t h r e e

7.8K 591 40
                                    

Dalam perjalanan menuju restoran, Jimin tersenyum kecil mengingat bagaimana ekspresi papa dan mamanya yang begitu bahagia mendengar kabar kehamilannya. Mereka bahkan menawari berbagai hal agar anaknya itu bisa menjalani kehamilan pertamanya dengan ringan, tapi Jimin menolak, tentu saja karena sekarang dia merasa bukan anak yang manja lagi—tetapi hanya suami yang manja.

==Jimin mendatangi rumah lamanya bersama Taehyung, membawa bingkisan yang khusus dipesan untuk papa dan mamanya. Seperti biasa, mereka akan makan terlebih dahulu sebelum menghabiskan waktu dengan pertanyaan - pertanyaan seputar kehidupan baru yang dijalani anak - anak mereka.

Saat pertanyaan sudah habis dan bahan obrolan mulai menipis, Taehyung melirik Jimin yang duduk menempel di sisi tubuhnya. Sang suami berdeham, pura - pura membersihkan tenggorokannya padahal hanya untuk menarik perhatian dua pasang mata di depannya.

"Pa, Ma.. Aku- eh, kita mau ngasih tau kalian sesuatu."

Kedua orang tuanya saling tatap. Sang papa terlebih dulu berpaling, mengalihkan pandangannya pada anak mungil satu - satunya dengan alis yang terangkat sebelah.

"Ada apa? Kalian gak minta cerai tiba - tiba kan?"

Jimin tahu papanya hanya bercanda meskipun nadanya tidak menggelikan, maka dia hanya memutar bola mata dan mendengus. Sedangkan Taehyung yang panik mendengar pertanyaan mertuanya langsung menegakkan badan, "Engga lah, Pa. Gitu banget sih nanyanya."

Jimin terkekeh, lalu mengusap lengan sang suami untuk menenangkan. "Kamu tau papa cuma bercanda."

"Jangan didengerin, papa nih emang suka asal ngomong. Kalian mau ngasih tau apa?" Kini sang mama yang memimpin pembicaraan. Mengabaikan sang suami yang candaannya dibiarkan berlalu.

Jimin membuka tas kecilnya, kemudian menarik sebuah amplop dan menyodorkannya pada sang mama. Amplop berlogo rumah sakit itu sudah berpindah tangan, membuat si pemegang barunya mengernyit tidak suka.

"Kamu gak sakit kan, Jim?"

Jimin kesal. "Kenapa sih yang jelek - jelek mulu dari tadi?" Kali ini lengannya yang berganti diusap Taehyung, "Coba buka sama baca dulu. Udah gak mood ngasih kejutan jadinya."

Ketiga orang di sekitarnya tertawa pelan. Orang tuanya tahu betul dengan tabiat sang anak yang mudah berubah - ubah, sedangkan bagi Taehyung, Jimin hanya terpengaruh hormon kehamilannya saja saat itu.

"Ya ampun, Jim!"

Jimin yang semula ikut menggerakkan tangannya di atas tangan Taehyung, sontak mendongak kala pekikan terkejut dari sang papa mengudara.

"Kenapa?" Jimin mencicit, tidak dapat mengartikan tatapan kedua manik yang sangat dikenalnya sejak lahir.

"Gak nyangka papa. Anak manja kayak kamu udah mau punya anak aja." Tuan Park berujar jenaka.

Sedangkan sang istri di sebelahnya menggeleng, menepuk paha kanannya, mulai sadar akan perubahan emosi sang anak. "Jangan digoda mulu, liat tuh anaknya udah cemberut." Bisiknya pelan.

"Hehe. Selamat ya, Jim. Duh, papa bingung mau bilang apa lagi." Di sebrangnya, Jimin mendengus. Tahu jika papanya ini sulit untuk merangkai kata - kata.

"Sini, sayang." Mamanya memanggil, Jimin langsung berpindah duduk dan menyambut pelukan eratnya. "Selamat, ya. Mama gak nyangka kamu bakal kasih mama sama papa cucu secepet ini." Surai lembut anaknya dielus pelan, "Mulai sekarang harus lebih extra jaga diri, kurangin cerobohnya, jangan apa - apa semaunya sendiri. Inget kalo sekarang kamu juga hidup buat nyawa lain."

elated by you • kth × pjmWhere stories live. Discover now