BAB I

32.1K 1.1K 32
                                    

Pintu ruangan terbuka, suara derap langkah Pak Reynaldi terdengar. Aku sudah sangat mengenal gayanya, maklum karena sudah hampir 6 tahun aku bekerja dengannya sebagai,? Abaikan saja posisiku sebagai apa, yang jelas aku disini merangkap sebagai finance, seorang akunting dan lebih sering menjadi asisten pribadinya. 

"Amara, ke ruangan saya" Ucapnya, cepat sebelum ia masuk ke dalam ruangan pribadinya. Dari 6 tahun lalu sejak aku mulai bergabung dengan perusahaan miliknya ia memang seperti itu, tidak banyak ekspresi yang kulihat selama kami bersama di kantor ini. Datar, dingin dan acuh. Namun jangan salah sangka, meksi begitu ia masuk dalam kategori Bos yang baik menurutku, karena jarang sekali marah dan terlihat emosi. Pak Reynaldi, memiliki pengendalian diri yang cukup baik kurasa. 

"Baik Pak," Jawabku, mengambil map bening berisi beberapa document, karena sudah hapal apa saja yang akan ia tanyakan kepadaku hari ini. Aku juga mengambil buku agenda dan pulpen. 

"Jadwal saya minggu ini apa saja?" Tanya Reynaldi, sambil membuka laptopnya. Aku segrea membuka buku agenda. 

"Hari ini bapak janji akan bantu follow up tagihan CV semesta dan PT Dunia Food Industries, karena saya sudah telfon berkali-kali hasilnya nihil.  Lalu jam 2 siang pergi dengan Koh Michael ke Glodok untuk cek barang, sore ada jadwal billyard di kemang. Besok Bapak ada meeting internal dengan seluruh karyawan dimulai dari jam 9 pagi. Lusa, Bapak ke sekolah Alexa, karena ada pentas tari, hari kamis,-"

"Tunggu, lusa itu hari rabu? Memang ada jadwal itu?" Alisnya bertaut sambil menatapku. Cambangnya terlihat agak rapi pagi ini, dapat kutebak dia pasti habis bercukur. Pak Reynaldi ini adalah Bos muda yang telah memiliki 2 orang anak, satu berumur 10 tahun, dan satunya lagi 5 tahun. 

"Ibu Sandra telfon saya jumat lalu minta jadwal bapak dikoosongkan hari rabu karena di sekolah Alexa ada pentas tari, mulai dari jam 8 pagi." 

Ia tertegun sesaat, dadanya mengembang karena menghirup nafas dalam-dalam. "Lanjutkan?"

"Kamis ke pameran mesin di jiexpo, Jumat bapak di kantor." Aku menutup buku agenda dan melihat pak Reynaldi yang sedang menatapku. "Ada lagi?" Tanyanya. Aku ganti mengeluarkan map bening dan mengangsurkan ke hadapannya. 

"Permintaan payment di minggu ini. Ada tagihan kartu kredit bapak, tagihan listrik dan air kantor dan juga maintenance Apartment Bapak. Lalu ada kiriman undangan pernikahan dari Bapak Slamet PT Sinar Dunia, untuk bapak," Ia melihat sejenak undangan pernikahan tersebut sebelum mengembalikannya kepadaku. 

"Kamu pesan karangan bunga lalu kirim kesana," Perintahnya, aku mencatat. 

"Terus ini pak, ada undangan pernikahan lagi dari Mas Widodo, hari minggu." Dahinya berkerut. 

"Wah, musim nikah yah." Cetusnya. 

"Maklum pak, biasa habis lebaran haji pasti banyak yang nikah." Candaku, 

"Kamu kapan?!" Tanyanya menyelidik. Aku terkekeh kecil 

"Maunya sih segera cuma Mas Nico nya masih hobby berkelana sih."

 "Oh, jadi nama pacar kamu Nico?"

"Iya, Nicholas saputra.. masa bapak enggak kenal,-"

Pak Reynaldi jarang sekali tersenyum atau tertawa, namun kali ini rasanya guyonanku berhasil menarik sudut bibirnya sedikit setelah sekian tahun. "Memang dia mau sama kamu?" 

"Enggak ada yang bisa menolak pesonanya Amara Pratiwi," Aku mengibaskan rambut ke belakang sambil tersenyum. Pak Reynaldi menatapku lama lalu menggeleng tak percaya. 

"Kamu selalu bahagia yah sepertinya," 

"Eh, memang bapak enggak bahagia?" Tanyaku balik. 

Ia bersandar pada kursi, "Biasanya kondangan ke karyawan kasihnya apa? Saya belum pernah kondangan sih, karyawan saya yang paling lama disini kan cuma kamu. Tapi kan kamu belum menikah," Ia tidak menjawab pertanyaanku dan mengalihkan. 

MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TERBIT, SERI-NIKAHYUK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang