Kuhanturkan puji dan syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa, atas kelancaran sidang skripsi ini. Melihat hasil yudisium yang di pajang di luar ruangan sidang membuat hatiku juga mahasiswa lainnya lega sekaligus bahagia. "Selesai Fa, tugas kita sebagai mahasiswa. Status itu akhirnya enggak lama lagi bakal copot dari pundak kita. Terharu Gue,"Ucapku, memeluk bahu Silfa.
Bukan perjuangan yang mudah, menjalani dua aktifitas sekaligus. Bekerja sambil kuliah selama 4 tahun. Banyak tugas yang tidak bisa dipandang sebelah mata, tapi juga banyak pekerjaan yang tidak bisa diabaikan. Terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, membuat kami harus berjuang ekstra mewujudkan impian, mengecap bangku perkuliahan.
Dulu, aku sempat iri pada teman-teman sekolah yang dengan mudahnya melanjutkan studi ke jenjang kampus tanpa harus repot-repot bekerja untuk menutupi biaya kuliah karena semua sudah ditanggung oleh kedua orang tuanya. Tapi kini, semua perasaan iri itu buyar entah kemana. Aku merasa lebih puas dan lebih merasakan apa arti semua ini.
"Sekarang tinggal mikirin persiapan buat wisuda, lo jadi pake kebaya warna merah yang waktu itu kita beli di Tanah Abang?" Ucap Silfa. Kami berjalan ke luar kampus. Bersiap Pulang.
"Jadi, dong. "
Wajah Silfa tertekuk, "Wisuda, sepi deh enggak ada bunga mawar, enggak ada boneka enggak ada someone special. " Ia terlihat merana. Aku tertawa di depan wajahnya.
"Percaya deh sama omongan Gue sekarang, kalau hal itu ternyata bukan intinya Fa. Enggak berarti apa-apa sama sekali, Orang tua hadir dan itu cukup buat Gue sekarang." Membayangkan Rey hadir di upacara wisudaku, oh no.! Pria itu tidak harus datang. Lebih baik tidak datang.
"Rara, mah sudah pasti didampingin Pak Adam. Lo enggak didampingin si boss?"
Aku menepuk pundak Silfa pelan, "Tenang. Gue teman yang setia kok, Gue bakal nemenin lo yang merasa merana karena jomblo." Ejekku. Silfa menepis tanganku dari pundakknya.
"Tapi boss tahu lo wisuda bulan depan"
"Pasti tahu lah, kan gue harus ngajuin cuti buat wisuda."
"Anak-anak pasti heboh deh nanti lihat Rara dalam kondisi hamil. Dia jadi pindah ke jogja yah habis wisuda. Sedih gue rasanya."
Aku, menunduk. Tidak bisa dipungkiri rasa sedih terbit di hatiku. 4 tahun kami bersama, dalam suka dan duka menjadi mahasiswa sekaligus karyawan. Menghabiskan waktu bersama, bernyanyi hingga suara kami habis. Bepergian ke luar kota tanpa rasa takut.
Menjadi tiga srikandi.
Aku, termenung mengingatnya. Kini Rara, telah berubah banyak. Ia, bukan lagi Rara yang sama seperti dulu. Tapi, aku senang melihatnya dalam balutan jilbab seperti sekarang. Setidaknya, sahabatku berubah menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Aku, tidak berhak iri kepadanya yang mendapatkan suami sebaik Pak Adam. Rara, tidak pernah berpacaran seumur hidupnya. Ia selalu merasa takut saat seseorang menyatakan cinta kepadanya. Rara, hampir tidak pernah benar-benar tersentuh oleh makhluk bernama pria. Sehingga wajar jika Tuhan menjodohkan Rara dengan Pak Adam, pria dengan pengetahuan agam dan akhlak yang baik pula.
Sedangkan aku?!
Aku tidak memungkiri kisah cinta yang dimulai sejak masa sekolah.
Ciuman pertamaku dengan pria bernama, Wawan. Teman SMA. Aku ingat betul, saat itu kantin sepi karena sekolah sudah bubar. Dengan perasaan takut, semua terjadi begitu saja. Begitu cepat, hal yang membuatku berbunga-bunga, Padahal, kami hanya sekedar menempelkan bibir.
Dengan Damar. Jangan ditanya seperti apa, kami hanya tidak melakukan hal yang lebih dari sekedar berciuman. Hal yang kini kusadari begitu salah. Hal itu salah, aku terlalu jauh melanggar norma-norma agama.
![](https://img.wattpad.com/cover/163445283-288-k306185.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TERBIT, SERI-NIKAHYUK!!
RandomSERI - NIKAH YUK.. Versinya Ara. Ditembak Boss sendiri, siapa yang enggak mau! Setelah hampir 6 tahun akhirnya sikap dingin boss mencair, hingga membuat Amara meleleh dengan segala ucapan manisnya seorang Reynaldi. Masalahnya adalah, Reynaldi sudah...