JANGGAL 4

215 27 15
                                    

"Jangan membuat marah anak indigo dan anak yang memiliki Indra keenam, mereka bisa menyuruh teman tak terlihatnya untuk menyakitimu"

•••●●●•••

•••●●●•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pelajaran kelima dimulai. Aku mengerjakan soal matematika dari Pak Ardi. Aku melirik jam dinding kelas yang menunjukkan pukul 11.24. Aku menelan salivaku kemudian menoleh pada Famella yang ternyata juga menatapku dari bangkunya.

Jarum menit menunjuk angka 5. Aku memfokuskan diri membaca doa dalam hati. Aku berusaha menghilangkan ketakutanku.

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan setengah menggeram dari seberang kelas. Pak Ardi menoleh kearah pintu.

"Kelas IPA lagi.. " gumam Pak Ardi.

"Pak.. Kami takut.. " kata Melinda.
"Jangan takut, mereka juga makhluk Allah, sekarang kalian tinggalkan dulu soalnya dan berdoalah dalam hati masing-masing sesuai kepercayaan yang kalian anut" kata Pak Ardi.

Kami pun membaca doa dalam hati. Teriakan mereka semakin kencang dan menakutkan.

Tiba-tiba, semua jendela di kelas kami berguncang sendiri, dan pintu ganda kelas kami terbuka dengan paksa menghasilkan suara gedebuk yang keras.

Kami berteriak kaget.

Terdengar suara pengumuman dari pengeras suara. "Semua siswa dan siswi SMA Negeri 3 Generasi Bangsa segera memasuki lapangan upacara untuk berdoa bersama-sama "

"Pak.. Takut.. " kata Gladys yang terlihat gemetar.

"Tenanglah, kalian harus fokus dan sekarang, pergilah ke lapangan untuk berdoa agar mereka tidak mengganggu teman kita lagi" kata Pak Ardi.

Kami pun keluar dari kelas menuju lapangan upacara. Semua siswi kelas sebelas IPA yang kerasukan, berada disana. Mereka menggeliat di lapangan seperti cacing kepanasan. Cuaca tengah hari ini memang sangat panas.

Seluruh siswa dan siswi duduk bersila mengelilingi siswi yang kerasukan itu. Sesuai komando dari guru, kami membaca doa dalam hati sesuai kepercayaan masing-masing.

Jeritan mereka semakin keras. Kami semakin khusyuk berdoa. Dan semuanya berakhir. Semua siswi itu tersungkur lemas. PMR dan guru membawa mereka semua ke UKS untuk diberikan penanganan lebih lanjut.

Aku melihat Famella. Dia terlihat shock. Kemudian tanpa ragu aku memeluknya.

"Viola.. Bawa aku ke kelas"

Aku mengangguk. Kami pun memasuki kelas. "Apa yang kamu lihat? " tanyaku.

"Mereka banyak sekali.. Dan aku baru sadar, kenapa mereka memilih siswi untuk jadi sasaran mereka" kata Famella.

"Kenapa? " tanyaku.

"Karena para siswi yang kerasukan itu sedang menstruasi, mereka mencium bau darah yang menggoda mereka.. " kata Famella.

JANGGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang