Emotionless : Eight

465 55 2
                                    

WARNING

+18

Sora begitu bahagia menghabiskan hari liburnya dengan Hikari hari itu. Dengan senyuman di bibirnya dan Hikari, mereka pulang dengan hati gembira. Namun senyuman Sora mendadak menghilang saat melihat tayangan berita di sebuah layar besar di kota.

Itu... rumahnya.

Tangannya menggenggam tangan Hikari dengan begitu erat. Mereka menemukannya. Menemukan hal yang disukai Hikari. Menemukan taman bermainnya.

Dan foto dua orang pemuda terpampang di sana. Fotonya dan Hikari. Mereka menjadi buronan.

"Pembunuhan selalu terjadi dimana-mana." Ucap salah seorang di dekat mereka. Sora menatapnya.

Ia harus pergi. Ia harus menyembunyikan Hikari. Mereka tidak boleh tertangkap. Tidak boleh dipisahkan.

Sora menangkup wajah Hikari dan menatapnya. "Hikari-kun, dengar. Sekalipun mereka sedang mengejar kita berdua, aku tetap akan berada di sisimu. Aku akan tetap melindungi. Aku mencintaimu." Setelah Sora mengecup pelan bibir Hikari, ia menarik Hikari untuk pergi dari sana.

Mereka harus menyamar.

***

Kedua pemuda itu sampai pada sebuah kota kecil. Kini mereka ada di sebuah supermarket dan tengah membeli makanan untuk makan malam. Sejak tadi Sora sama sekali tidak melepaskan genggamannya pada tangan Hikari.

Mereka membayar makanannya dan duduk pada sebuah meja makan di luar supermarket.

Sora melirik Hikari yang tengah menyantap makanannya. Anak itu begitu terlihat tenang, sama sekali tidak ada rasa khawatir di wajahnya. Sedangkan ia, begitu khawatir dengan kehidupan mereka selanjutnya.

Sora tidak menyesal sudah membunuh tiga orang itu dan juga berniat membunuh sisanya, yang ia sesali adalah bahwa ia tidak begitu pintar menyembunyikan mereka semua.

Setelah keduanya menghabiskan makanannya, Sora mengajak Hikari untuk mencari tempat menginap di kota kecil itu.

Dan mereka mendapatkannya setelah satu jam mencari penginapan yang murah. Untung saja warga kota kecil ini belum begitu mengetahui berita itu, jadi mereka bisa bernafas lega untuk sementara waktu.

Sora membaringkan tubuhnya pada satu-satunya tempat tidur di kamar itu. Hikari duduk di sebelahnya, di tepi ranjang.

"Apa kau menyesal telah bersamaku?" Tanya Sora pelan sambil menatap Hikari melalui sudut matanya.

Hikari menoleh, kemudian menggeleng. Bibirnya pun membentuk sebuah senyum tipis. "Aku tidak menyesal. Aku berterima kasih padamu karena sudah membuatku dapat menemukan hidupku."

Sora terdiam. Ah, ia begitu mencintainya.

Pemuda itu bangkit dan mendekatkan wajahnya pada wajah Hikari, lalu mencium bibir itu dan melumatnya. Di tengah ciuman panas itu, Sora membuka pakaiannya dan pakaian Hikari membuat keduanya kini tanpa sehelai benang pun.

Hikari pasrah dan menerimanya. Lalu Sora mendorong tubuh Hikari pelan agar anak itu berbaring di bawahnya.

Sora beralih menciumi leher Hikari dan membuat beberapa tanda di sana. Hikari adalah miliknya. Mereka harus bersama selamanya.

Tangannya kini sudah mulai bermain di area-area sensitif Hikari. Hikari mendesah dengan begitu erotis. Ia begitu menyukai setiap perlakuan Sora terhadapnya.

Sora yang sudah tidak dapat menahannya akhirnya memasukkan kebanggaannya ke dalam lubang Hikari. Pemuda pirang itu memekik pelan karena merasa nyeri di bagian bawahnya. Tangannya mencengkram rambut Sora dan sesekali mencakar punggung pemuda itu.

Namun Sora tidak menyerah. Sora kini sudah masuk seluruhnya di dalam lubang Hikari dan mendiamkannya di sana sampai Hikari merasa nyaman. Setelah beberapa saat, Hikari mendesah pelan dan berkata bahwa ia sudah siap.

Pemuda bermata tajam itu tersenyum dan menggigit leher Hikari sehingga menimbulkan tanda bekas gigitan di sana. Kemudian ia menggerakkan pinggulnya dari tempo lambat hingga cepat.

Hikari mendesah keras terus-menerus saat benda di dalam lubangnya menyentuh titik ternikmatnya. Hingga ia sudah tidak dapat menahannya, akhirnya cairan kental itu keluar bersamaan dengan Sora.

Hikari memeluk Sora dengan erat, begitu pun dengan Sora.

"Aku mencintaimu. Terima kasih." Hikari berucap. Baru kali ini Sora mendengar pernyataan itu. Ia begitu bahagia saat itu.

Sora kembali mencium Hikari, juga melanjutkan kegiatan tersebut malam itu.

***

SICK : EmotionlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang