Aku, berlari kecil di lorong kantor setelah keluar dari lift. Kulirik, jam tangan sekilas. Pukul 09.30. Untuk pertama kalinya aku datang ke kantor terlambat 1 jam selama hampir tahun. Rey, adalah penyebab utama. "Loh, terlambat mba? Gue pikir lo enggak masuk. Tumbenan banget, macet yah?!" Rentetan pertanyaan dari Maya begitu melihat wajahku muncul. Langkahku terhenti, saat melihat lampu ruangan Rey yang sudah menyala.
Tarik nafas, dan hembuskan perlahan. Adalah metode, yang kuciptakan untuk menekan emosi agar tidak terluap begitu saja. Aku jarang melakukan hal itu, sebelum memutuskan menerima ajakan menjadi kekasih gelap Rey. Oh Shit,!! Benarkah aku kekasih gelapnya?!
"Bos, sudah datang daritadi May?" Tanyaku.
"15 menit yang lalu lah," Jawabnya.
Dering telfon ku berbunyi, membuatku seketika menyentuh dada karena kaget.
"Halo, "
"Keruangan saya, Amara." Perintahnya. Aku menarik nafas terlebih dahulu, menghembuskannya perlahan lalu masuk ke dalam.
"Komputer Michael sudah agak melambat katanya, saya ada rencana mau ganti laptop saja buat dia. Kamu, tolong cek in untuk saya spesifikasi yang terbaru saat ini beserta harganya." Aku mencatat, "Jumat saya ke Surabaya sampai sabtu sore." Lanjutnya.
"Ada lagi Pak.?" Tanyaku, bersikap profesional dengan menekan rasa ego ku atas apa yang ia lakukan sejak sabtu malam hingga pagi hari ini.
"Sorry ya, hari ini kamu jadi terlambat." Ucapnya dengan santai. Tanpa rasa bersalah! Aku menelan ludah, menatapnya datar.
"Kalau, Bapak bilang dari semalam saya pasti enggak akan terlambat. Saya bisa naik motor seperti biasanya," Balasku, acuh.
"Saya lupa, maaf yah. Nanti sore saya antar pulang."
Aku menatapnya dengan agak emosi. Setelah menghilang tanpa kabar sejak sabtu malam hingga pagi ini, juga yang akhirnya membuatku datang terlambat ke kantor. Dengan santai dia hanya mengatakan 'maaf' tanpa rasa bersalah.! Entah, apakah aku berada di posisi yang benar untuk marah dan bertanya kemana ia selama 2 hari? Ataukah aku memang tidak mempunyai hak untuk bertanya.
"Enggak usah Pak, saya bawa motor."
"Kan saya bilang kamu naik taksi saja tadi, sorenya saya antar pulang. Kenapa bawa motor lagi ke kantor?" Tanyanya, dengan nada kesal.
"Daerah rumah saya itu enggak mudah mencari taksi Pak. Kalau disuruh naik taksi online, saya malas ngetiknya. Lebih cepat naik motor, lagipula saya harus ke kampus sepulang kerja urus document pengajuan sidang skripsi saya. Untuk hari ini saya enggak mau pulang bareng."
Hening, kudengar ia menarik nafas panjang "Kamu marah sama saya? Karena saya enggak jemput kamu atau karena kamu terlambat?"
Aku meremas ballpoint yang ada di tangannku, menatapnya dengan penuh amarah kali ini. Persetan dengan metode pengendalian emosi itu. Aku tidak suka memendam sesuatu yang membuatku merana. "Saya marah karena Bapak mempermainkan saya. Karena Bapak membuat saya bergantung, padahal harusnya semua berjalan seperti biasa. Salah yah, sekedar memberi tahu kalau Bapak lagi bersama Bu Sandra dan Anak-anak, bukannya malah menghilang tanpa kabar terus tiba-tiba telfon enggak bisa jemput di jam 8 pagi." Kataku dengan berapi-api "Ini Jakarta loh pak. Di atas jam 7 saja jalanan sudah macet. Bapak enggak mikirin perasaan saya sih,"
"Berhenti panggil saya dengan sebutan itu, Amara." Balasnya, marah.
"Kita di kantor saat ini, " Elakku
"Tapi kita sedang berdua." Bantahnya. "Saya tidak tahu kalau harus memberitahu kamu kalau selama 2 hari saya bersama mereka." Katanya, membuat hatiku menciut seperti siput "Saya takut kamu malah berpikiran yang bukan-bukan kalau tahu saya bersama Sandra,"
![](https://img.wattpad.com/cover/163445283-288-k306185.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TERBIT, SERI-NIKAHYUK!!
De TodoSERI - NIKAH YUK.. Versinya Ara. Ditembak Boss sendiri, siapa yang enggak mau! Setelah hampir 6 tahun akhirnya sikap dingin boss mencair, hingga membuat Amara meleleh dengan segala ucapan manisnya seorang Reynaldi. Masalahnya adalah, Reynaldi sudah...