t h i r t e e n

5.3K 464 134
                                    

Setelah lelah menahan kontraksi selama hampir 24 jam, juga menahan sakitnya melahirkan bayi mungilnya, Jimin akhirnya dapat tidur dengan nyenyak selama kurang lebih enam jam. Tanpa badannya yang sakit lagi, tanpa rasa sesak karena perutnya sudah tidak berisi janin lagi. Selama itu pula bayinya berulang kali terbangun dan kembali tertidur tanpa tangisan, seakan mengerti bahwa malaikatnya membutuhkan sedikit waktu untuk beristirahat sebelum menghadapinya di hari-hari berikutnya.

Menjelang pagi, Jimin terbangun dengan dahi yang mengernyit, merasa tidak nyaman pada bagian bawah tubuhnya. Kedua kelopak matanya bergerak terbuka secara perlahan, kemudian mengerjap-ngerjapkan dengan gemas beberapa kali. Di sebelahnya, sang suami sedang menatapnya dengan sorot mata yang hangat, tidak lupa dengan sebelah tangannya yang sudah bertaut sama hangatnya.

Jimin menghela nafas, kemudian menghembuskannya dengan lega. Matanya kembali terpejam, diikuti senyuman manis yang terbit dari bibir yang kembali memerah.

Tangan kiri Taehyung yang bebas terangkat, kini mengelus pelipis Jimin dengan jari panjangnya. Dia ikut tersenyum. Merasa puas melihat air muka suaminya yang kembali terlihat segar.

"Hey." Taehyung menyapanya halus. Setengah berbisik dan hampir tidak terdengar.

"Mmm- hey."

"You good?"

"Yeah."

Sedetik setelah Jimin menjawab pertanyaan sang suami, suara tangisan bayi terdengar dari dalam ruangan yang sama. Begitu mendengarnya, Jimin kembali membuka matanya secara spontan dan menggerakkan kepalanya ke samping, mencari keberadaan pemilik suara tangisan itu. Tangisan yang sialnya justru terdengar indah di telinga papa muda itu.

Dan di sana, di pojok ruangan, bayi mungilnya tengah berada dalam gendongan aman sang mama. Sebelah tangannya terulur, bergerak seperti sedang mencari sesuatu, meraih dan menggapai udara di sekitarnya. Jimin tersenyum kala mengingat janinnya sudah lahir, berubah menjadi bayi mungil yang sangat nyata di penglihatannya.

Mamanya mendekat, membawa sosok kecil itu menghampiri papanya. Tangisnya masih terdengar, kini justru semakin kencang seakan tidak sabar untuk segera bersentuhan dengan papanya. Namun ternyata wanita yang kini sudah berstatus menjadi nenek itu mengulur waktu dengan mengajak ngobrol sang anak lebih dulu.

"Apa kabar, anak mama yang manja?"

Jimin merengut, mencebikkan bibirnya kesal. Dia tidak terima. Merasa dipermalukan di depan anaknya sendiri.

Melihat reaksi anak kesayangannya membuat Mama Park tertawa pelan. Alih-alih menunggu jawaban, dia justru membawa topik yang lain.

"Adek pengen minum, papa." Suara anak kecil tiruan mengudara, membuat Jimin, mau tak mau, menjadi tersenyum.

Mengerti pada apa yang akan dilakukan sang suami, Taehyung kini berdiri. Bergerak untuk membantu si manis duduk menyandar pada headboard ranjang dengan hati-hati. Luka dan jahitan di bagian bawah tubuh suaminya belum pulih sempurna dan Taehyung menjadi ngilu sendiri hanya dengan mengingatnya.

Setelah mendapat posisi yang nyaman, Jimin merentangkan kedua tangannya. Menyambut kehadiran bayi mungilnya ke dalam pelukan hangatnya.

"Good morning." Sapanya pelan. Jimin membawa sebelah tangannya untuk mengelus pipi sang anak. Ibu jarinya terlihat besar berada di pipi si mungil.

Kemudian tangan bayinya kembali bergerak. Mengudara seakan mencari pegangan, hingga akhirnya tangan mungil itu menemukan ibu jari milik Jimin. Digenggam dan dibawanya ke arah mulut merahnya, kemudian mengemutnya sampai menimbulkan suara-suara decakan.

elated by you • kth × pjmWhere stories live. Discover now