Emotionless : One

705 106 14
                                    

Seperti biasa. Setiap jam istirahat sudah di mulai, tiga orang siswa menarik Hikari paksa dan dikerjai setelahnya. Hajime, yang berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan tersebut, mengambil alat pel dan menjejalkannya ke dalam mulut Hikari. Mereka yang menonton pun hanya tertawa dan menatap jijik tanpa ada niat untuk menolong.

Hikari hanya diam. Ia tidak bisa melakukan apapun untuk membela diri. Sedikit pun ia membela diri, ia hanya akan lebih diperlakukan buruk oleh mereka. Jadi ia memilih untuk tidak melakukan apapun dan menunggu waktu yang tepat untuknya bisa membela dirinya sendiri.

Hajime kemudian mencengkram pipinya untuk membuat wajah Hikari mendongak. Ia tertawa, lalu menjejalkan sesuatu lagi ke dalam mulut Hikari. Hanya sekotak susu. Namun sudah basi.

Pemuda pirang itu tersedak dan mulai merasa mual. Setelahnya ia memuntahkan cairan putih itu tepat di kaki Hajime. Siswa sok itu merasa jijik. Ia menendang wajah Hikari membuat pemuda pirang itu tersungkur jauh.

"Lihat nanti! Aku akan membalasmu lebih dari ini!" Teriaknya kemudian beranjak pergi dari sana diikuti kedua teman-temannya yang lain.

Hikari hanya mengangkat kepalanya dan menatap kepergian Hajime. Dan masih tidak ada ekpresi apapun di wajahnya.

***

Esok harinya, Hajime melakukan pembalasan pada Hikari. Ia membawa pemuda blasteran itu menuju taman belakang sekolah yang terbengkalai. Hajime menarik rambut Hikari untuk membuat pemuda itu ikut dengannya.

Hajime mendorongnya, kemudian ia menginjak wajah Hikari. Pemuda itu meringis nyeri karena Hajime menginjak tepat di bagian memar bekas tendangan penindas itu kemarin. Namun ia hanya bisa pasrah.

"Keluarkan itu." Perintah Hajime pada kedua temannya. Lalu mereka pun mengambil kantung hitam yang mereka ambil dari tempat pembuangan sampah, membukanya, dan menumpahkan isinya di atas tubuh Hikari.

Reflek, Hikari menahan nafasnya ketika mencium bau yang sangat tidak sedap. Begitu pun dengan ketiga orang lainnya. Mereka bertiga langsung menutup hidung mereka dan sedikit menjauh, kemudian tertawa terbahak. Mengejek keadaan Hikari saat itu.

Lalu Hajime memakai sarung tangan yang ia bawa dari rumahnya. Kakinya melangkah mendekati Hikari yang hendak bangkit, namun kembali berbaring saat Hajime kembali menarik helaian rambut pirangnya. Pemuda itu pun mendorong kepala Hikari untuk tetap menempel dengan tanah.

Tangannya mengambil salah satu sampah dan mengeluskannya ke wajah pemuda pirang itu. Alhasil wajahnya kini penuh dengan kotoran dari sampah yang sudah membusuk.

Hajime kembali tertawa. "Oh iya. Aku dengar kau pernah membunuh beberapa kelinci saat SD, ya?" Ia menyeringai. "Kasihan, loh kelincinya sudah kau mutilasi. Bagaimana jika kali ini kau yang ku mutilasi?" Hajime mengeluarkan cutter dari saku celananya dan mulai mengiris beberapa bagian tubuh Hikari membuat seragam pemuda itu kini ternoda dengan darah.

Hikari menahan perih. Ia meringis pelan, namun Hajime tidak akan puas jika Hikari belum menunjukkan air matanya ataupun ekspresi selain kekosongan. Jadi sekali lagi ia menggoreskan cutter itu pada pipi Hikari, namun Hikari masih tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Pemimipin penindasan itu mulai merasa bosan. Lalu ia bangkit dan menendang perut Hikari sebelum akhirnya pergi dari sana diikuti kedua temannya.

Pemuda bersurai pirang itu menghela nafasnya, kemudian memejamkan matanya masih dengan posisinya saat itu. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan perih. Kepalanya pun terasa pening. Ah... Ia merasa tidak akan bisa bangkit dari sana. Dan tak lama kemudian, kesadarannya menghilang.

yoooo...

Monggo vote dan komentarnya....

Ngasih saran juga boleh

kalo ngasih kritik pedas saya cium loh :*

SICK : EmotionlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang