t w e n t y s i x

3.5K 391 90
                                    


Duduk di belakang meja kerja dengan pensil khusus di genggaman, Jimin berulang kali menggoreskannya di kertas yang baru. Sketsa yang muncul di pikirannya ia coba tuangkan ke atas lembaran putih itu, namun sudah berapa kalipun mencoba, gambarannya tidak ada yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Sama sekali tidak memberi kepuasan.

Beberapa jam yang lalu, Taehyung mengabari bahwa dirinya memiliki jadwal meeting bersama seorang klien perempuan, hanya berdua karena sekretarisnya sedang tidak bisa menemani–Taehyung sengaja memberi tahu agar Jimin tidak salah paham nantinya. Dan sampai saat ini, suaminya itu masih belum juga mengabarinya.

Jimin tidak khawatir kalau Taehyung akan berbuat hal yang macam-macam. Tidak ada alasan baginya untuk tidak mempercayai sang suami. Namun Jimin sedang membutuhkannya, sejak pagipun dia telah menahan dirinya untuk tidak langsung mendatangi kantor suaminya.

Melirik ponselnya sekali lagi, Jimin kemudian membuang nafasnya secara perlahan. Mungkin lebih baik jika dia yang mendatangi Taehyung. Dia yang membutuhkannya saat ini, maka dia juga yang seharusnya mencari.




Tok. Tok. Tok.

Kedua netra tajam Taehyung beralih pandang ke arah pintu sekejap untuk memeriksa siapa yang tiba-tiba membukanya dengan lancang. Tatapannya berubah melembut kala sosok kesayangannya berdiri di sana, melangkah dengan hati-hati ke arahnya.

"Hey, babe." Sapaan halus khusus untuk Jimin dia ucapkan. Menanti balasan yang akhirnya tidak didapat.

Jimin diam karena rasa kesal tiba-tiba menguasainya; mendapati sang suami yang sibuk dengan pekerjaan sampai lupa untuk mengabarinya. Dengan wajah dongkol dan bibir mencebik, Jimin terus melangkah untuk mendekatinya. Kemudian mendudukkan diri di pangkuan Taehyung dengan menyamping dan langsung memeluk lehernya.

Meskipun sedikit terkejut dengan tingkah suaminya yang mulai merajuk–yang frekuensinya hanya bisa dihitung jari, Taehyung menghentikan pekerjaannya setelah menekan tombol save di dalam sebuah file kumpulan dokumen-dokumen penting. Sebelah tangannya memeluk bahu sang suami dan mengelusnya dengan pelan.

"Kenapa, chubs?"

Alih-alih menjawab, Jimin justru menekan wajahnya semakin dalam ke ceruk leher suaminya. Membuat Taehyung kebingungan karena sepengetahuannya, suami manisnya masih baik-baik saja beberapa jam yang lalu.

"Hey.."

"Hngg?"

"Kenapa?" Sapuan halus di bahu, kini berpindah ke kepala si manis. Membuat empunya mengangkat kepalanya; membuat mata mereka saling menatap.

Jimin membuang nafasnya secara kasar, matanya kembali memejam dan kepalanya ia jatuhkan lagi. Kali ini ke dada suaminya, membuat Taehyung meringis sakit.

"Kalo kamu diem aja aku gak bakal tau, sayang."

"Negatif."

"Hm? Apanya yang negatif?" Taehyung mengerutkan alisnya. Tidak mengerti ke arah mana suaminya memulai pembicaraan.

Namun, dua detik kemudian otaknya baru memberi sinyal.

"Kamu udah coba tes?"

"Udah. Tadi pagi. Di kantor."

"Mungkin tespacknya salah?"

Yang Taehyung rasakan kemudian, Jimin mengendikkan bahunya dalam pelukan. Mengerti bahwa kesayangannya sedang merasa kesal dan tidak baik-baik saja.

"Ya udah, gak apa-apa."

"Tapi aku gak mau bikin kamu sama Hyungmin kecewa." Meskipun dengan suara yang teredam, pendengaran Taehyung masih dapat bekerja dengan baik.

elated by you • kth × pjmWhere stories live. Discover now