n i n e

5.4K 486 51
                                    

Sebagai permintaan maaf dan untuk mengurangi kebosanan sang suami, Taehyung membawa Jimin untuk tinggal sementara bersama ayah dan bundanya. Jimin tentu saja senang karena tidak harus sendirian lagi. Membayangkan bahwa dirinya akan disambut dengan tangan terbuka oleh kedua mertuanya, Jimin menjadi tidak sabar untuk cepat - cepat menapakkan kedua kakinya di kediaman keluarga Kim.

"Tae, koper aku!"

Jimin berteriak dari lantai bawah, sedang duduk santai di sofa menunggu suaminya memeriksa semua ruangan agar tidak ada barang berharga dan penting yang tertinggal begitu saja. Jimin berusaha mengingat semua barang yang akan dibawanya untuk mengungsi ke rumah sang mertua.

"Udah di mobil." Taehyung balas berteriak dari kamarnya yang ada di lantai dua.

"Tas skin care?"

"Udah juga."

"Susu? Camomile tea?"

"Aku gak akan lupa, Jim."

Masih sambil berteriak, mereka saling sahut - menyahut.

"Hmm, apa lagi, ya?" Jimin menggumam, tetap takut jika ada barang yang tertinggal. Karena meskipun jarak rumahnya dengan rumah sang mertua tidak terlalu jauh, tetap saja malas jika hanya untuk sekadar mengambil barang yang tertinggal. "Kalo bantal aku?" Jimin berteriak lagi, dan maksudnya, bantal khusus orang hamil untuk mengurangi pegal di punggung dan pinggangnya.

"Udah, sayang." Suara tenang yang terkesan geli terdengar pelan dari belakang badannya. Taehyung sudah berjalan menghampiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Jimin berdiri. "Ayo, berangkat."

Jimin mengangguk antusias dan berjalan bersama sang suami menuju mobilnya, meninggalkan rumahnya untuk beberapa hari ke depan.




***




Benar saja seperti apa yang telah diduganya. Sang bunda memeluk tubuh kecilnya erat sampai - sampai ayah dan Taehyung harus berulang kali mengingatkan bahwa tindakannya bisa sedikit membahayakan kandungan Jimin karena tekanannya. Maka bunda berganti menjadi menggandeng sebelah lengan Jimin dan tidak melepaskannya dari sisi tubuhnya selama hampir tiga jam. Saat jam menunjukkan pukul lima sore, barulah bunda mau melepas Jimin karena harus menyiapkan makan malam seperti biasa.

"Bunda masak dulu, ya. Kamu istirahat aja sama Taehyung." Bunda menyempatkan untuk mengelus kepala anak menantunya dengan sayang.

"Aku bantu ya, bun."

"Gak usah. Kamu pasti cape."

"Engga kok."

Saat hendak berdiri saja, Jimin sudah kesusahan. Dan suaminya yang menyebalkan itu hanya menertawakannya di sebrang sana. Jimin yang menatapnya langsung mendengus dan mencebikkan bibirnya.

"Bantuin kek. Seneng banget liat orang kesusahan."

Sementara bunda dan ayah menggeleng - gelengkan kepala melihat sepasang suami yang ribut - ribut kecil, Taehyung berusaha menghentikan tawanya saat berjalan mendekati Jimin. Suaminya terlalu menggemaskan baginya.

"Udah jangan cemberut. Sana bantuin bunda masak, asal jangan kecapean. Sana." Ucapan terakhir Taehyung dibarengi dengan pukulan pelan pada pantat berisi suami cantiknya.

"Heh!"

Taehyung terbahak melihat mata Jimin yang membesar. Kesayangannya itu tentu saja kaget. Ini di rumah mertuanya dan Taehyung masih saja usil seperti itu. Dari pada semakin dijahili, akhirnya Jimin memilih langsung berjalan menyusul bunda yang sudah mengeluarkan bahan - bahan masakan di dapur.

elated by you • kth × pjmWhere stories live. Discover now