e i g h t t e e n [special chap: namjin]

3.7K 327 56
                                    

Namjin has special spot in my heart... kadang gemes banget liat mereka, tapi jujur aja, masih susah buat nulis mereka di fanfic huhu
Bikin chapter ini pun jadi tantangan diri sendiri, so guys...tolong kasih saran atau kritik, ya.

Selamat menikmati! :)

***

Semenjak kedua orang tuanya mendengar kabar kehamilan adik iparnya, Seokjin sudah sangat jarang mendengar rengekan bundanya yang meminta cucu. Apalagi sejak Hyungmin lahir, ayah dan bundanya seolah merasa cukup dengan kehadiran cucunya itu. Sebaliknya, kini justru Seokjin sendiri yang menginginkan anak. Selain karena merasa sedikit iri pada kebahagiaan keluarga kecil adiknya, dia juga merasa waktunya memang sudah cukup untuk fokus pada keluarga. Hidupnya sudah sempurna jika dilihat dari materi, lantas dia tinggal menyempurnakan segalanya dengan kehadiran sosok kecil yang selama ini ditunggu-tunggu sang suami.

Baginya, Namjoon sudah begitu sabar mendengarkan dan mengikuti kemauannya. Mengesampingkan egonya demi menunggu kesiapan Seokjin. Namjoon sudah banyak berkorban, bahkan sejak sebelum mereka menikah. Kini, sudah menjadi kewajiban Seokjin untuk membahagiakan suami tampannya itu.

Dan pada suatu pagi, Seokjin memulainya dengan meyakinkan diri sendiri terlebih dulu untuk mempercayakan restorannya pada orang kepercayaannya. Setelah itu, dia dengan mantap memberi tahu suaminya bahwa dia akan lebih sering memantau pekerjaannya dari rumah saja, yang mana membuat Namjoon sedikit tidak percaya.

"Joon, aku gak bakal ke kantor tiap hari mulai sekarang."

Gerakan tangan Namjoon yang hampir memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya terhenti, alisnya naik sebelah, menunggu suaminya melanjutkan kalimatnya.

"Aku kerja dari rumah aja."

"Kenapa?"

Ketidakpekaannya membuat Seokjin mendengus pelan. Namjoon memang sudah begitu baik, namun si manis terkadang lupa bahwa suaminya itu juga seorang lelaki yang cuek dan terkadang tidak peduli sekitar.

"Ngurangin kesibukan. Siapa tau aku bisa hamil lebih cepet."

Namjoon memiringkan sedikit kepalanya mendengar jawaban sang suami, "Kamu sepengen itu hamil cepet?"

"Emang kamu gak mau cepet-cepet punya anak?"

Gelengan kepala menjadi jawaban, mulutnya masih sibuk menguyah nasi goreng terenak buatan kesayangannya. "Bukan gitu. Aku cuma gak mau kamu terlalu maksain."

"Engga. Aku mau, dan udah siap." Melihat suaminya masih fokus pada sarapan di depannya, Seokjin kembali bersuara, meminta pendapatnya. "Gimana?"

Kali ini Namjoon mengangguk. "Apapun yang menurut kamu baik, aku dukung. Selama kamu gak terbebani ngejalaninnya."

"Oke." Seokjin tersenyum. Kemudian melanjutkan sarapannya yang masih sisa setengah di atas piringnya.

Dan setelah hari itu, Seokjin mewujudkan ucapannya. Dia hanya pergi mengunjungi restorannya beberapa kali saja dalam sebulan. Namjoon yang melihat usaha suaminya, turut mendukung dengan mengurangi pekerjaannya yang mengharuskan dia pergi ke luar negeri. Seoul menjadi satu-satunya Kota yang ia sanggupi untuk beberapa bulan ke depan, dan jika Seokjin sedang manja, tempatnya bekerja menjadi lebih sempit lagi, yaitu di rumah.



***



Jika Namjoon ingat-ingat, Seokjin memang tidak pernah malu menunjukkan sisi manjanya. Memang tidak begitu sering, tetapi terkadang bisa membuat kepalanya pusing. Dan akhir-akhir ini, entah sudah terhitung berapa lama, Seokjin berubah menjadi suami yang manja dan sensitif. Keinginannya banyak.

elated by you • kth × pjmWhere stories live. Discover now