[22] Harus Memilih

1.1K 54 5
                                    

Masih dengan emosi yang membara, namun kini Reta mencoba untuk lebih tenang. Reta merasa Budenya seolah-seolah berkuasa, dan tentunya juga egois.

Padahal awal saat ia pindah ke rumah Budenya, keadaan masih belum seperti ini. Maksudnya Bude Rani tidak bersikap kasar dan juga egois seperti sekarang. Namun pada saat Reta beranjak masuk ke SMP, tiba-tiba saja Bude Rani berubah. Sikapnya yang kasar mulai terlihat, bicaranya yang pedas pun mulai sering terdengar ditelinga Reta. Semua seolah berubah drastis, hidup indah dan bahagianya Reta direnggut secara tiba-tiba.

Tentunya sekarang, Reta berada diruang teraman dan nyaman. Dengan kondisi mata yang sembab, hati yang sesak, serta pikiran yang tak henti menyesal bahwa ia masih hidup sampai sekarang.

"Gue ini hidup buat siapa sih? Nggak guna banget kayaknya."

Perkataan itu terus berputar diotaknya, memenuhi pikirannya. Tapi ada sebuah dorongan, bahwa itu tidak benar adanya. Hatinya yang paling dalam seolah berkata bahwa Reta itu sangat berguna, hidupnya bukanlah sia-sia.

Reta menghapus air mata serta jejaknya yang membekas diarea pipi, ia bertekad bahwa ini masih panjang. Hidupnya bukan hanya sampai di titik ini.

Pikirannya sekarang berada pada isi kotak tua yang ia ambil di gudang, rasa penasarannya menggebu-gebu. Lalu ia bangkit dari posisi duduknya, dengan cepat mengunci pintu kamarnya. Berjaga-jaga agar tidak ada yang membuka pintunya tiba-tiba, setelah itu ia mengambil kotak tua yang ia simpan dibawah kasur.

Tapi...

"Lho kok nggak ada?!"

Paniknya Reta saat mengetahui kotak tua yang ia simpan dibawah kasur hilang begitu saja, bingungnya lagi siapa yang mengambilnya.

Terdengar suara pintu terbuka, betapa terkejutnya Reta melihat Budenya yang berdiri diambang pintu dengan senyum sinisnya.

"Bude?! Kenapa bisa masuk?"

"Kenapa? Kaget? Nyari kotak jelek itu?"

Reta mengerutkan dahinya, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Budenya. Dan sialnya lagi, Reta baru ingat bahwa Budenya itu punya kunci cadangan untuk semua ruangan termasuk kamar Reta sendiri.

"Katanya cuma lihat-lihat aja di gudang, eh ternyata kamu ambil barang Bude." cetus Bude Rani.

"Itu bukan barang Bude. Itu kenang-kenangan Ayah dan Bunda buat Reta." Sarkas Reta, lalu berdiri tepat menghadap Bude Rani.

Senyum sinis Rani muncul kembali, bahkan sekarang lebih mengerikan. "Bukan barang Bude? Heh, semua barang yang ada dirumah ini adalah milik Bude."

"Nggak. Sekarang, kembalikan kotak itu." Sarkas Reta, sebelumnya ia tidak pernah semarah ini kepada semua orang apalagi Budenya sendiri.

"Ooh, kamu mulai berani sama Bude?!" Tanya Bude Rani dengan penekanan, ditambah mata yang melotot tajam.

"Reta nggak akan kayak gini kalo Bude nggak mulai." Jawab Reta dengan dada yang bergemuruh.

"Jawab terus, ya. Ini pasti di ajarin sama anak cowok nggak jelas itu, yang sok ikut campur urusan orang lain." Ucap Bude Rani yang mulai mendekat ke arah Reta.

Rasa takut disertai amarah menyelimuti diri Reta saat ini, ia sedikit mundur menjauh dari jangkauan Bude Rani. Ia ingin berontak sekarang, tidak ingin diperbudak seenaknya.

"Bude, tolong kembaliin kotak itu sekarang. Aku perlu, ada satu hal yang harus aku pecahkan." mohon Reta.

Berhenti mendekati Reta, Bude Rani berucap. "Tapi, ada satu syarat."

"Syarat apa?" tanya Reta tak mengerti.

Kini, senyum sinis terukir jelas di bibir Bude Rani.

"Jauhi anak cowok yang suka ikut campur urusan orang itu." Tegas Rani.

Hati Reta seolah terbentur keras, perkataan Bude Rani barusan membuatnya berpikir dan mengaduk-aduk semua pikiran diotaknya. Pasalnya, untuk apa Budenya menyuruh Reta untuk menjauhi Azhar? Apakah ada sesuatu hal yang menyangkut Azhar? Reta juga tidak mengerti kenapa bisa saat perintah itu diucap oleh Budenya membuat dirinya seolah tidak terima.

"Apa hubungannya sama Azhar?" Tanya Reta.

"Nggak usah banyak tanya, kalau kamu mau kotak jelek itu kembali ke tangan kamu. Ya, kamu harus ikuti apa yang Bude suruh." Jelas Bude Rani.

Otak Reta lagi-lagi berpikir keras. Disatu sisi ia tidak ingin Azhar pergi dari kehidupannya, karena satu dan lain hal yang masih belum Reta mengerti. Disatu sisi lagi, jika ia tidak mengikuti kemauan Budenya, maka apa yang selama ini ia cari jawabannya adalah sia-sia. Karena Reta yakin, bahwa ada hal yang begitu penting didalam kotak tua itu.

"Bude tunggu pilihan kamu sampai besok, kalau besok kamu belum bisa menentukan pilihan maka kotak jelek itu Bude buang bahkan kalau perlu dibakar." Cetus Bude Rani, lalu melenggang pergi keluar dari kamar Reta.

Sepertinya otak Reta akan bekerja keras malam ini, ia harus memikirkan pilihan yang lain dari dua pilihan itu.

Ternyata bukan hal yang mudah untuk membongkar semuanya, mengetahui semuanya. Reta bertekad, tidak akan menyerah untuk kotak tua itu.

***

Yuhuuuuu!

I'm back, tapi kalian akan ditinggal lagi setelah ini. Karena UAS yang mengharuskan diriku untuk fokus belajar, maklum dong ye.

Ini buat yang nungguin update, semoga senang. Diusahakan cepat update lagiiiii, oke.

Minta vote sama komennya dooonggg, biar diriku ada semangat buat lanjut ngetik. Heuheu.

AzharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang