ten

60 6 0
                                    


"tunggu, Ichigo." seorang pria dengan seragam polisi berambut merah menarik lengan pria yang baru saja ikut merengsek kedalam ruangan tuan besarnya.

"apa yang kau tunggu, Renji?" si pria yang ditarik terlihat kesal, kemudian ia menghentakkan lengannya guna menyingkirkan tangan yang menarik lengannya.

"bagaimana dengan Rukia? Kau diperintahkan untuk tidak meninggalkannya bukan?" pria bernama Renji itu mencoba menebak-nebak apa yang dipikirkan sabahanya.

"tuanku adalah tuanku. Aku tak peduli. Lagipula ia juga sudah menyusul Byakuya lebih dulu dari pada kita. Jadi aku ingin menyusul gadis nakal itu." Ichigo menjawab sambil menengok kearah kaca besar yang menampilkan dengan jelas sebuah mobil berwarna putih sedikit kebiru-biruan melesat dengan cepat menerobos pagar. Siapa lagi yang berani melakukan itu kecuali si adik?

"hmp--" tubuh kecil seorang gadis yang baru saja turun dari mobilnya dipapah oleh Ichigo. Baru saja ia menyumpal mulut nonanya ini dengan sapu tangan yang telah diberi obat bius.

"kau diamlah disini dan jangan pergi kemana-mana lagi, nona." Ichigo menyandarkan gadis itu pada sandaran jok didalam mobil, kemudian ia menutup kembali pintu mobil adik tuan besarnya itu.

"ayo, cepatlah, Ichigo." Renji, pria berambut merah itu sudah tidak sabar dan sangat kahawatir pada Tuannya.

"hm, ayo."

Pria dengan setelan jas biru dongker masih menunggu dengan tenang. Ia diundang untuk sebuah perdamaian antara keluarganya dan sekelompok mafia setengah matang. Walaupun belum matang, mafia tetaplah mafia. Dalam pikiran Kuchiki Byakuya sudah terngiang kalau mafia sekecil apapun pasti memiliki koneksi dengan yang lainnya, walau hanya sedikit.

Cklek! Kumpulan pria dengan pakaian serba hitam berkumpul mengelilingi Byakuya. Matanya menyapu semua orang disana, sebagian mereka membawa senapan laras panjang buatan jepang Type-89 CQB Tactical, beberapa yang lainnya membawa AK47, ada dua orang penembak jitu dibagian roof top yang mengincar bagian dada kiri dan kepalanya dengan Barrett M82 sedangkan sisanya mengeluarkan pistol. Ketenangannya tak berubah. Ditangan kanannya ia mengenggam tas berisi sniper model Viper buatan USA dan amunisi untuk senjatanya itu, sedangkan dabalik mantelnya ada satu buah pistol model Uzi dan satu buah pistol Glock 20. Sedangkan ditangan kirinya ia membawa tas berisi penuh dengan uang, sesuai perjanjian, ia dituntut membawa uang sebagai tebusan nyawanya dan nyawa adiknya. Tapi seorang Kuchiki Byakuya tak sebodoh itu, mau ia menyerahkan uangnya atau tidak, pasti akan terhjadi baku tembak. Dibalik kemeja hitamnya sudah terpasang dengan rapi rompi anti pelurunya.

"welcome, Kuchiki Byakuya, my old friend! You remember me, right? And now, you are my enemy." seorang pria berjubah hijau toska maju dua langkah didepan yang lainnya. "mafia kecil yang dihina adikmu itu berkerja dengan baik dibawah perintahku. Jadi?" setelah kata terakhir yang keluar dari pria berjubah itu, Byakuya menunjukkan tas ditangan kirinya.

"nice, I like that! But," kalimat yang tergantung itu disusul dengan banyak acungan pistol tepat mengincar kepala sang Bangsawan. Tapi itu tak mengubah keadaan, Byakuya tetap tenang.

"aku telah menepati janjiku," Byakuya berusaha menyelesaikan hal ini tanpa menggunakan 2senjata yang ia bawa.

"tapi itu tak mengubah apapun, Byakuya. Ayolah, aku tahu kau sudah memperkirakan kalau jadinya seperti ini. Kau memang terlalu baik. It's up to you, bro. Kau ikut bersamaku atau membuat adikmu berjingkrak riang melihat mayat kakaknya. Kau juga pasti tahu adik pungutanmu yang kau sayang-sayang sangat, sangat, sangat membencimu. She is your big hatter, and you know that. Dan uang itu tak mengubah apapun kecuali mempercepat kematianmu ditangan Haizen. Mungkin aku juga akan membawa kejayaan bagi mafia, mereka akan tersebar lagi setelah kau hilang dari kehidupan ini atau jika kau ingin ikut denganku itu juga akan menguntungkanku." Pria berjubah itu sedikit menurunkan pistolnya. Ia menaikkan alisnya menunggu jawaban rekan lamamnya.

"maaf, Aizen. Aku tak begitu baik dalam memilih." sesaat setelah Byakuya menyelesaikan ucapannya, ia mengeluarkan pistol Uzi-nya, lalu berlindung dibalik tembok. Ia mampu membidik dengan akurat. Ia pernah menempuh pemdidikan di akademi militer. Jadi, ini sangat mudah baginya walau ia sendiri. Beberapa kali ia menggunakan sniper Viper-nya, lalu mengganti lagi dengan pistol Uzi-nya atau Glock 20.


to be continued

New World  [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang