lemparan bola basket tadi.

"Gak papa Karin, cuma agak pusing dikit kepala Pelita" ucap Pelita.

"Eh lo... kembaliin tuh bola...!!!" Ucap seorang laki laki yang ada di lapangan basket. Pelita pun menoleh ke sumber suara, ia baru sadar kalo yang melempar bola dan akhirnya mengenai kepalanya adalah Bintang. Karena Pelita yang malah diam melamun sedari tadi saat ia panggil, itu membuat kesabaran Bintang habis. Dengan emosi Bintang menghampiri Pelita.

"Eh lo budek ya cupu?!" Sentak Bintang. Sementara Pelita terlonjak kaget saat mendengar bentakan Bintang.

"Apa, Bin? Pelita gak denger" ucap Pelita polos yang langsung mendapat pelototan gratis dari Bintang.

"Lo tuh ya... udah cupu, ceroboh, budek lagi. Ga ada istimewa istimewanya banget jadi cewek" ucap Bintang emosi.

"Lo, nanti pulang sekolah temuin gue di rooftop" Bintang berucap itu sambil memikirkan sesuatu yang mengganjal dihatinya.

"Ngapain? Gak mau ah, Pelita takut ketinggian. Pelita takut naik ke rooftop, di rooftop kan tinggi banget" jawab Pelita.

"Gue gak mau tau, kalo sampe lo gak dateng nanti, siap siap aja lo keluar dari sekolahan ini" setelah mengucapkan kata itu, Bintang langsung melengos dan pergi dari hadapan Pelita.

Pelita hanya menghela nafas pasrah, bagaimana pun ia tidak mau keluar dari sekolah ini. Terlebih ia hanya dari keluarga yang terbilang cukup sederhana, jadi ia tidak mau membuat masalah di sekolah dan membebani mamanya.

"Gak papa nanti gue temenin ya, ta" ucap Karin.

"Enggak usah Karin makasih, nanti kalo Karin nemenin Pelita. Bintang pasti marah, nanti Karin bisa dimarahi juga" jelas Pelita.

"Enggak papa, kan lo sahabat gue. Kalo lo susah, gue juga susah ta" bujuk Karin.

"Iya makasih, ya Karin. Tapi bener deh, Pelita gak papa, nanti Pelita kesana sendiri" kekeuh Pelita.

"Yaudah deh, tapi kalo lo butuh gue. Lo tinggal telepon gue ya ta" tawar Karin. "Pasti" ucap Pelita sambil memberikan dua jempol tangannya ke hadapan Karin. Karin hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Kelas yuk"

"Yuk"

¤¤¤

Bel pulang sekolah berbunyi.

Pelita teringat akan ucapan Bintang yang menyuruhnya ke rooftop sekolah, ia bingung antara mau kesana atau tidak. Kalo ia tidak datang, bisa bisa ia di keluarkan oleh Bintang. Sebab ayahnya Bintang pemilik sekolahan ini, tapi kalo datang, ia takut ketinggian.

Tak apa, ia harus melawan takutnya, mau bagaimana pun ia tidak mau di keluarkan dari sekolah ini, ia tidak mau menyusahkan ibunya.

"Ta, beneran lo gak mau gue temenin nih?" Tawar Karin lagi. "Gak papa Karin, udah sana Karin pulang duluan aja yaa" jawab Pelita sambil membereskan buku yang masih berada di mejanya.

"Oke deh, tapi bener ya. Nanti kaloada apa apa lo langsung hubungin gue" ucap Karin.

"Sip, nanti Pelita telephon Karin kok" jawab Pelita sambil memperlihatkan senyum pepsoden.

Heart Girls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang