12. Sisir penolong

7 1 0
                                    

Diatas itu foto sisir penolong ya!

---------------------------------------

Never say cant when you never try it

-------Sofia Alexander---- hansley
----------------------

🐬🐬🐬

Aku terbangun disebuah tempat yang sepi, hanya ada Vellia disana. Terlihat ia sedang menangis sesenggukan dibalik kedua lututnya yang ditekuk, "Vell? Apa yang terjadi???" tanyaku padnya, gadis itu tetap menangis tanpa menghiraukan pertanyaan ku. Akupun hanya menghela napas, aku berada di tempat asing dan hanya bersama gadis yang baru kukenal, BERTIGA DENGAN TAS BA - WA -AN - NYA! Huuh.. Tunggu! Tas? Tas?!?

Sofia: Thor? Bisa ulangi kata kata tasnya?
Author: T-A-S?
Sofia: Iya itu!

Aku merogoh isi tas bawaan Rivellia, Rivellia yang tidak peduli denfan sekitarnya pun tidak tau aku sedang mengutak atik isi tasnya, Lalu aku menemukan sebuah cermin dan sisir. Aku teringat, sore ini aku belum sisiran! Hiyyy.. Aku nggak rapih ya? Tapi saat aku menatap diriku dicermin, semuanya tampak baik baik saja, rambut cokelatku yang dikelilingi oleh kepangan buatan Zughe liang masih tampak rapi. Jujur aja. Sisir itu adalah sisir berwarna ungu yang biasa digunakan untuk memotong rambut di salon atau merapikan rambut seusai dipotong, tanpa ragu ragu aku segera menggunakannya untuk menyisir rambutku, walau agak angel... Ya lumayan lah. Buat rapi rapi in rambut. Mendadak, semak semak berbunyi..
Srek,Srek,Srek,Srek ...

"Vell... Vell... Vell!.. Velliaaa!!" seruku segera mengeluarkan kekuatan peri yang sudah kupelajari sebelumnya, melawan monster itu dengan segenap kemampuan yang kumiliki... Tetapi aku mulai terdesak, ia mendesakku kearah pohon 10 meter didepan Vellia yang masih diam-- menangis sesenggukan itu. Aku menutup mataku, pasrah, saat monster itu berjarak yang hanya tinggal 30cm dariku lagi..

Tapi .. Saat aku membuak mataku, monster itu malah mendekati Vellia dan hendak mengubah gadis itu menjadi monster. Sama sepertinya, aku panik... Monster itu mulai mengeluarkan cairan ungu menjijikkan dari dalam mulutnya, hiii hluek!!! Aku berputar putar ditempatku berada, mencari sesuatu yang berguna untuk menolong temanku itu, tiba tiba aku menemukan sisir ungu itu, sisir yang tadi  kugunakan untuk merapikan rambutku, aku kemudian berjongkok. Beruntung tadi aku sempat berlatih memanah! Yah.. Walau masih agak amatiran! Hihihihi...
Aku berjongkok, memposisikan tubuhku agar tembakanku terkena sasaran. Sebelum melempar sisir itu, aku sempat
berpikir... Mungkin sisir ini bisa berguna untuk melawannya.. Aku lalu
mengikatkan benda itu ke sebuah tali rafia dan tali itu aku pegang. Aku kemudian berjongkok, ku lempar sisir itu kearah kaki kanan monster itu tapi tidak dengan tali rafia nya setelah berputar2 pada kaki monster itu, segeralah aku tarik rafia itu,

Gedubrakk!!!

Alhasil, monster itu jatuh...😒😒

"Vellia? Vell! Kamu nggak pa - pa?" tanyaku pada Vellia yang setengah matanya berwarna emas, Akibat dari pengaruh monster itu. "Ugh... Aku.. Pusing!" Ujar Rivellia terhuyung huyung, akupun memapahnya pergi kebagian selatan perbatasan, yaitu kearah Do wo kwan berada,

"Lubiii!" Setuju celingak celinguk mencari keberadaan lelaki berkulit putih itu.

"E~h.. Kau, selamat datang! Hah? Itu siapa? Temanmu? Sepertinya ia butuh bantuan.." sambutnya disambung dengan pertanyaan yang sedikit bertubi tubi. Aku mengangguk,
Membiarkan tubuh gadis itu digendong oleh Lubi,
.
.
.
Sementara Rivellia istirahat di kamar, kami berada diluar mengobrol berdua.

"Ooo... Jadi namanya Rivellia, Nama yang indah. Oh ya! Kau sudah makan belum?" tanya Lubi, aku memperhatikan perutku lalu mengelusnya dan menggeleng. "Tapi.. Aku nggak laper kok!" Kataku, "Eeh.. Jangan begitu, kau pasti lapar! aku buatkan makanan sebentar ya!" "Eeeh! Nggak perlu!" Sahutku mengejar lelaki itu yang akan memulai acara memasaknya. "Aku juga belum makan, karena persediaan makananku banyak, kau ikut makan ya!" Paksanya tapi dengan nada yang lembut. Aku manyun, kemudian mengangkat kepalaku dan akhirnya nyengir 😒
"Hei.. Sini sini! Aku saja yang memasak, lagipula kau punya murid yang perlu diajar kan?" Ocehku merebut Spatula yang dipegangnya. "Tidak, tidak.. Aku tidak ingin merepotkan tamuku.." debatnya. Kami pun tertawa bersama,

"Lubis, aku ke toilet dulu ya!" kataku, Lubi hanya mengangguk dan melanjutkan acara memasaknya.

Aku menatap diriku sendiri dicermin, menyingkap wig yang menutupi rambut bergaris birumuda ku (Asli)  "Apa aku memang seorang peri?" gumamku pelan.

"Aaaaaaaa!!!!"

Aku terkejut, bukankah itu suara Rivellia? Apa yang terjadi dengannya? Lantas, Aku segera memakai Wig ku kembali dan berlari menuju kamar Rivellia, diikuti oleh Lubi.

"A.. Astaga!" Seru Lubi kaget dan memalingkan wajahnya begitupun dengan aku

The Space Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang