BAB 5

13K 1.1K 47
                                    

Duniaku runtuh.! Semua ketenangan yang kurasakan sepanjang usiaku 25 tahun menguap begitu saja hanya dengan lima kata yang baru saja sore kemarin kudengar 'saya suka sama kamu Amara,'  jika Pak Rey adalah pria single yang belum terikat mungkin hal ini seperti tertimpa berlian, dan bukannya malah durian runtuh. Pernah ngerasain ketimpa durian? Enggak perlu terjadi untuk tahu bahwa tertimpa durian itu sudah pasti sakit rasanya. 

The Jomblo Gengs 

Aku merindukan mereka saat ini. Rara juga Silfa. Aku mulai mengetik, membuka obrolan di grup whatsapp. Satu hal yang membuatku shock adalah ternyata kejadian itu terpergok oleh Silfa. Mau tidak mau aku menceritakan kejadian yang sesungguhnya kepada mereka. Tapi tidak mampu mengatakan yang sebenarnya bahwa kemarin sore Pak Rey baru saja menyatakan perasaannya kepadaku. (Lihat di Nikah Yuk - Rara & Adam untuk obrolan part ini yah)

Lagu Marvin Gaye kembali mengudara, panggilan yang ke 15 kali dari Pak Rey. Kubiarkan ponsel menyala, hingga lagu itu kembali berhenti. Notif masuk melalui pesan whatsapp berulang-ulang. Sekarang aku bisa merasakan depresi yang dialami oleh Rara saat Pak Adam terus mengejar-ngejar dirinya. 

Ia kembali menelfonku, aku menghela nafas panjang dan mengangkatnya dengan malas pada akhirnya. "Bisa keluar sebentar, saya di depan gang rumah kamu." 

Aku tidak menjawab, hanya merebahkan tubuhku di kasur dan menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. "Hitungan sampai 5 enggak ada jawaban saya datang langsung ke rumah kamu." 

Gila, 

Bos Psiko..

"Amara," Suaranya terdengar menahan sabar, "Kenapa kamu tidak masuk kantor hari ini?" 

Dengan wajah apa aku harus masuk kantor dan bertemu dengan makhluk aneh ini, bisa bayangkan.! 

"Baiklah kalau begitu, saya datang kerumah kamu seka,-"

"Tunggu Pak, jangan." jeritku spontan, jangan bermain ancam-ancaman dengan Pak Rey deh mendingan, karena orangnya benar-benar nekat banget. "Saya ganti baju sebentar," Aku memakai celana levis panjang dan kaos lengan panjang yang agak kebesaran. "Bu, Ara ke depan sebentar yah," Teriakku, dan berjalan ke depan gang. Sebuah mobil pajero hitam terparkir disana, Pak Rey berdiri di sisi mobil dengan santai. Aku memasang wajah cemberut.

"Harus diancam dulu yah baru bisa keluar, payah! ternyata seorang Amara Pratiwi pengecut, lari dari masalah." Ejekknya, membuatku jadi tambah naik pitam. 

"Mau bapak apa datang kesini malam-malam,!" Semburku. 

"Mau ajak kamu berdamai, minggu depan saya enggak dikantor bagaimana operasional bisa berjalan kalau kamu main kabur begitu." Pak Rey melirik ke arah sekitar, "Daerah sini enggak ada tempat makan atau cafe gitu yang nyaman biar enak bicaranya." 

"Enggak ada, "Jawabku ketus. "Saya kan sudah resign," 

Pak Rey malah membuka pintu mobilnya, "Naik," 

Aku menggeleng, "Sudah malam Pak, bahaya."

"Sama pria yang baru kamu kenal enggak takut bahaya, sama saya kamu takut?!" Nadanya terdengar tersinggung, "Kamu aman bersama saya, percaya deh."

Cape berdebat aku mengalah dan mengikuti perintahnya. "Kita kemana?!" 

"Berkeliling sampai masalah kita selesai, "

"Masalah kita sudah selesai kan Pak, saya sudah jawab soal perasaan Bapak kemarin kalau saya tidak ada perasaan yang sama seperti Bapak."

"Kamu bohong.!" Ucapnya pelan. 

"Saya enggak bohong."

"Bisa tunggu sampai saya balik dari Filipina, ? Saya tidak bisa membiarkan kamu pergi begitu saja saat ini," Ia menatapku intens, "Kantor butuh kamu, begitu juga dengan saya."

MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TERBIT, SERI-NIKAHYUK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang