Emotionless : Six

524 69 3
                                    

Hikari dengan gergaji berkarat di tangannya mendekati Hajime yang menatapnya horor. Kemudian matanya beralih menatap potongan-potongan tubuh yang digantung berjajar oleh Sora. Lalu kembali menatap Hajime.

Hajime meludahi wajah Hikari. Hikari terdiam di tempatnya, senyumannya hilang. Sora tidak menyukainya. Hajime sudah melunturkan kebahagiaan Hikari dan Hajime peka dengan hal itu. Ia menatap takut Sora yang sudah menatapnya dingin.

Ma-Maaf, Hikari. Ucap Hajime pelan. Hikari hanya diam dan senyuman kembali muncul di wajahnya. Kemudian Hajime melirik Sora dan menemukan pemuda itu sudah tidak dalam mode gelapnya.

Hikari berbalik dan menatap Sora. Bolehkah aku melakukannya?

Sora tersenyum dan mengangguk. Ia membebaskan Hikari untuk melakukan sesukanya.

Hikari kembali berbalik dan menatap satu per satu bagian tubuh Hajime. Masih sempurna, dan Hikari berniat menghilangkan salah satunya.

Mungkin dimulai dari kaki?

Pemuda pirang itu memegang kaki kiri Hajime. Hajime merinding saat merasakan firasat yang begitu buruk. Ia tahu bahwa kakinya akan dipotong.

Tidak! Kumohon jangan! Maafkan aku. Kumohon, Hikari! Namun ucapannya tidak didengar Hikari. Anak itu hanya fokus untuk memotong salah satu bagian tubuh Hajime. Akhhh! Lalu Hajime berteriak saat kaki kirinya benar-benar di potong oleh Hikari.

Sora mendekat dan mengelus surai Hikari. Anak pintar. Ucapnya. Kemudian mengambil salah satu kain bekas seragam teman Hajime untuk menutup luka besar pada paha Hajime setelah melumuri luka tersebut dengan lem perekat. Lalu mengambil alih kaki yang telah terpotong itu dan menggantungnya tepat di sebelah Hajime.

Hajime menangis kesakitan. Ia sudah tidak tahan. Percuma bertahan hidup di sini jika pada akhirnya ia akan dibunuh juga.

Mungkin kau ingin mengukir sesuatu di tubuhnya? Sora memeluk pinggang Hikari dari belakang dan mengecup tengkuk pemuda itu. Hajime yang melihatnya merasa jijik.

Menjijikan. Hajime tidak sengaja mengucapkannya, dan ia kembali ditatap dingin oleh Sora. Maaf. Bukan maksudku-

Atau kau ingin memotong bagian lain, Hikari-kun? Sora memotong ucapan Hajime dan tersenyum mengerikan di sana, masih menatap Hajime dengan tatapan dinginnya.

Hikari mengangguk dan menatap satu per satu bagian yang tersisa. Mungkin tangan saja?

Sora melepas pelukannya untuk membiarkan Hikari melakukan kegiatannya lagi. Ia memperhatikan gerakan demi gerakan Hikari, juga ekspresi yang dikeluarkannya. Ah, kekasihnya itu tersenyum kembali.

Kali ini Hikari memotong tangan kanan Hajime yang tengah terikat di dinding. Hajime berteriak nyaring dan meronta. Untung saja Sora sudah membuat ruangan ini kedap suara. Dan seperti pada paha Hajime, Sora melakukan hal yang sama pula pada lengan Hajime.

Hajime pingsan saat itu, dan Hikari pun sudah merasa lapar. Jadi Sora mengajak Hikari untuk makan malam dan membersihkan diri. Tubuh dan seragam keduanya sudah berlumuran darah.

Sora membawa Hikari menuju lantai atas, tanpa menyadari tali pengikat tangan Hajime sudah hampir terputus.

***

Hikari dan Sora sudah bersih dari noda. Kini dengan pakaian milik Sora yang ia pinjam, Hikari duduk manis di meja makan untuk menunggu Sora menyelesaikan masakannya. Aroma harum pun masuk ke indera penciuman Hikari, membuatnya semakin merasa lapar.

Sora menyelesaikannya dalam beberapa menit, kemudian ia menaruh semangkuk katsudon di hadapan Hikari dan semangkuk lagi untuknya. Ia duduk berhadapan dengan Hikari dan memulai acara makan malamnya.

Setelah itu, Sora mengajak Hikari untuk menonton sebuah film di ruang tengah rumahnya. Hanya film normal untuk mereka. Mungkin Jigsaw adalah pilihan yang bagus.

Lampu sengaja dimatikan oleh Sora untuk menambah kesan romantis. Hikari menyukainya. Suasana gelap dan sedikit cahaya dari televisi membuatnya tenang.

Keduanya duduk bersebelahan di sebuah sofa dan siap menonton film yang sudah dipilih oleh Sora. Hikari menunggu film tersebut dimulai sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Namun Sora menarik kepala itu agar bersandar di bahunya.

Mereka berdua begitu menikmati waktunya. Namun begitu film itu sudah setengah jalan, indera pendengaran Sora yang tajam mendengar sebuah suara kecil dari arah pintu gudang bawah tanah.

Sora melepaskan rangkulan tangannya pada kepala Hikari dan beranjak dari sana untuk memastikan sesuatu. Diambilnya tongkat baseball di sudut ruangan dan melangkah mendekati si penyebab suara.

Dan ia menemukan tubuh tanpa kaki kiri dan tangan kanan tengah merangkak. Terlihat jejak darah yang terseret dari pintu menuju gudang bawah tanah.

Lihatlah, siapa ini? Ucap Sora dingin menatap Hajime tepat di depan kakinya.

Hajime tersentak. Karena suasana gelap saat itu, ditambah pandangannya yang kurang jelas, ia tidak melihat bahwa ada Sora di depannya. Gawat.

Sora mencengkram rambut Hajime dan menyeretnya kembali ke gudang bawah tanah. Begitu sampai, ia langsung mengikat Hajime pada tiang penyangga, lalu memukul kepalanya dengan tongkat baseball sehingga membuat pemuda itu kembali pingsan dengan darah yang merembes keluar dari kepalanya. Kemudian ia kembali ke tempat Hikari berada setelah mengunci pintu ruangan itu.

SICK : EmotionlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang