BAB 2

16.2K 951 15
                                    

Panas.! berterima kasihlah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hari ini cuaca benar-benar cerah bahkan terlampau panas. Jika bukan karena permintaan Pak Rey yang memintaku menunggunya di luar gedung serba guna, tempat dimana acara pernikahan Mas Widodo dengan kekasihnya melangsungkan pernikahan. Sudah pasti aku lebih memilih menunggu di dalam bersama Maya dan Erin. 

Pak Rey tipikal orang yang begitu mendadak, sebelumnya ia tidak mengatakan apapun padaku perihal kehadirannya hari ini bahkan ia sudah terlanjur menitipkan sebuah amplop tebal untuk kuserahkan pada Widodo, tapi kenyataannya pagi hari tadi pukul 6 pagi sebuah pesan singkat masuk melalui aplikasi whatsapp. 

Amara, saya berubah pikiran. Kamu tunggu di depan tempat widodo melangsungkan pernikahan yah. 

Mengenakan dress selutut berwarna merah menyala, sepatu heels setinggi 7 cm, dengan rambut yang baru saja selesai ku catok selama 1 jam, kini mulai kembali berantakan dengan keringat yang perlaha turun dari atas kepala membasahi sebagian dahiku. Pak Rey harus membayar mahal harga bedak yang kukenakan hari ini. 

Sebuah Mobil Pajero Hitam akhirnya muncul, aku mundur perlahan menjauh dari pintu gerbang gedung dan membiarkan satpam jaga mengambil alih. Akhirnya baginda Reynaldi datang. Kupikir ia datang bersama istri serta anaknya, namun lagi-lagi ia hanya seorang diri. Aku berlari kecil, menghampirinya. Ia menatapku dari atas hingga bawah, lalu mengalihkan pandangannya. 

"Yang lain sudah di dalam?" Tanyanya. Aku  menyeka keringat dengan tisue. 

"Sudah, " Kami pun mulai berjalan masuk. "Bapak duluan deh, saya ke kamar kecil dulu," Pintaku. "Bedaknya luntur, malu masa kondangan begini." Ia mengangguk, bukannya masuk terlebih dahulu ia ternyata menungguku di luar. 

"Kenapa enggak masuk duluan Pak?" Tanyaku, heran. 

"Enggak nyaman berjalan sendirian. Kamu kondangan sendiri Mas Nico nya masih berkelana yah?" Godanya, 

Aku tertawa malu, "Iya nih, enggak kasian sama pacar sudah nungguin sampai bulukan begini. " 

"Habis ini rencana kemana?" 

"Pulang sih palingan, mau ngejar skripsi." 

Ia mengangguk, "Temani saya sebentar mau?"

Aku menatapnya, "Kemana Pak?"

"Ada kondangan lagi, temen kampus. Males saja datang sendirian, gimana?"

Kenapa enggak ajak istrinya saja sih. Batinku. "Tapi nanti kita ke tempat lain dulu, pakaian kamu terlalu vulgar," 

Mendengar kata-katanya hampir saja aku tersandung. Aku menatapnya, lalu kembali menatap pakaianku. Masa sih.!  "Saya lebih suka kamu yang natural, dan tidak berlebihan seperti ini." Lanjutnya lagi. Aku menelan ludah, membuka tas dan mencari kaca kecil. Apanya yang berlebihan, make up natural begini doi bilang berlebihan. 

"Enggak salah Pak? Dimananya yang berlebihan?!" Protesku. 

"Warna Lipstik kamu, terlalu menyala Amara, not good." 

Oh, lipstik.... Pak Rey adalah orang kedua yang protes mengenai hal ini setelah Rara. "Saya suka penampilan kamu yang seperti biasa, tidak mengundang perhatian."

Aku merunduk, merasa diceramahi. " Namanya single pak, kan enggak salah cari perhatian lawan jenis." 

Langkahnya terhenti, aku ikut berhenti dan menoleh ke belakang. "Gimana kalau yang terpikat malah om-om yang sudah punya anak bujang? " Tawaku lepas begitu saja mendengarnya. 

"Om-om nya yang penting bukan Bapak kan, "

Wajahnya memerah dan melanjutkan langkah. Maya, Erin, Koh Michael dan staff lainnya sudah berkumpul di satu titik, menunggu kedatangan kami. Kami bersama naik ke atas pelaminan, memberikan ucapan selamat kepada Widodo atas pernikahannya. Lalu menyantap hidangan yang tersaji. Pak Rey tidak mengambil hidangan makanan, ia tergolong orang yang pemilih dan sangat berhati-hati dalam hal kebersihan. Terlebih, ia terlanjur melihat sayuran hijau-hijau dari menu capcay yang tersaji, membuat perutnya mual dalam seketika dan memilih duduk di sudut ruangan tidak mengambil apapun. 

MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TERBIT, SERI-NIKAHYUK!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang