TIGA BELAS
Ini sudah satu minggu setelah seorang Kuchiki Byakuya tergeletak berlumuran darah. Ichigo masih bekerja dibawah naungan Byakuya.
Soal mafia besar Haizen dan pemimpinnya serta beberapa anggotanya yang ada ditempat pertemuan yang terbanjiri darah itu berhasil melarikan diri. Tapi ada satu hal yang membuat Ichigo puas, populasi mafia sekarang menurun pesat. Alasannya mungkin karna dirinya yang bergabung dengan seorang Kuchiki Byakuya, dan Haizen yang tak gentar dari Kuchiki sekrang malah dibabat habis menyisakan ranting-ranting dan akarnya.
Urahara memintanya tetap disana sebelum sang kepala keluarga yang memutuskan. Walau beberapa kali Kensei sudah bilang pada Urahara untuk membawa pulang kembali anggotanya itu.
"kau tak makan? Atau kau memang tak suka?" Ichigo menatap tuan putrinya itu, sudah lebih dari 15menit Rukia mengaduk-aduk makanannya.
"bukan urusanmukan?" Rukia menjawab sinis. Ia masih gedeg dan dongkol pada para ajudan kakaknya itu yang tak memeperbolehkan makhluq hidup sekecil apapun masuk kedalam ruangan kakaknya, walaupun adiknya sendiri.
"kau masih marah dengan kami?" Ichigo bertanya lagi. Tak perlu dijawab ia juga sudah tahu jawabannya.
"diamlah, sudah ku bilang bukan urusanmu!" Rukia makin kesal. "lagipula, nonanya adalah aku! Jadi harusnya kalian berlaku dengan apa yang kukatakan." gumaman panjang itu hanya disamput seringai oleh Ichigo.
"jadi, apa mau anda sekarang, nona?" Ichigo menekankan kata anda dan nona pada ucapannya. Ia manahan tawanya yang hampir meledak, menertawakan nasib mengenaskan nonanya yang kehilangan kuasa, dan amarahnya yang hampir menghancurkan kantin rumah sakit.
"kau tahu bukan?" tawa Ichigo yang tadinya ingin meledak menjadi tatapan serius, kasihan pada nonanya, 5hari lalu Tuan Besarnya kembali keadaan kritis. Tak ada satupun yang tahu kalau seorang Kuchiki Byakuya mempunyai penyakit bawaan yang bersarang di bagian jantungnya. Ichigo diam, ia terlambat menyadarkan nonanya ini, atau itu bukanlah salahnya karna sebenarnya nonanya ini memang sangat keras kepala seperti dirinya? Ichigo masih terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Ishida bilang Byakuya harus dibiarkan seperti itu dulu. Tak boleh diganggu. Ichigo berusaha menggunakan otaknya dengan baik.
"apa sekarang kau masih akan senang jika ia tak kembali?" pertanyaan Ichigo membuat Rukia diam, tangannya langsung kaku. Diam.
"melihat reaksimu, aku sudah tahu jawabanmu." Ichigo mengambil nafas perlahan, lalu menghembuskannya kembali. "tak mudah mengembalikannya, Rukia. Tunggulah, lalu jangan berharap dia masih menyayangimu. Tapi yakinlah ia masih menyayangimu." Ichigo diam lagi. "mungkin itu bisa membantumu untuk lebih cepat bertemu dengannya dalam keadaan ia masih menyayangimu" tatapan Ichigo lurus kedepan, ia mengingatnya. Old memory.
"baiklah, terimakasih." senyuman yang tidak prnah Ichigo lihat dari tuan putrinya, membuatnya ikut tersenyum. Aku berhasil, ia tak sedih lagi. Itu satu-satunya yang ada dipikiran Ichigo sekarang. Selama satu minggu ini Ichigo hanya memikirkan cara untuk membuat tuan putrinya tersenyum. Entah ada apa dengan hatinya, ia tak pernah peduli terhadap orang lain terutama pemilik sementaranya, tapi kali ini berbeda. Ia menginkan seorang gadis yang menobatkannya sebagai pria brengsek tersenyum. Sungguh sangat jarang.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
New World [finished]
FanfictionHanya berawal dari tugas yang merepotkan, tak ada yang istimewa dari tugas itu. Hanya semata-mata pekerjaan dengan imbalan melimpah. "ha? Bangsawan? Kau tahu aku membenci bangsawan bukan? Kenapa sekarang kau malah menyuruhku bekerja dengan bangsawa...