o n e

13K 762 87
                                    



Setelah menikah dan tinggal mandiri bersama Taehyung, banyak yang mengatakan bahwa Jimin mulai berubah secara perlahan. Yang asalnya semua urusan disiapkan para pelayannya, kini Jimin harus menyiapkan semuanya sendiri, bahkan menyiapkan kebutuhan suaminya juga. Yang asalnya tidak pernah memasak, kini dia mulai ingin mencobanya. Yang asalnya akan mengasingkan diri ketika memiliki waktu luang, kini dia harus merubahnya dengan sekadar bertukar pesan bersama sang suami. Dan Jimin mengakuinya, itu semua memang benar terjadi dalam hidupnya. Selain itu, dia tidak lagi tidur sendirian. Kesepiannya terkikis, hidupnya semakin hangat. Diam - diam, Jimin menyukainya.

Begitupun dengan Taehyung. Meskipun tidak terlalu banyak yang berubah, dia lebih menikmati hidupnya yang sekarang. Bersama Jimin, hanya berdua di atap yang dibangun dari hasil keringatnya sendiri. Terbiasa dimanja membuat sang suami tidak banyak mengetahui tentang bagaimana cara menjalani hidupnya sendiri, tanpa pelayan, dan Taehyung dengan sabar dan hati - hati membimbingnya secara perlahan. Seperti di sebuah Sabtu pagi yang berisik ini...

"Coba kamu potong dulu wortelnya. Jangan terlalu tipis tapi juga jangan terlalu tebel." Taehyung memberi tahu apa yang harus dilakukan Jimin setelah mencuci sayuran di mangkuk plastik besar yang dipegangnya. "Hati - hati juga motongnya, jangan sampe kena tangan."

"Iyaaa."

Jimin merasa malu pada keluarganya, terlebih pada sang mertua. Ketika mamanya bercanda untuk menyuruh Jimin memasak, dia tidak berpikir bahwa dia akan benar - benar harus memasak. Dan meskipun kedua mertuanya tidak menjadikan masalah dan menganggap maklum, justru Jimin ingin mengubur dalam - dalam wajahnya ke dalam pasir. Dia yang seharusnya bisa diandalkan, malah menyita waktu istirahat Taehyung untuk mengajarinya memasak.

Taehyung memang sudah mulai bisa memasak sejak umurnya menginjak lima belas tahun. Berkat sang kakak yang menuntut, dia akhirnya dapat dengan bangga menyombongkan diri sebagai lelaki yang cukup bisa bersahabat dengan dapur. Sebab itu juga Taehyung menjalankan bisnisnya di bidang tersebut bersama Seokjin.

"Chubs, kenapa diem?"

Jimin menggelengkan kepala sebagai jawaban. Sebenarnya Taehyung tahu betul apa yang dipikirkan Jimin, suaminya itu selalu merasa bersalah di saat seperti ini. Dan kali ini dia memiliki inisiatif untuk memanggil kakaknya membatu Jimin belajar masak. Selain karena mereka sudah sedekat kakak - adik, Seokjin juga akan membuat Jimin merasa lebih nyaman.

"Aku telfon Kak Jin dulu, ya."

"Buat apa?"

"Buat ngajarin kamu. Kalo sama aku kayaknya gak bakal selesai - selesai." Dan ini tidak sepenuhnya salah. Minggu lalu ketika Jimin meminta diajarkan membuat kue, Taehyung malah mengajaknya bercanda dan berakhir dengan mengotori dapurnya. Alasan lainnya, Taehyung sebenarnya masih kurang yakin dan tidak percaya diri dengan kemampuannya sendiri.





"Tae, kalo motong kentang gimana?" Jimin merengut selagi meneliti setiap inci kentang di tangannya, menekan - nekannya dengan cukup keras. Tidak tahu bagaimana dan seberapa besar yang harus dipotongnya.

Taehyung yang baru daja menutup pintu kulkas berjalan mendekat dan menempatkan dirinya di belakang tubuh kecil Jimin. Tangan kanannya terulur menggenggam pisau yang dibalut tangan Jimin, sebelahnya lagi ditaruh di atas tangan Jimin yang menahan kentang mentah itu. Dia menggerakkan kedua tangannya, memimpin Jimin melakukan pemotongan yang benar.

Berkebalikan dengan Taehyung yang terlalu fokus pada kegiatannya, Jimin merasakan pipinya memanas. Warna merah merona mulai menjalar dari leher sampai ke dua pipi gembilnya. Jimin malu dan hanya diam menahan napas. Ketika di rasa orang di depannya memandang kosong ke depan, Taehyung baru menyadari posisi dan tingkah kikuk sang suami.

elated by you • kth × pjmWhere stories live. Discover now